Konsepsi
Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan
Ilmu
budaya dasar atau bahasa luarnya di sebut basic humanities. Kata
humanities awalnya berasal dari negara inggris yang berarti dalam bahasa
indonesia adalah sastra. kata humanities berasal dari bahasa latin yang artinya
adalah berbudaya dan halus. Sastra dalam arti
khususnya itu biasa kita gunakan dalam kebudayaan adalah
ekspresi dan isi hati dari perasaan manusia yang diungkapkan dalam
bentuk pandangan cerdas yang dituangkan dalam bentuk sesuatu hal yang
mencerminkan sebuah keindahan, Secara morfologis, kesusastraan dibentuk dari
dua kata, yaitu su dan sastra dengan mendapat imbuhan ke- dan -an. Kata su
berarti baik atau bagus, sastra berarti tulisan. Secara harfiah, kesusastraan
dapat diartikan sebagai tulisan yang baik atau bagus, baik dari segi bahasa,
bentuk, maupun isinya.
3.1. PENDEKATAN
KESUSASTRAAN
A. Pengertian Sastra
Dan Seni Dalam Pengertian Umum
Pengertian Sastra:
Sastra
(Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’,
yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar
‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau
“sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu. Yang agak biasa adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi.
Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang
sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya.
Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang
menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Sastra
meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti
catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan
sebagainya yang dalam arti khusus dapat kita gunakan dalam konteks kebudayaan,
adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, sastra adalah hasil budaya
dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya
melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya. Selain itu dalam arti
kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan
(sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi
dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau
pemikiran tertentu.
Pengertian Sastra
Menurut Para Ahli
1. Mursal Esten (1978 :
9)
Sastra atau
Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai
manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium
dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
2. Semi (1988 : 8 )
Sastra. adalah suatu
bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan
kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
3. Panuti Sudjiman
(1986 : 68)
Sastra sebagai karya
lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan,
keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.
4. Ahmad Badrun (1983 :
16)
Kesusastraan adalah
kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai
alai, dan bersifat imajinatif.
5. Eagleton (1988 : 4)
Sastra adalah karya
tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa.
harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan,
dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.
6. Plato
Sastra adalah hasil
peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus
merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan.
Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
7. Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan
lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
8. Robert Scholes
(1992: 1)
Tentu saja, sastra itu
sebuah kata, bukan sebuah benda
9. Sapardi (1979: 1)
Memaparkan bahwa sastra
itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu
sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan
kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan social.
10. Taum (1997: 13)
Sastra adalah karya
cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif” atau “sastra adalah penggunaan
bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain”
Pengertian Seni:
Seni
pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim
dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari
kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan
manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan
juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri
peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan
bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set
peraturan untuk penggunaan medium itu.
Suatu
set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi
lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau
perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian,
banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa
garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme
dan bentuk (seperti bakung yang bermakna kematian dan mawar merah yang berarti
cinta). Seni menurut media yang digunakan terbagi 3 yaitu :
·
Seni yang dapat dinikmati melalui media
pendengaran atau (video art), misalnya seni musik, seni suara,dan seni sastra,
puisi dan pantun
·
Seni yang dinikmati dengan media
penglihatan (Visual Art) misalnya lukisan, poster, seni bangunan, seni gerak
beladiri dan sebagainya.
·
Seni yang dinikmati melalui media
penglihatan dan pendengaran (audio visual art) misalnya pertunjukan musik,
pagelaran wayang, film.
B.
Peranan Sastra
Prosa,
puisi, lakon, skenario, skripsi, risalah ilmiah, esei, kolom, berita, surat,
proposal, catatan harian, laporan, pandangan mata, pidato, ceramah, transkripsi
percakapan, wawancara, iklam, propaganda, doa dan sebagainya semuanya jadi
termasuk sastra, karena mempergunakan bahasa. Semua sektor kehidupan, seluruh
aktivitas manusia tak bisa membebaskan diri dari bahasa. Bahkan olahraga yang
jelas-jelas menitikberatkan pada aktivitas raga, tetap saja membutuhkan bahasa
dalam menumbuhkan dan mengembangkan dirinya. Dengan cakupan yang begitu
dahsyat, sastra tidak mungkin tidak berguna. Demikianlah mahasiswa yang sedang
menekuni berbagai jurusan, akan selalu, suka tak suka berhubungan dengan
sastra.
Bagaimana
dengan puisi dan prosa yang merupakan bagian dari kesusastraan (baca: sastra
yang indah). Apakah puisi dan prosa juga berguna bagi semua mahasiswa, sehingga
bukan saja jurusan bahasa dan sastra tapi juga jurusan sosial, ekonomi dan
eksakta berkepentingan mengkaji sastra? Apa seorang yang ingin menjadi
insinyur, dokter, diplomat, pengusaha, perwira, pemimpin politik, ahli hukum, negarawan
dan ulama, perlu membaca sastra?
Kesusastraan
(prosa dan puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh aspek kehidupan. Hanya
saja karena pemaparannya menempuh lajur rekaan imajinasi, sehingga nampak semu.
Tapi dalam kesemuannya itu, sastra merefleksikan fenomena hidup beragam dengan
mendalam, mengikuti cipta-rasa-karsa penulisnya. Untuk itu memang diperlukan
kesiapan: apresiasi, interpretasi dan analisis, sehingga dunia rekaan di dalam
sastra jelas kaitannya dengan seluruh aspek kehidupan. Kritik sebagai perangkat
penting yang sesungguhnya berfungsi menunjukkan arti kehadiran sastra,
kebetulan sangat parah di Indonesia, sehingga kehadiran sastra semakin
tenggelam hanya sebagai hiburan. Sastra memang memiliki potensi yang hebat
untuk menghibur. Dan karenanya sebagai barang komoditi nilainya tinggi.
Kaitannya dengan bisnis dan industri juga meyakinkan.
Dalam
berbahasa pun mulai memperlihatkan keseragaman berbahasa yang hampir
kejakarta-jakartaan bahasanya. Selain itu sinetron juga memberikan efek bagi
psikologis dan psikis penontonnya. Begitupun budaya sudah semestinya dalam
salah satu unsurnya yang mampu memberikan sumbangan dalam pengembangan bahasa
itu sendiri. Untuk itu perlu kiranya dilihat sejauh mana peranan sastra dan
budaya dalam pengembangan bahasa, khususnya dalam karya-karya sastra sehingga
kita dapat gambaran yang jelas peranan dari kedua hal tersebut.
C.
Hubungan Antara Sastra, Seni dengan Ilmu Budaya Dasar
Hubungan
sastra dan seni dengan ilmu budaya dasar adalah sama-sama memiliki objek yang sama
yaitu manusia. Sama-sama mempelajari hubungan antar manusia melalui suatu
komunikasi yang beraneka ragam macamnya. dan bayangkan jika manusia hidup tanpa
seni. Jika manusia hidup tanpa bisa menyalurkan ekspresi mereka atau tidak bisa
berkomunikasi dengan manusia lainnya, maka akan menggangu kejiwaan atau
psikologis manusia tersebut.
Masalah
sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi
– materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra
dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni
didalamnya. Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat
Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1. Kenyataan bahwa
bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya
yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari
ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2. Proses pembangunan
yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif
berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan
sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
3. kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia,
menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung
sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya.
3.2.
ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA
A.
Pengertian Prosa
Prosa
adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme
(rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan
arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin “prosa” yang artinya
“terus terang”. Prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau
ide. Karena itu, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel,
ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi
dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa
indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang
dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
B.
Jenis-jenis Prosa
Di
dalam kesusastraan bahasa Indonesia kita, ada beberapa macam prosa antara lain:
1. Prosa naratif : karangan
yang isinya menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar
pembaca seolah – olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.
2. Prosa deskriptif : karangan
yang isinya menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seolah – oleh melihat
sendiri objek yang digambarkan itu.
3. Prosa eksposisi : karangan
yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan sejelas – jelasnya.
4. Prosa argumentatif :
karangan yang berisi idea tau gagasan yang dilengkapi data – data kesaksian
bertujuan mempengaruhi pembaca untuk menyatakan persetujuannya.
5. Prosa Persuasif : karangan
yang disampaikan dengan cara – cara tertentu, bersingfat ringkas, menarik
pembaca, hingga pembaca terhanyut oleh siratan ininya.
Tetapi dari sekian
banyaknya jenis-jenis prosa ini hanya ada 2 jenis prosa yang paling sering
dibahas, yaitu prosa lama dan prosa baru.
C. Komponen Dalam Prosa
Lama
a. Sejarah
Sejarah (tambo), adalah
salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa
sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta.
Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah
yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama.
Contoh : Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang
yang ditulis tahun 1612.
b. Kisah
Kisah, adalah cerita
tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat
lain. Contoh : Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke
Jedah.
c. Dongeng
Dongeng, adalah suatu
cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai
berikut :
*Fabel,
adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral
(biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh : Kancil dengan Buaya,
Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung
Gagak dan Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan
lain-lain.
*Mite
(mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap
sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh : Nyai
Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya
Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
*Legenda,
adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat
atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
*Sage,
adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan
keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh : Calon
Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
*Parabel,
adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan
menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan
Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
*Dongeng
jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan
masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh : Pak Pandir, Lebai Malang, Pak
Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.
d. Cerita pelipur lara
Suatu karya sastra yang
berisikan kejenakaan. Karya sastra ini bertujuan untuk melipur lara atau
membuat pembaca melupakan sedihnya.
e. Hikayat
Hikayat adalah cerita karya sastra lama yang berbentuk riwayat yang
mengisahkan hal-hal di luar kenyataan yang berkembang di lingkungan istana.
Ciri-ciri hikayat yaitu:
·
Bersifat
istana centris.
·
Anonim (nama
pengarang tidak dicantumkan).
·
Berkembang
secara stetis.
·
Bersifat
imajinatif, bersifat khayalan.
·
Lisan, karena
disebarkan dari mulut ke mulut.
·
Berbahasa
klise, meniru bahasa penutur sebelumnya.
D. Komponen Dalam Prosa
Baru
a. Roman
Roman adalah bentuk
prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka
dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa
kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap
adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh,
alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari
pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan
isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
*Roman
transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung
pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar
Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah
Muda oleh Adinegoro.
*Roman
sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat.
Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang
bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia
oleh Adinegoro.
*Roman
sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis,
peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh:
Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani,
Surapati oleh Abdul Muis.
*Roman
psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari
segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat
Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh
Armijn Pane.
*Roman
detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman
ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar
berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS,
Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b. Novel
Novel berasal dari
Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan
sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang
mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan
perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme.
Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen.
Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer,
Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya
oleh Idrus.
c. Cerpen
Cerpen adalah bentuk
prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang
terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau
pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya.
Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman
Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau
Kami oleh A.A. Navis.
d. Riwayat
Riwayat (biografi),
adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang
sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil
hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa,
Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar Dewantara.
e. Kritik
Kritik adalah karya
yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi
alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya
objektif dan menghakimi.
f. Resensi
Resensi adalah
pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.).
Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari berbagai
aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan
penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau
dinikmati.
g. Esai
Esai adalah ulasan /
kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi
penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun
komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama,
film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif
atau sangat pribadi. dan tidak boleh di sentuh oleh siapa pun.
3.3.
NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI
A.
Pengertian Prosa Fiksi
Prosa Fiksi adalah kisahan atau ceritera yang diemban
oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian
ceritera tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
menjalin suatu ceritera. (aminuddin, 2002:66). Sedangkan M. Saleh Saad dan
Anton M. Muliono (dalam Tjahyono, 1988:106) mengemukakan pengertian prosa fiksi
(fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot, atau ceritera rekaan disingkat
cerkan) adalah bentuk ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran,
lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sudjiman, (1984:17)
yang menyebut fiksi ini dengan istilah ceritera rekaan, yaitu kisahan yang
mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau
imajinasi, dalam ragam prosa. Logika dalam prosa fiksi adlah logika imajnatif,
sedangkan logika dalam nonfiksi adalah logika factual.Prosa fiksi dapat
dibedakan atas pendek dan novel. Ada juga yang memilahnya menjadi tiga, selain
cerpen, dan noel, tersebut juga istilah roman.
Prosa
fiksi adalah prosa yang mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat
sastra. Prosa fiksi ialah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan
pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi
disebut juga karangan narasi sugestif atau imajinatif. Prosa fiksi berbentuk cerita
pendek (cerpen), novel, dan juga dongeng.
Sebagai seni yang
bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung
atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan kata lain prosa
mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra.
B.
Nilai-nilai dalam Prosa Fiksi
1. Prosa fiksi
memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan
yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman
sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang
dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau
tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi
selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing
tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
2. Prosa fiksi
memberikan informasi
Fiksi memberikan
sejenis infonnasi yang tidak terdapat di dalam ensildopedi. Dalam novel sering
kita dapat belajan sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik
tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang
akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
3. Prosa fiksi
memberikan warisan cultural
Prosa fiksi dapat
menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak
henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan
keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi
seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalamanpengalaman dengan
banyak individu. Fiksi juga memungkinkan labih banyak kesempatan untuk memilih
respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda
daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
C.
Contoh Karya Sastra
1. Beberapa pilihan
puisi Chairil Anwar dalam Deru Campur Debu (1949)
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
2. Pantun Agama
Malam hari lihat bulan
Melihat bulan
bersama-sama
Jika ingin disayang
Tuhan
Berbuat baiklah pada
sesama
D.
Contoh Prosa
Dongeng
Pogi
yang Malang
Pogi adalah pemuda yang
malas. Kerjanya hanya makan, tidur, dan bermain-main. Ayah dan ibunya tidak
melarang sebab mereka adalah keluarga kaya. Apa saja kemauan Pogi selalu
dituruti.
Suatu pagi, Pogi pergi
bermain ke hutan. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pengembara
yang membawa lima karung yang berat.
”Hai, pemuda ! Maukah
kau menolongku membawa karung ini ke kota ? ”tanya pengembara itu.
Pogi pura-pura tidak
mendengar. Ia tetap berjalan perlahan sambil mengamati tumbuhan.
”Nak, aku akan
memberimu salah satu dari kantong ini. Silahkan pilih!”
Pogi masih pura-pura
tidak mendengar. Huh! Tadi minta tolong sekarang malah mau memberi karung.
Paling-paling isinya Cuma sampah, bati Pogi.
” Anak muda, karungku
yang bertali merah ini berisi ramuan obat segala penyakit, sedangkan yang
bertali biru berisi bibit padi segala musim. Atau kamu mau karung dengan tali
berwarna putih? Ini berisi kain sutera pilihan, yang bertali hijau berisi aneka
macam penyedap masakan, dan yang berwarna kuning berisi emas permata. Nah, pilihlah
salah satu!”
”Ah, baiklah.”kata Pogi
semangat. ”Aku pilihyang berwarna kuning aja.”
”Apakah kamu yakin
karung ini membawa keberuntungn bagimu?”
”Sangat yakin.
Sudahlah, cepat berikan. Aku tidak sabar membawanya pulang .”omel Pogi .
Pengembara itu menyerahkan
karung yng bertali kuning. Pogi langsung membawa karung itu pergi tanpa
berterima kasih. Setelah agak jauh, dibukanya karung itu. Ah, betapa
gembiranyaPogi saat melihat banyak emas di dalamnya. Pogi lalu melanjutkan
perjalanan pulang.
Tiba-tiba...
”Pokoknya kalau bertemu
orang kaya, kita rampok saja.” kata salah satu orang.
Pogi yang mendengar
suara itu, cepat-cepat bersembunyi. Setelah kedua orang itu berlalu, Pogi
segera keluar dari persembunyiannya. Ia meneruskan dengan tergesa-gesa dan
takut. Sampailah Pogi di tepi sungai. Di tempat penyeberangan itu tampak sepi.
Hanya ada tiga penarik perahu.
”Sepi sekali hari
ini.”ujar yang bertubuh paling kecil.
”Benar tidak seperti
bisanya.” jawab yang berambut keriting.
”Bagaimana kalau kita
rampok saja orang yang menyeberang dengan perahu kita ini ?” tanya yang
bertubuh kekar.
Ketiga penarik perahu
tertawa terbahak-bahak. Mendengar hal itu Pogi semakin ketakutan. Diambilnya
jalan pintas. Pogi berenang menuju ke seberang sungai. Sesampainya di tengah
sungai, seekor buaya menuju ke arahnya.
Tanpa ragu-ragu, Pogi
memukul moncong buaya itu dengan karung yang dipanggulnya. Buaya itu malah
membuka moncongnya. Pogi tak banyak berpikir. Dilemparnya karung berisi emas
itu ke arah buaya. Lemparan tepat sekali. Buaya itu kesulitan mengunyah karung.
Pogi merasa musuhnya lengah. Ia berenang ke tepian secepatnya.
Sejak kejadian itu,
Pogi menjadi sadar., ternyata emas tidak mendatangkan keberuntungan baginya.
Justru mendatangkan bahaya. Sejak itu Pogi menjadi rajin dan bijaksana.
3.4.
ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUSI
A.
Pengertian Puisi
Puisi
(dari bahasa Yunani Kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni
tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,
atau selain arti semantiknya. Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair
mengenal kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang
artistic/esthetic, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata – katanya.
Puisi
adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang padat. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa
dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi
dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern
memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur
tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala
kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang
membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris
pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal
tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya.
Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang.
Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak
dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang
diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan
sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun
beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu
‘pemadatan kata’. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan
lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut. Didalam
puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas
tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung
dengan kasar. Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan
dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi
tersebut.
B.
Kreativitas Penyair Dalam Membangun Puisinya
1. Figura bahasa : seperti
gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi
segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
2. Kata-kata yang
ambiguitas : yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3. Kata-kata berjiwa : yaitu
kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman
jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata yang
konotatif : yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan
asosiasi-asosiasi tertentu.
5. Pengulangan : berfungsi
untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
C.
Alasan – alasan Yang Mendasari Penyajian Puisi Pada Perkuliahan IBD
1. Hubungan puisi dengan
pengalaman hidup manusia.
Perekaman dan
penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. lni
berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasamya
untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman
langsung yang terbatas. Dengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi dapat
memberikan kepada para mahasiswa memiliki kesadaran (insight-wawasan) yang
penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sndiri dan
tentang masyarakat.
2. Puisi dan
keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi
mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang
lain maupun did sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan
kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap
orang.
3. Puisi dan keinsyafan
sosial.
Puisi juga memberikan
kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang terlibat
dalam isue dan problem sosial. Secara imaginatif puisi dapat menafsirkan
situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa ;
- penderitaan atas
ketidak adilan
- perjuangan untuk
kekuasaan
- konflik dengan
sesamanya
- pemberontakan
terhadap hukum Tuhan
D.
Contoh Puisi
Contoh karya Rendra
dengan puisinya “episode” misalnya, melukiskan betapa kemesraan cinta begitu
merasuk kedalam jiwa dua sejoli muda – mudi yang sedang menjalin cinta. Cinta
kasih itu kadang – kadang tidak berdiri sendiri, ia sering berpadu dengan nilai
– nilai kemanusiaan yang lain seperti penderitaan (kesepian, kesedihan,
keputusasaan, dll)
Kami duduk berdua
di bangku halaman rumah
pohon jambu di halaman itu
berbuah dengan lebatnya
dan kami senang memandangnya
angin yang lewat
memainkan daun yang berguguran
tiba – tiba ia bertanya :
“mengapa sebuah kancing bajumu lepas terbuka ?”
aku hanya tertawa
lalu ia sematkan dengan mesra
sebuah peniti menutup bajuku
sementara itu
aku bersihkan
guguran bunga jambu
yang mengotori rambutnya.
Penutup
Kesimpulan
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya
dengan ilmu budaya dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya
dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat
menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang IBD dalam konteks
budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai
berikut :
1. Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas
suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai
aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan,
dan kedaerahan .
2. Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan
terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya
perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental
manusiapun terkena pengaruhnya .
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata
nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah
diciptakannya .
Saran
Ketika seseorang memiliki ilmu budaya dasar dan
sifat kesusastraan , pasti dapat membuat pelihat hasil cipta karyanya
menghayati dan melakukan hal positif dengan hasil cipta karya yang di buat.
untuk itu bagi seseorang yang telah mampu melakukan hal tersebut yaitu
membuat suatu cipta karya yang dapat di hayati oleh orang lain dan membuat
perubahan bagi pelihat hasil cipta karya saya hanya memberi masukan sedikit,
tuangkanlah hal-hal yang positif agar suatu ketika ada pelihat hasil cipta
karya dapat menirukan hal yang positif yang memiliki nilai ke indahan, dan
jangan buat cipta karya yang negatif yang dapat merusak pemikiran manusia dan
membuat manusia melakukan hal -hal yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar