MANUSIA
DAN KEINDAHAN
Setiap
manusia dilahirkan dan dibekali dengan banyak sekali keindahan. Keindahannya
baik dari dalam, dari luar, maupun yang ada disekitarnya. Kata keindahan
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya.
Keidahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah
keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya
tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak
indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera
perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan atau lokal.
5.1.
KEINDAHAN
A.
Pengertian Keindahan
Keindahan, sering diutarakan kepada situasi tertentu,
arti kata keindahan yaitu berasal dari kata indah, artinya bagus, permai,
cantik, elok, molek dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran.
Keindahan identik dengan kebenaran, sesuatu yang indah itu selalu mengandung
kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal
itu pada prinsipnya tidak indah. Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan
ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman
persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar
atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi,
psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal” adalah sebuah
entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan
dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Dalam
bahasa Latin, keindahan diterjemahkan dari kata “bellum” Akar katanya adalah
“benum” yang berarti kebaikan. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata
“beautiful”, Prancis “beao” sedangkan Italy dan Spanyol ”beloo”. Kata benda
Yunani klasik untuk “keindahan ” adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk
“indah” itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος,
hōraios, kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti “jam.”
Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan “berada di jam
(waktu) yang sepatutnya.”
Menurut
Hebert Read : Jadi keindahan itu adalah sesuatu kesatuan hubungan-hubungan yang
formal daripada pengamatan yang dapat menimbulkan rasa senang (Beauty is unity
of format relation among our sence perceptions). Atau keindahan itu merangsang
timbulnya rasa senang tanpa pamrih pada subyek yang melihatnya, dan bertumpu
kepada ciri-ciri yang terdapat pada obyek yang sesuai dengan rasa senang itu.
Batasan
keindahan yang dikemukakan oleh Hebert Read tersebut di atas, dikatakan yang
paling mendekati kebenaran. Tetapi apabila kita telah lebih dalam, batasan
Hebert Read itu terlalu ditentukan dari sisi subyek dan dianggap sebagai
perpaduan unsur-unsur pengamatan. Jadi batasan Hebert Read itu sifatnya terlalu
sensual (jasmaniah), kurang ditinjau dan segi obyek yang diamati yang memiliki
keindahan itu. Keindahan itu tidak hanya merupakan perpaduan dan pengamatan
panca indera semata-mata, tetapi lebih daripada visual melulu, dan dapat
menjadi lebih dalam lagi, apabila merupakan perpaduan pengamatan batiniah yang
dilakukan oleh seseorang. Pengertian keindahan tidak hanya terbatas pada
kenikmatan penglihatan saja, tetapi juga termasuk kenikmatan spiritual.
Berdasarkan
pandangan tersebut di atas, maka kita dapatkan batasan keindahan yang
bermacam-macam, sebanyak para ahli yang memberi batasan itu. Di bawah ini
dikemukakan beberapa diantaranya adalah:
1. Menurut Leo Tolstoy
(Rusia)
Dalam bahasa Rusia
terdapat istilah yang serupa dengan keindahan yaitu “krasota”, artinya that
wich pleases the sigh atau suatu yang mendatangkan rasa yang menyenangkan bagi
yang melihat dengan mata. Bangsa Rusia tidak punya pengertian keindahan untuk
musik. Bagi bangsa Rusia yang indah hanya yang dapat dilihat mata (Leo
Tolstoy). Jadi menurut Leo Tolstoy, keindahan itu adalah sesuatu yang
mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat.
2. Menurut Alexander
Baurngarten (Jerman)
Keindahan itu dipandang
sebagai keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur daripada bagian-bagian,
yang bagian-bagian itu erat hubungannya satu dengan yang lain, juga dengan
keselunuhan. (Beauty is on of parts in their manual relations and in their relations
to the whole).
3. Menurut Sulzer
Yang indah itu hanyalah
yang baik. Jika belum haik, ciptaan itu belum indah. Keindahan hartis dapat
memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan amoral adalah tidak indah, karena tidak
dapat digunakan untuk memupuk moral.
4. Menurut Winchelman
Keindahan itu dapat
terlepas sama sekali daripada kebaikan.
5. Menurut Shaftesbury
(Jerman)
Yang indah itu adalah
yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena yang proporsinya harmonis itu
nyata, maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Yang indah adalah
yang nyata dan yang nyata adalah yang baik.
6. Menurut Humo
(Inggris)
Keindahan adalah
sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang.
7. Menurut Hemsterhuis
(Belanda)
Yang indah adalah yang
paling banyak mendatangkan rasa senang dan itu adalah yang dalam waktu
sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengamatan-pengamatan yang
menyenangkan itu.
8. Menurut Emmanuel
Kant
Meninjau keindahan dan
2 segi. Pertama dan segi arti yang subyektif dan kedua dan segi arti yang
obyektif.
a. Subyektif: Keindahan
adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan
praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si penghayat.
b. Obyektif: Keserasian
dan suatu obyek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh obyek ini tidak
ditinjau dan segi gunanya.
B.
Perbedaan Antara Keindahan Sebagai Suatu Kualitas Abstrak Dan Sebagai Sebuah
Benda Tertentu Yang Indah
Keindahan sebagai suatu kualitas abstrak (Beauty as an
abstract quality) menggambarkan sesuatu yang kontemporer dan bersifat
nonrealistic di mana sang pencipta karya menggambarkan sesuatu yang tidak bisa
dimengerti secara umum dan tidak sesuai dengan realita. Keindahan sebagai
kualitas abstrak menggambarkan suatu bentuk dalam yang keindahan di mana
keindahan tersebut bersifat eksklusif dan hanya dapat dimengerti oleh orang
yang menciptakan keindahan tersebut berdasarkan apa yang dipahaminya.
Sedangkan
keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang indah adalah keindahan yang
memiliki konsep pemahaman dan nilai yang berbeda dengan kualitas abstrak di
mana benda yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu yang mewakili keindahan
secara umum dan dapat dengan mudah diterima maupun dipahami oleh masyarakat. Contoh
keindahan dalam bentuk benda:
· Secara alami : Manusia menaruh rasa
kagum atas keindahan alam yang merupakan ciptaan dari Yang Maha Kuasa.
· Buatan tangan : Karya seni yang memiliki
nilai estetika yang dapat dinilai oleh manusia.
C.
Keindahan Yang Seluas-Luasnya
Disamping itu terdapat
pula perbedaan menurut luasnya pengertian, yakni:
a. Keindahan dalam arti
luas.
Ialah merupakan
pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula
kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang
indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik
juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah, kebajikan yang
indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran yang indah dan
adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti
estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan
harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan
seluas-luasnya meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan
keindahan intelektual.
b. Keindahan dalam arti
estetis murni.
Ialah tentang
menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala
sesuatu yang diserapnya. (berdasarkan penglihatan, harmoni dalam pendengaran).
c. Keindahan dalam arti
terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti
yang terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut
benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan
bentuk dan warna. Keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan
dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa
keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu
benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
D. Nilai Estetik
Dalam
rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian
keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral,
nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan
segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.
Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang
nilai sebagai berikut :
”The
believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any
object which causes it be of interest to an individual or a group” (Kemampuan
yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia.
Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).
Hal
itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus
dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan
bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada
suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya. Nilai itu ada yang membedakan
antara nilai subyektif dan obyektif.
E. Nilai Ekstrinsik Dan Nilai Intrinsik
- NILAI EKSTRINSIK
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau
sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/contributory value), yakni nilai
yang bersifat sebagai alat atau membantu. Contoh:
· Puisi,
bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut
nilai ekstrinsik.
· Tari, tarian
Damarwulan-minakjinggo suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala macam
jenis pakaian dan gerak-geriknya.
- NILAI INTRINSIK
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau
sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya:
pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi
itu disebut nilai intrinsik.
Nilai keindahan instrinsik adalah nilai bentuk seni yang dapat diindera
dengan mata, telinga atau keduanya. Nilai bentuk ini kadang juga disebut nilai
struktur yaitu bagaimana cara menyusun nilai-nilai ekstrinsiknya atau bahannya
berupa rangkaian peristiwa. Semuanya disusun begitu rupa sehingga menjadi
sebuah bentuk yang berstruktur dan dinamai nilai instrinsik. Cara menyusun
bentuk tadi melahirkan sebuah cerita. Kumpulan peristiwa yang sama oleh dua
orang penulis mungkin saja disusun berdasarkan urutan atau struktur yang
berbeda, sehingga nilai seninya juga berbeda. Cara menyusun yang berbeda ini
menentukan arti ekstrinsiknya atau isi seni.
Cara kerja yang demikian itulah yang menyebabkan setiap seniman dapat
menciptakan karya seni yang secara instrinsik berbeda-beda berdasarkan
pengolahan ekstrinsiknya. Inilah pula yang menyebabkan keindahan karya seni
bukan melulu keindahan bentuk atau instrinsiknya, tetapi juga menyangkut nilai
ekstrinsiknya misalnya cara menggambar daun jatuh oleh dua penyair dapat
menghasilkan dua keindahan yang berbeda. Ini disebabkan oleh karena cara
instrinsik atau cara melukiskan jatuhnya daun tadi berbeda berdasarkan visi
atau pandangan penyair terhadap bahannya, yakni jatuhnya daun.
Karya seni tetap harus mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan
inderawi dan menggembirakan batin seperti pemandangan alam. Hanya saja dalam
karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna. Pemandangan tak berkata
apa-apa atau tidak menyampaikan pesan apa-apa, tetapi setiap karya seni selalu
menyampaikan sesuatu. Dan, aspek sesuatu atau bahan atau isi seni tidaklah yang
menyebabkan lahirnya perdebatan mengenai indah atau tidaknya karya seni.
Tetapi, adakah karya seni yang tidak indah ? misalnya lukisan mayat,
sampah, daging tersayat, kematian, kengerian. Itu hanya objek ekstrinsiknya
belaka, sebagai objek tentu saja kaki berkoreng itu tidak indah, malah
menjinjikan atau menakutkan, mendatangkan teror. Tetapi cara pandang pelukis
atau penyair terhadap kaki berkoreng tadi dapat indah dengan caranya menyusun
bentuk strukturnya. Cara menggambarkan kaki berkoreng tadi menyampaikan suatu
makna, pesan, maksud, pandangan tentang hidup ini sehingga hasil gambarannya
tadi menjadi indah dalam arti menggembirakan batin. Suatu lukisan yang penuh
teror, kekasaran dan kekacauan dapat tampak indah karena teror yang digambarkan
tadi menyampaikan isi atau makna yang menggembirakan aspek intelektual kita,
misalnya.
Jadi setiap karya seni tentu mengandung keindahan. Dan keindahan tidak
selalu harus senada dengan keindahan pemandangan alam yang halus, halus,
menentramkan, indah tidak harus lembut, halus, teratur, seimbang. Indah juga
terwujud dalam bentuk kasar, keras, kacau dan tak seimbang atau tak harmonis,
asal membawakan suatu makna. Makna ekstrinsik itulah yang menyebabkan sebuah
karya seni dikatakan indah, menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin.
Bentuk kasar penuh teror yang kacau tadi terwujud karena tuntutan ungkapan
ekstrinsiknya. Tuntutan ini seni atau bahan seni (yang berhubungan dengan
pandangan seniman) itulah yang melahirkan bentuk yang tidak indah. Jelaslah
bahwa keindahan seni berhubungan dengan unsur ekstrinsik dan instrinsik
sekaligus. Keduanya dapat dibedakan tetapi tak mungkin dipisahkan. Dalam
membicarakan unsur ekstrinsik, kita juga berbicara tentang unsur intrinsiknya
dan sebaliknya (Jacob Sumardjo. 2000 ; 155 – 157).
Demikian banyaknya hasil seni budaya dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik
dan pendekatan intrinsik melalui proses penghayatan kita dapat mengetahui
alasan mereka atau seniman menciptakan keindahan melalui hasil seni. Kalau
Bagong Kussudiarjo ditanya mengapa ia menciptakan berbagai kreasi tarian baru
yang menggambarkan kehidupan nelayan, petani, buruh pabrik, tentu ada berbagai
macam jawaban mungkin ia ingin mengabadikan kegiatan masing-masing pekerjaan
itu pada zamannya. Karena kelak apabila teknologi maju memasuki wilayah itu
kegiatan mereka itu akan lain bentuknya. Atau mungkin ia ingin menunjukkan
kepada masyarakat bahwa keindahan itu tidak hanya dapat di kota-kota saja, dan
yang menggemari keindahan itu bukan hanya para cendikiawan saja, tetapi di
masyarakat, nelayan, buruh pabrik dan petani yang setiap hari berjuang demi
sesuap nasi-pun merindukan keindahan.
F.
Pengertian Kontemplasi Dan Ekstansi
Keindahan dapat dinikmati
menurut selera seni dan selera biasa. Keindahan yang didasarkan oleh seni
didukung oleh faktor kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah dasar dalam
diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses
bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari
nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini digabungkan dengan bentuk diluar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini digabungkan dengan bentuk diluar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah.
Apabila kontemplasi dan
ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kontemplasi itu faktor
pendorong untuk menciptakan keindahan., sedangkan ekstansi ini merupakan faktor
pendorong untuk merasakan dan menikmati keindahan. Karena drajad kontemplasi
dan ekstansi itu berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap
keindahan karya seni juga berbeda-beda. Mungkin orang yang satu mengatakan
karya seni itu indah, tetapi orang lain mengatakan karya seni itu tidak atau
kurang inda, karena selera seni berlainan.
Apa Sebabnya Manusia Menciptakan Keindahan?
Keindahan itu pada dasamya adalah alamiah. Alam ciptaan Tuhan. lni berarti
bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan
tidak pula kurang. Kalau pelukis melukis wanita lebih cantik dari keadaan
sebenamya, justru tidak indah. Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari
oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat
berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai
kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai
keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Berikut ini akan dicoba menguraikan
alasan/motivasi dan tujuan seniman menciptakan keindahan.
1) Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai
lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan
mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, misalnya kawin paksa.
2) Kemerosotan Zaman
Keadaan yang merendahkan derajad dan nilai kcmanusiaan ditandai dengan
kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan
perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan seksual. Sebagai
contoh ialah karya seni berupa sajak yang dikemukakan oleh W.S.Rendra berjudul
“Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta”. Di sini pengarang memprotes
perbuatan bejad para pejabat, yang merendahkan derajad wanita dengan mengatakan
sebagai inspirasi revolusi, tetapi tidak lebih dari pelacur.
3) Penderitaan Manusia
Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling
menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat orang
menderita sebagai akibat nafsu ingin berkuasa. serakah, tidak berhati-hati dan
sebagainya. Keadaan demikian ini tidak mempunyai daya tarik dan tidak
menyenangkan, karena nilai kemanusiaan telah diabaikan, dan dikatakan tidak
indah. Yang tidak indah itu harus dilenyapkan karena tidak bermanfaat bagi
kemanusiaan.
4) Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan
alam semesta serta kejadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan
mutlak ciptaan Tuhan. Manusia hanya dapat meniru saja keindahan ciptaan Tuhan
itu. Seindah-indah tinian terhadap ciptaan Tuhan, tidak akan menyamai keindahan
ciptaan Tuhan itu sendiri. Kecantikan seorang wanita ciptaan Tuhan membuat
kagum seniman Leonardo da Vinci. Karena itu ia berusaha meniru ciptaan Tuhan
dengan melukis Monalisa sebagai wanita cantik. Lukisan monalisa sangat terkenal
karena menarik dan tidak membosankan.
5.2.
RENUNGAN
A.
Teori-Teori Dalam Renungan
Renungan
berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan
sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung
untuk menciptakan seni terdapat beberapa teori. Adapun macam-macam teori
renungan untuk menciptakan karya seni, antara lain :
- Teori Pengungkapan : Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” (Seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia). Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris;
- Teori Metafisik : Merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafat, konsepsi keindahan dan teori seni. Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan perenungannya itu menembus segi-segi praktis dari benda-benda di sekelilingnya dan sampai pada makna yang dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya;
- Teori Psikologis : Salah satunya ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Seni merupakan semacam permainan yang menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan.
5.3 KESERASIAN
Keserasian
merupakan keharmonisan,kesepadanan, keselarasan, kita perlu mengukuhkan
semangat untuk menciptakannya, jadi keserasian kecocokan, kena benar, dan
sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan,
pertentangan, ukuran dan seimbang
A. Teori-teori keserasian :
- Teori Objectif dan Teori Subjectif : Teori Objectif menyatakan bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetika adalah sifat (kulitas) yang memang melekat dalam bentuk indah yang bersangkutan.Pendukung teori objectif salah satunya adalah Plato, Hegel. Teori Subjectif menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri sesorang yang mengamati suatu benda. Pendukung nya adalah Henry Home, Earlof Shaffesburry;
- Teori Perimbangan : Dalam arti yang terbatas yakni secara kualitatif yang di ungkapkan dengan angka-angka, keindahan hanyalah kesan yang subjectif sifatnya dan berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak ada keteraturan yakni tersusun dari daya hidup, penggembaraan, pelimpahan dan pengungkapan perasaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar