MANUSIA
DAN CINTA KASIH
4.1.
PENGERTIAN CINTA KASIH
A.
Pengertian Cinta Kasih
Menurut
kamus bahasa indonesia W.J.S Poerwa Darminta. Cinta adalah rasa sangat suka
atau rasa sayang ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan,
kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas
kasihan. Maka, pengertian cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih
memperkuat rasa cinta kepada sesorang. Dan, cinta kasih bisa juga diartikan
sebagai perasaan suka atau sayang kepada seseorang dan juga disertai dengan
menaruh belas kasih.
Victor
Hago menyimpulkan, “mati tanpa cinta sama halnya dengan mati dengan penuh
dosa”. Dan Erich Fromm dalam bukunya menyebutkan, “cinta itu yang paling utama
adalah memberi, bukan menerima. Yang paling penting dalam memberi adalah
hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan material. Yang merupakan ungkapan paling
tinggi dari kemampuan”. Cinta dapat berlangsung sesaat, tetapi rasa kasih
sayanglah yang akan menuntun dan melanjutkan seseorang untuk mengetahui apa itu
arti cinta yang sesungguhnya. Setiap orang memang mempunyai pengertian cinta
yang berbeda, tergantung individu itu sendiri yang mengalami suatu kejadian
atau pengalaman yang ia alami.
Pengertian
cinta kasih adalah suatu perasaan ingin memberikan kasih sayang, perlindungan,
kenyamanan, kebahagiaan, dan ketentraman kepada seseorang secara tulus dan
ikhlas tanpa ada paksaan atau tuntutan dan tanpa berharap imbalan apapun. Cinta
kasih bersifat universal, kita dapat memberikan cinta kasih kita kepada siapa
saja. Misalkan orangtua, keluarga, teman, pacar dan orang-orang sekitar.
B.
3 Unsur Tentang Cinta
Cinta
selalu menyatakan unsur-unsur dasar tertentu, yaitu :
- Pengasuhan : contoh yang paling menonjol adalah cinta seorang ibu pada anaknya; bagaimana seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya mengasuh anaknya dengan sepenuh hati.
- Tanggung jawab : dalam arti benar adalah sesuatu tindakan yang sama sekali sukarela yang dalam kasus hubungan ibu dan anak bayinya menunjukkan penyelenggaraan atas hubungan fisik.
- Perhatian : yang berarti memperhatikan bahwa pribadi lain itu hendaknya berkembang dan membuka diri sebagaimana adanya.
- Pengenalan : merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia.
C.
3 Unsur Dalam Segitiga Cinta
Menurut
Dr. Sarlito W. Sarwono juga mengemukakan pendapat bahwa cinta juga memiliki 3
unsur, yaitu :
- Ketertarikan : adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, kalau ada janji dengan dia harus ditepati, ada uang sedikit beli hadiah untuk dia.
- Keintiman : adanya kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi panggilan formal seperti bapak, ibu saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya. Makan minum dari satu piring-cangkir tanpa rasa risih, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan sebgaianya.
- Kemesraan : adalah adanya rasa ingin membelai dan dibelai, rasa kangen rindu kalo jauh atau lama tak bertemu, adanya ungkapan ungkapan rasa sayang dan seterusnya.
D.
3 Tingkatan Cinta
Cinta memiliki
tiga tingkatan, yaitu:
1. Cinta tingkat
tertinggi
Adalah cinta kepada Allah, tak diragukan lagi bahwa
seorang yang telah merasakan kelezatan iman di dalam hatinya, ia akan mencurahkan
segala cintanya hanya kepada Tuhan. Karena ia telah meyakini bahwa dzat
Tuhanlah yang maha sempurna, maha indah dan maha agung. Tak ada satupun selain
Dia yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan ketulusan iman
yang sejati itulah yang harus diikuti karena Dialah yang maha tinggi, maha
sempurna dan maha agung.
2. Cinta tingkat
menengah
Adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri atau
suami dan kerabat. Hakikat cinta menengah adalah suatu energi yang datang dari
perasaan hati dan jiwa. Ia timbul dari perasaan seseorang yang dicintainya,
aqidah, keluarga, kekerabatan, atau persahabatan. Karena hubungan cinta, kasih
sayang dan kesetiaan di antara mereka semakin akrab. Berangkat dari perasaan
lembut yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati dan jiwa seseorang inilah, akan
terbentuk perasaan kasih sayang dan cinta dari seseorang terhadap orang lain:
seorang anak terhadap orang tuanya, orang tua terhadap anak-anaknya, seorang
suami terhadap istrinya atau sebaliknya istri terhadap suaminya, cinta
seseorang terhadap sanak saudara dan keluarganya, cinta seseorang terhadap
sahabatnya, atau seorang penduduk pada tanah airnya.
Adapun pengaruh yang ditimbulkan oleh cinta menengah ini
akan nampak jelas hasilnya. Jika bukan disebabkan perasaan kasih sayang yang
ditanamkan oleh Tuhan dalam hati, sepasang suami istri, tentu tidak akan
terbentuk suatu keluarga, tak akan ada keturunan, tak akan terwujud asuhan,
bimbingan dan pendidikan terhadap anak.
3. Cinta tingkat terendah
Adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga,
kerabat, harta dan tempat tinggal. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang
paling keji, hina dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta
rendahan. Bentuknya beraneka ragam, yaitu:
a. Cinta kepada thagut.
Thagut adalah syetan, atau sesuatu yang disembah selain Tuhan.
b. Cinta berdasarkan
hawa nafsu.
c. Cinta yang lebih
mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak, istri, perniagaan dan tempat
tinggal.
4.2.
CINTA MENURUT AJARAN AGAMMA
A.
Berbagai Bentuk Cinta dan Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Cinta
1. Cinta Diri
Cinta
diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri untuk tetap hidup,
mengembangkan potensi diri dan mengaktualisasikan dirinya. Jadi ia mencintai
sesuatu yang membuat dirinya menjadi lebih baik. Dan sebaliknya dia akan
membenci sesuatu yang membuat hidupnya sedih atau terancam mara bahaya.
Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri,
kecenderungan untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
dirinya, dan menghindarkan segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya,
melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal
gaib, tentu mereka akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan
menjuhkan dirinya dari segala keburukan.
Diantara
gejala yang menunjukkan kecintan manusia terhadap dirinya sendiri ialah
kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua
keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan
kemewahan hidup. (QS, al-“Adiyat, 100:8)
Diantara
gejala lain yang menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri ialah
permohonannya yang terus-menerus agar dikaruniai harta, kesehatan dan berbagai
kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Dan apabila ia tertimpa bencana,
keburukan atau kemiskinan, ia merasa putus asa dan mengira ia tidak akan bisa
memperoleh karunia lagi. (QS, Fushilat, 41:49)
Namun
hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebihan dan melewati
batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang
lain dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.
2. Cinta Kepada Sesama
Manusia
Agar
manusia dapat hidup dengan penuh keserasian, ketentraman serta keharmonisan
dengan orang lain, setiap manusia harus menghilangkan sifat egois atau ingin
menang sendiri dan juga membatasi rasa cintanya kepada diri sendiri. Al-Qur’an
juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling cinta mencintai
seperti cinta mereka terhadap diri sendiri.
3. Cinta Seksual
Cinta
erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam
melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerja sama antara suami dan istri.
Ia merupakan faktor primer bagi kelangsungan hidup keluarga:
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir. (QS, Ar-Rum, 30:21)”
Dorongan
seksual melakukan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi
kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksualah terbentuk keluarga. Dari keluarga
terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi menjadi ramai,
bangsa-bangsa saling mengenal, kebudayaan berkembang dan ilmu pengetahuan dan
industri menjadi maju. Islam mengakui dorongan seksual dan tidak
mengingkarinya. Jelas dengan sendirinya ia mengakui pula cinta seksual yang
menyertai dorongan tersebut. Sebab ini merupakan emosi alamiah dalam siri
manusia yang tidak dilingkari, tidak ditentang ataupun ditekan. Tapi di Islam
hubungan ini hanya boleh dilakukan secara sah yaitu melalui “perkawinan”.
4. Cinta Kebapakan
Mengingat
bahwa antara ayah dengan anak-anaknya tidak terjalin oleh ikatan-ikatan
fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dengan anak-anaknya, maka para
ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan
fisiologis seperti halnya dorongan ke ibuan, melainkan dorongan psikis.
Dorongan ini nampak jelas dalam cinta bapak kepada anak-anaknya, karena mereka
sumber kesenangan dan kegembiraan baginya, sumber kekuatan dan kebanggaan, dan
merupakan faktor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap
terkenangnya dia setelah meninggal dunia. Ini terlihat jelas dalam do’a Zakaria
as, yang memohon pada Allah semoga ia dikarunia seorang anak yang akan
mewarisinya dan mewarisi keluarga Ya’qub:
“Ia berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya
tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah
kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir
terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul,
maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku
dan mewarisi keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang
diridhai : QS, Maryam, 19:4-6”
Cinta
kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan dalam kisah nabi Nuh as. Betapa cintanya
ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta,
kasih sayang, dan belas rasa kasihan, untuk naik ke perahu agar tidak tenggelam
ditelan ombak:
“......Dan Nuh memanggil anaknya –
sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil : “Hai...anakku, naiklah
(kekapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang
kafir”. (QS, Yusuf, 12:48)
Cinta
itu nampak pula dalam doa nabi Nuh as, yang memohon pada Allah semoga anaknya
selamat:
“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya
sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan
sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya (QS, Hud, 11:45)”
Biasanya
cinta kebapakan nampak dalam perhatian seorang bapak pada anak-anaknya, asuhan,
nasehat, dan pengarahan yang diberikannya pada mereka, demi kebaikan dan
kepentingan mereka sendiri.
5. Cinta Kepada Allah
Puncak
cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada
Allah dan kerinduannya kepada-Nya. tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya
saja, tetapi juga dalam tindakan dan tingkah lakunya, semua tingkah laku dan
tindakan ditujukan kepada Allah.
“Katakanlah: “Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu”. Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS, Ali
Imran, 3:31)
Cinta
yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi
kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua
bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun akan membuatnya menjadi seorang yang
cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta.
Sebab dalam pandangannya semua wujud yang ada di sekelilingnya mempunyai
manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-kerinduan spritualnya
dan harapan kalbunya.
6. Cinta Kepada Rasul
Cinta kepada rasul,
yang diutus oleh Allah sebagai rahman bagi seluruh alam semesta, menduduki
peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal
sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat
luhur lainnya. Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan
mencintai Rasulullah yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan
penuh segala kesulitan sehingga Islam tersebar diseluruh penjuru dunia, dan
membawa kemanusiaan dari kekelaman kesesatan menuju cahaya petunjuk.
4.3.
KASIH SAYANG
A.
Pengertian Kasih Sayang
Pengertian kasih
sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah perasaan sayang, perasaan
cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Dalam
kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang
ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila
diakhiri dengan perkawinan, maka di dalarn berumah tangga keluarga muda itu
bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling
menumpahkan kasih sayang.
Dalam
kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung
jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya. saling pengertian, saling
terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah
satu unsur kasih sayang hilang, misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah
keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran,
terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.
Yang
dapat merasakan kasih sayang bukan hanya suami atau istri atau anak-anak yang telah
dewasa, melainkan bayi yang masih merah pun telah dapat merasakan kasih sayang
dari ayah dan ibunya. Bayi yang masih merah telah dapat mengenal suara atau
sentuhan tangan ayah ibunya. Bagaimana sikap ibunya memegang/menggendong telah
dikenalnya. Hal ini karena sang bayi telah mempunyai kepribadian.
Kasih
sayang, dasar komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan orang
tua, pada prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagal hasil curahan kasih
sayang orang tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas
dari kasih sayang dan perhatian orang tua. Suatu hubungan yang harmonis akan
terjadi bila hal itu terjadi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Suatu
kasus yang sering terjadi, yang menyebabkan seseorang menjadi morffinis,
keberandalan remaja, frustrasi dan sebaginya, di mana semuanya dilatarbelakangi
kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarganya.
B.
Macam-macam Cinta Kasih Dari Orang Tua
Untuk kasih sayang
antara orang tua dan anak, adanya kasih sayang ini mempengaruhi kehidupan sang
anak dalam masyarakat. Orang tua dalam memberikan kasih sayangnya bermacam -
macam demikian sebaliknya. Dari cara pemberian cinta kasih dapat dibedakan :
►Orang tua bersifat
aktif, si anak bersifat pasif.
Orang tua memberikan
kasih sayang baik moral dan materiil sebanyak- banyaknya. Sang anak hanya
menerima dan tidak memberikan respon. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi
takut, kurang berani dalam masyarakat, tidak berani menyampaikan pendapat,
minder, sehingga si anak tidak mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat.
►Orang tua bersifat
pasif, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini si anak
berlebih-lebihan memberikan kasih sayang kepada orang tuanya, kasih sayang ini
diberikan secara sepihak, namun orang tua hanya mendiamkan dan tidak membalas
perilaku si anak, tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.
►Orang tua bersifat
pasif, si anak bersifat pasif.
Disini jelas bahwa
masing-masing hanya membawa hidupnya, tingkah lakunya sendiri-sendiri, tanpa
saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin karena tidak adanya
kasih sayang antara orang tua dan anak, masing-masing membawa caranya sendiri,
tidak ada tegur sapa jika tidak perlu. Orang tua hanya memenuhi kebutuhan
materi saja.
►Orang tua bersifat
aktif, si anak bersifat aktif
Didalam hal ini orang
tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak-banyaknya. Sehingga
hubungan antara orang tuadan anak sangat intim dan mesra, saling mencintai,
saling menghargai, dan saling membutuhkan. Kasih sayang itu nampak sekali bila
seorang ibu sedang menyusui tau menggendong, bayinya itu diajak bercakap-cakap,
ditimang-timang, dinyanyikan, meskipun bayi itu tak tahu arti kata-kata, lagu
dan sebagainya.
C.
Contoh-contoh Tentang Kasih Sayang
1. Cinta kasih antar orang tua dan anak : orang tua yang memperhatikan
dan memenuhi kebutuhan anaknya, berarti mempunyai rasa cinta kasih terhadap
anak. Mereka selalu mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna di
kemudian hari. Terdapat juga sebuah kisah dimana seorang ibu yang memotong
dagingnya untuk dimakan oleh anaknya karena mereka tidak memiliki makanan dan kisah
seorang ayah yang menghisap jari jempol anak nya yang membusuk dan bernanah
agar anaknya tidak merasa kesakitan lagi
2. Cinta kasih antara pria dan wanita : seseorang pria menaruh
perhatian terhadap seorang gadis dengan perilaku baik, lemah lembut, sopan,
apalagi memberikan seuntaian mawar merah, berarti ia menaruh cinta kasih
terhadap gadis itu.
3. Cinta kasih antara manusia : apabila seorang sahabat berkunjung ke
rumah kawannya yang sedang sakit dan membawa obat kepadanya berarti bahwa
sahabat itu menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang sakit itu.
4. Cinta kasih antara manusia dan Tuhan : apabila seorang taat
beribadah, menurut perintah tuhan, dan menjauhi larangan-Nya, orang itu
mempunyai cinta kasih kepada tuhan penciptanya.
5. Cinta kasih manusia terhadap lingkungan : apabila seseorang
menciptakan taman yang indah, memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu
di hutan seenaknya, menanam tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan
secara semena-mena atau dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau
menyayangi lingkungan hidupnya.
Contoh-contoh tentang
kasih sayang lainnya adalah:
1. Sajak asrul sani
“Surat Dari Ibu” mengungkapkan betapa tulus cinta kasih sayang seorang ibu
kepada anaknya bukan dengan memanjakannya melainkan dengan nasehat dan
petuah-petuah agar anaknya pergi menuntut ilmu ke negri seberang dan mencari
pengalaman hidup sebanyak-banyaknya. Kalau anaknya telah menjadi “orang”
barulah ia boleh pulang.
2. “Elang Laut” asrul
sani secara simbolik juga mengungkapkan pengalaman batinya tentang kasih
sayang, tanggung jawab dan pengorbanan yang tulus dari seekor induk elang
terhadap anak-anaknya, tanpa menghiraukan dirinya. Akhirnya sang induk gagal
membawakan makanan untuk anak-anaknya di sarang, karena ditengah jalan setelah
terbang mati-matian melawan badai, ia pun mati dan tenggelam ke dasar lautan.
Dan anak-anaknya pun mati kelaparan di sarangnya.
4.4.
KEMESRAAN
A.
Pengertian Kemesraan
Kemesraan
berasal dari kata mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan
ialah hubungan yang akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara
maupun yang sudah berumah tangga. Kemesraan dapat menciptakan berbagai bentuk
seni sesuai dengan kemampuan bakatnya.
Kemesraan
pada dasarnya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam. Kemesraan
merupakan perwujudan kasih sayang yang telah mendalam. Cinta yang berlanjut
menimbulkan pengertian mesra atau kemesraan. Kemesraan adalah perwujudan dari
cinta. Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia.
Filsuf Rusia, Salovjef dalam bukunya makna kasih
mengatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius,
ia terlempar dari ke luar dari cinta diri. Ia mulai hidup untuk orang lain.”
Pernyataan ini dijabarkan secara indah oleh William Shakespeare dalam kisah “Romeo
dan Juliet”, bila di Indonesia kisah Roro mendut-Pronocitro.
Ada pula, Tingkatan
kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu:
• Kemesraan dalam
Tingkat Remaja, terjadi dalam masa puber atau genetal pubertas yaitu dimana
masa remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan
seksualitasnya kuat.
• Kemesraan dalam Rumah
Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada
tahun tahun wal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bisa sudah
agak lama biasanya semakin berkurang.
• Kemesraan Manusia
Usia Lanjut, Kemsraan bagi manusia berbeda dengan pada usia sebelumnya. Pada
masa ini diwujudkan dengan jalan – jalan dan sebagainya.
B.
Puisi Tentang Kemesraan
Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia,
menciptakan berbagai bentuk seni sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.
Kemesraan cinta tidak hanya terpatri dalam lubuk hati masing-masing, tetapi
juga memancar dari sinar mata keduanya. Saya pribadi, tidak lihai dalam menulis
puisi tentang kemesraan, tapi saya akan memberikan contoh puisi yang bertemakan
kemesraan dengan judul “Episode” karya W.S Rendra.
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumahnya
Pohon jambu di halaman rumah itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang
memandangnya
Angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
Tiba-tiba ia bertanya:
”Mengapa sebuah kancing bajumu
lepas terbuka?”
Aku hanya tertawa
Lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku
Sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya
4.5.
PEMUJAAN
A.
Pengertian Pemujaan
Pemujaan adalah
salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan
dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada Tuhan
adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya.
Tuhan adalah pencipta, tetapi Tuhan juga penghancur
segala, bila manusia mengabaikan perintahnya. Karena itu ketakutan manusia
selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia
memuja-Nya. Dalam surat Al-Mu'minin ayat 98 dinyatakan: "Dan aku
berlindung kepada-Mu. Ya Tuhanku, dari kehadiran-Nya di dekatku". Karena
itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada Tuhan adalah bagian hidup
manusia, karena Tuhan pencipta alam semesta termasuk pencipta manusia itu
sendiri. Dan penciptaan semesta untuk manusia.
Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan
sesuai dengan agama, kepercayaan, kondisi, dan situasi. Sholat di rumah,
masjid, sembahyang di pura, di candi, di gereja, bahkan ditempat-tempat yang
dianggap keramat merupakan perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang
dianggap Tuhan. Pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin
berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini berarti manusia mohon ampun atas segala
dosanya, mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijksanaan, agar ditunjukkan
jalan yang benar, mohon ditambahkan segala kekurangan yang ada padanya, dan
lain-lain.
Pemujaan
adalah dimana kita memuja atau mengagungkan sesuatu yang kita senangi. Pemujaan
dapat dilakukan dalam berbagai aspek seperti memuja pada leluhur, memuja pada
agama tertentu dan kepercayan yang ada. Seperti pemujaan pada leluhur adalah
suatu kepercayaa bahwa para leluhur yang telah meninggal masih memiliki
kemampuan untuk ikut mempengaruhi keberuntungan orang yang masih hidup. Dalam
beberapa budaya Timur, dan tradisi penduduk asli Amerika, tujuan pemujaan
leluhur adalah untuk menjamin kebaikan leluhur dan sifat baik pada orang hidup,
dan kadang-kadang untuk meminta suatu tuntunan atau bantuan dari leluhur.
Fungsi sosial dari pemujaan leluhur adalah untuk meningkatkan nilai-nilai
kekeluargaan, seperti bakti pada orang tua, kesetiaan keluarga, serta
keberlangsungan garis keturunan keluarga.
Pemujaan
dimulai sejak manusia dilahirkan dengan akal yang dimilikinya. Manusia telah
berfikir kritis tentang alam dan kejadiannya. Hal ini dapat diwujudkan dengan
mengagumi dan bersyukur kepada Sang Pencipta. Dalam mencari bentuk-bentuk
pemujaan dapat berupa ibadah sebagai media komunikasi antara manusia dengan
Tuhan, membangun tempat ibadah yang sebaik-baiknya, mencipta lagu, puisi,
novel, film, dan sebagainya yang bertema mencintai Sang Pencipta.
Dalam seni prosa misalnya banyak cerita yang mengagungkan
nama Tuhan, misalnya roman “Di Bawah Lindungan Ka’bah” karangan almarhum Hamka,
yang menitikberatkan pada kehidupan agama sebagai latar belakang cerita. Dalam
cerita ini Hamid yang tak tersampaikan cintanya, meskipun cintanya terbalas,
lebih suka mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam roman ini kita jumpai moral
yang tinggi para pelakunya. Kehalusan perasaan tokoh utamanya Hamid dan Zainab
dilukiskan dengan indah oleh penulisnya. Betapa hancur hati seorang kekasih
yang harus menasehati kekasihnya agar mau menikah dengan orang lain. Padahal
kekasihnya adalah belahan hatinya. Bagaimana orang sampai hati menyerahkan
belahan hatinya kepada orang lain. Pesan ibunya agar melupakan cintanya kepada
Zainab dalam lubuk hatinya karena itu dia lebih suka menjauhkan diri.
4.6.
BELAS KASIHAN
A.
Pengertian Belas Kasihan
Belas kasih
adalah kebajikan di mana kapasitas emosional empati dan simpati untuk
penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri, dan
landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanisme-dasar ke tertinggi
prinsi-prinsip dalam filsafat, masyarakat, dan kepribadian.
Dalam
surat Yohanes dijlaskan ada tiga macam cinta. Cinta agape ialah cinta manusia
kepada Tuhan. Cinta Philia ialah cinta kepada ibu bapak (orang tua) dan
saudara. Dan ketiga cinta amor ataue eros ialah cinta antara pria dan wanita.
Perbedaan antara cinta eros dan amor ini adalah cinta eros sebagai kodrati
sebagai laki-laki dan perempuan, sedangkan cinta amor karena unsur-unsur yang
sulit dinanar, misalnya gadis normal yang cantik mencintai dan mau dinikahi
seorang pemuda yang kerdil.
Disamping itu masih ada cinta lagi yaitu cinta terhadap
sesama. Cinta terhadap sesama merupakan perpaduan antara cinta agape dan cinta
philia. Cinta sesama ini diberikan istilah belas kasihan untuk membedakan
antara cinta kepada orang tua, pria-wanita, dan cinta kepada Tuhan. Dalam cinta
sesama ini dipergunakan istilah belas kasihan, karena cinta disini bukan karena
cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaannya.
Penderitaan ini mengandung arti yang luas. Mungkin tua, sakit-sakitan, yatim,
yatim piatu, penyakit yang dideritanya atau sebagainya.
Jadi kata kasihan atau rahmah berarti bersimpati kepada nasib atau keadaan yang diderita
orang lain. Kemudian apa bedanya Rahmah dengan Rahman? Kalau Rahman ada unsur
memberi. Misalnya seseorang memusuhi kita, tetapi kita tidak membalasnya,
malahan kita jadikan dia sebagai teman baik. Jadi pengertian rahmah adalah kita
menaruh perhatian (simpati) terhadap penderitaan orang lain, lalu kita menunjukkan
jalan keluar kepadanya. Tetapi kalau kita menaruh rasa simpati kepada orang
yang tidak dalam kesulitan, sehingga menyebabkan rusak (menjerumuskan), maka
hal itu disebut memanjakan.
Dalam surat Al –Qolam ayat 4,” maka manusia menaruh
belas kasihan kepada orang lain, karena belas kasihan adalah perbuatan orang
yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi sangat dipujikan oleh Allah SWT.”
Perbuatan atau sifat menaruh belas kasihan adalah
orang yang berahlak. Manusia mempunyai potensi untuk berbelas kasihan.
Masalahnya sanggupkah ia mengggugah potensi belas kasihannya itu. Bila orang
itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT.
Dalam esai
on love ada pengertian bahwa cinta adalah rasa persatuaan tanpa syarat.itu
berarti,dalam rasa belas kasihan tidak terkandung unsure pamrih.Belas kasihan
yang kita tumpahkan benar-benar dari lubuk hati yang ikhlas.Kalau kita
memberikan uang pada pengemis agar mendapatkan pujian,itu berarti tidak
ikhlas,berarti ada tujuan tertentu.Hal seperti itu banyak terjadi dalam
masyarakat.
B.
Cara-cara Menumpahkan Belas Kasih
Dalam kehidupan
banyak sekali yang harus kita kasihani dan banyak cara kita menumpahkan belas
kasihan.yang perlu kita kasihani antara lain: Yatim piatu, orang-orang jompo
yang tidak mempunyai ahli waris, pengemis yang benar-benar tidak mampu bekerja,
orang sakit dirumah sakit, orang cacat, masyarakat kita yang hidup menderita
dan sebagainya. Orang –orang itu umumnya menderita lahir dan batin dan umumnya
sedikit tangan yang menaruh belas kasihan.
Berbagai
macam cara orang memberikan belas kasihan bergantung kepada situasi dan
kondisi. Ada yang memberikan uang, ada yang memberikan barang, ada yang
memberikan pakaian, makanan dan sebagainya. Sungguh, alangkah baiknya jika kita
dapat lebih berempati terhadap orang yang membutuhkan.
Perbuatan
atau menaruh belas kasihan adalah orang yang berakhlak. Manusia mempunyai
potensi untuk berbelas kasihan. Belas kasihan yang kita tumpahkan benar-benar
keluar dari lubuk hati yang ikhlas.
4.7.
CINTA KASIH EROTIS
A.
Pengertian Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih
kesaudaraan merupakan cinta kasih antara orang-orang yang sama-sama sebanding,
sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta kasih terhadap orang-orang yang lemah
tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar antara kedua jenis tersebut,
kedua-duanya mempunyai persamaan bahwa pada hakekatnya cinta kasih tidak
terbatas kepada seseorang saja. Bila saya kasihi saudara saya, semua anak saya,
disamping itu bahkan saya kasihi semua anak-anak yang membutuhkan saya. Berlawanan
dengan kedua jenis cinta kasih tersebut ialah cinta kasih erotis, yaitu kehausan
akan penyatuan yang sempurna. Pada hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat
ekslusif bukan uiversal., dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang
paling tidak dapat dipercaya.
Pertama-tama
cinta kasih erotis kerap kali dicampurbaurkan dengan pengalaman yang eksplosif
berupa jatuh cinta. Tetapi seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu,
pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanyalah
sementara saja. Untuk mereka intimitas
atau kemesraan itu terutama diperoleh dengan cara hubungan seksual.
Keinginan
seksual menuju kepada penyatuan diri, tetapi sekali-kali ukan merupakan nafsu
fisis belaka, untuk meredakan ketegagan yang menyakitkan. Keinginan seksual
degan udah dapat dicampuri oleh tiap-tiap eprasaan yag mendalam, sedangkan
cinta kasih merupakan satu diantaranya. Cinta kasih dapat merangsang keinginan
untukbersatu secara seksual. Daya tarik seksual untuk sementara waktu
menimbulkan khayalan penyatuan.
Dalam
cinta kasih erotis terdapat ekslusivitas yangtidak terdapat dalam cinta kasih
persaudaraan dan cinta kasih keibuan. Sering kita jumpai seapsang orang-orang
yang sedang saling mencintai tanpa merasakan cinta kasih terhadap setiap orang
lainnya. Cinta kasih mereka sebenarnya merupakan egoism dua orang , mereka adalah
dua orang yang saling menemukan kesamaan. Cinta kasih erotis mengeksklusifkan
cinta kasih terhadap orang lain hanyalah dalam segi-segi fusi erotis dan
keitsertaan dengan semua aspek kehidupan orang-orang lain, tapi bukan dalam
arti cinta kasih yang mendalam.
Cinta
kasih erotis apabila ia benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian,
yaitu bahwa seseorag sungguh-sungguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya
yang sedalam dalamnya. Hal ini memang merupakan dasar gagasan bahwa suatu
pernikahan tradisional, yang kedua mempelainya tidak pernah meiliki jodohnya
sendiri. Dalam kebudayaan barat/zaman sekarang, gagasan itu ternyata tidak
dapat diterima sama sekali. Ada pula orang yang memandang bahwa factor yang
penting di dalam cinta kasih erotis itu adalah keinginan.
Dengan
demikian maka, baik pandangan bahwa cinta kasih erotis merupakan atraksi
individual belaka maupun pandangan bahwa cinta kasih erotis itu tidak lain
daripada perbuatan kemauan. Oleh karena itu, gagasan bahwa hubungan pernikahan
mudah saja dapat diputuskan apabila orang tidak bersukses didalamnya, merupakan
gagasan bahwa hubungan semacam itu, didalam keadaan bagaimanapun, tidak boleh
diputuskan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar