MANUSIA
DAN PENDERITAAN
6.1.
PENGERTIAN PENDERITAAN
A.
Definisi Penderitaan Dan Contoh Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal
dari bahasa sansekerta yang artinya menahan atau menanggung. Derita artinya
menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu
dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat,
ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan
berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang,
atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenilcmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan
akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan "risiko"
hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga
memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia
sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah
diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap
atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? Tanda atau wangsit demikian
dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu
tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan.
Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya banyak kelebihan
dibandingkan dengan mahluk ciptaannya yang lain, tetapi mampukah manusia
mengendalikan diri untuk melupakannya? Bagi manusia yang tebal imannya musibah
yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepada-Nya
dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan
karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar dan dirinya, akan
membuat manusia merasakan dirinya kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah
akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan
berkurang penderitaan yang dialaminya, untuk akhimya masih dapat bersyukur
bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
Baik
dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang
menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi
peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umunya manusia kurang
mempethatikan peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan.
Hal
itu misalnya dalam surat Al.Insyiqoq:6 (q) dinyatakan "manusia ialah
mahluk yang hidupnya penuh perjuangan. Ayat tersebut harus diartikan, bahwa
manusia hams bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk
kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam),
menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak bole h lupa untuk taqwa terhadap
Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu darinya, atau kurang
sungguh-sungguh menghadapinya, maka akibatnya manusia akan menderita. Bila
manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya.
Penderitaan semacam itu karena kesalahaunya sendiri.
Berbagai
kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan
sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi
penderitaan dalam hidupnya? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah
diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan
penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalarn
menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak
membantu saja. Sekali lagi semuanya itu merupakan "resiko" karena
seseorang mau'hidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan
dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.
6.2.
SIKSAAN
A.
Pengertian Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture)
digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan
kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik
secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap
seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan
informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan
politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu
cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan
sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang
dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan
telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakanpindah agama atau cuci otak
politik.
Siksaan
dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa
siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah
penderitaan. Dengan siksaan-siksaan itu Allah akan menganiaya mereka, namun
mereka jualah yang menganiaya diri sendiri, karena dosa-dosanya.
Di
dalam kitab suci diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang dialami manusia di
akhirat nanti, yaitu siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik, dengki,
memfitnah, mencuri, makan harta anak yatim, dan sebagainya. Antara lain, ayat
40 surat Al Ankahut menyatakan :
"masing-masing
bangsa itu kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada
diantaranya kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang
diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula
yang kami benamkan ke dalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang kami
tenggelamkan seperti kaum Nuh. Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan
menganiaya mereka, namun mereka jualah yang menganiaya diri sendiri, karena
dosa-dosanya.”
Siksaan
yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan banyak
dibaca di berbagai media massa. Bahkan kadang-kadang ditulis di halaman pertama
dengan judul huruf besar, dan kadang-kadang disertai gambar si korban. Berita
mengenai siksaan kita temui dalam kehidupan sehari-hari, sebuah harian ibukota
(pos kota) halaman pertama isinya sebagian besar adalah mengenai siksaan,
pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, perampokan, dan sebagainya.
Penyiksaan
hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi
manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan
Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak
melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau
tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention
Against Torture juga telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan
rasa sakit atau penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau
pengakuan, menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga.
Walaupun demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International
memperkirakan bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi
perjanjian-perjanjian tersebut.
B.
Phobia
Ahli-ahli medis mempunyai pendapat yang berbeda-beda dan
banyak penderita yang mempunyai teori tentang asal mula dari ketakutan mereka.
Kebanyakan phobianya dimulai dengan sesuatu shock emosional atau suatu tekanan
pada waktu tertentu, misalnya pekerjaan baru, kematian dalam keluarga, suatu
orperasi atau sakit yang serius.
Umumnya
ada dua aliran tentang penyebab phobia. Ahli-ahli ilmu jiwa cenderung
berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis
yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukkan sebelum phobianya
akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu
phobia adalah problemanya dan tidak perlu menemukan sebab- sebabnya supaya
mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan
ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan
terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.
C.
3 Siksaan Yang Bersifat Psikis
Siksaan
yang sifatnya Psikis misalnya kebimbangan, kesepian dan ketakutan.
a. Kebimbangan : dialami oleh seseorang bila ia pada suatu saat tidak
dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil. Misalnya pada suatu saat
apakah seseorang yang bimbang itu pergi atau tidak. Akibat dari kebimbangan
seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa
dalam hidupnya saat itu. Bagi orang yang lemah berpikirnya, masalah kebimbangan
akan lama dialami, sehingga siksaan itu berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang
kuat berpikirnya ia akan cepat mengambil suatu keputuan, sehingga kebimbangan
akan cepat dapat diatasi. Siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk
menentukan pilihan yang mana akan meraka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi
ini sangat membuat psikis manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat
sangat sulit.
b. Kesepian : dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya
atau jiwanya, walaupun ia dalam lingkungan orang ramai, kesepian ini tidak
boleh dicampur adukkan dengan keadaan sepi seperti yang dialami oleh petapa atau biarawan yang
tinggalnya ditempat yang sepi. Tempat mereka memang sepi tetapi hati mereka
tidak sepi. Kesepian juga merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dialami
seseorang. Kesepian merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan
oleh setiap manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial,
hidup bersama dan tidak hidup seorang diri.Faktor ini dapat mengakibatkan
depresi kejiwaan yang berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa
rohani manusia
c. Ketakutan : merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada
tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Pada umumnya orang yang memiliki satu atau
lebih phobia ringan seperti takut pada tikus, ular, serangga dan lain
sebagainya. Tetapi pada sementara orang ketakutan itu sedemikian hebatnya
sehingga sangat mengganggu. Seperti pada kesepian, ketakutan dapat juga timbul
atau dialami seseorang walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan adalah hal
yang bersifat psikis. Ketakutan adalah
suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang ditakuti oleh manusia. Rasa
takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat mendalam. Dampaknya manusia
bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia berkejatuhan mental.
D.
Penyebab Seseorang Merasa Ketakutan
Banyak sebab yang
menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain:
a.) Claustrophobia dan Agoraphobia,
claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup, sedangkan
agoraphobia adalah rasa takut yang disebabkan seseorang berada di tempat
terbuka.
b.) Gamang merupakan ketakutan bila
seseorang di tampat yang tinggi. Misalnya seseorang harus melewati jembatan
yang sempi, sedangkan dibawahnya ada air yang mengalir, atau seseorang takut
meniti dinding tembok dibawahnya.
c.) Kegelapan merupakan suatu ketakutan
seseorang bila ia berada di tempat yang gelap. Sebab dalam pikirannya dalam kegelapan
demikian akan muncul sesuatu yang ditakuti, misalnya setan, pencuri dan
lain-lain. Orang yang demikian menghendaki agar ruangan tempat tidur selalu
dinyalakan lampu yang terang.
d.) Kesakitan merupakan ketakutan yang
disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami. Seseorang yang takut diinjeksi
sudah berteriak-teriak sebelum jarum injeksi ditusukkan ke dalam tubuhnya. Hal itu
disebabkan karena dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan rasa sakit.
e.) Kegagalan merupakan dari seseorang
disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang
yang patah hati tidak mudah untuk bercinta kembali, karena takut dalam
percintaan berikutnya juga akan terjadi kegagalan, trauma yang pernah
dialaminya telah menjadikan dirinya ketakutan kalau sampai terulang lagi.
6.3.
KEKALUTAN MENTAL
A.
Pengertian Kekalutan Mental
Penderitaan batin
dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana
kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang
menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah
laku secara kurang wajar.
Kekalutan
mental memiliki arti dimana seorang individu merasakan ketakutan yang berlebihan
atau bisa dibilang phobia. Hal ini bisa disebabkan karena trauma yang mendalam
atau sugesti yang berlebihan dari diri kita masing-masing.
Mental
seorang manusia itu sebagian besar diciptakan dari pikiran manusia itu sendiri.
Jadi apabila kita memiliki ketakutan yang berlebihan pada sesuatu maka hal itu
akan terbawa dampaknya pada mental kita. Sehingga menyebabkan ketakutan mental.
Selain itu ketakutan mental juga bisa disebabkan karena kita mengalami trauma,
dimana trauma tersebut sangat berpengaruh besar pada hidup kita. Sehingga rasa
takut pada diri kita sulit untuk dihilangkan dan mengakibatkan ketakutan
mental.
Maka
dari itu kekalutan mental kebanyakan disebabkan oleh diri kita sendiri dan juga
orang lain. Akan tetapi hal tersebut bisa dihindari apabila kita memiliki
keberanian yang lebih besar dari rasa takut kita. Jangan lemah dan jangan mau
kalah terhadap ketakutan pada diri kita sendiri.
B.
Gejala Seseorang Ketakutan Mental
Gejala-gejala permulaan
pada orang yang mengalami ketakutan mental adalah sebagai berikut:
- Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
- Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
C.
Tahap-Tahap Gangguan Jiwa
Terdapat tiga tahapan
seseorang mengalami gangguan jiwa, yaitu:
• Gangguan kejiwaan
nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
• Usaha mempertahankan
diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara bertahan
dirinya salah, pada orang yang tidak menderita gangguan kejiwaan bila
menghadapi persoalan justru cepat memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan
perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dari persoalan, tetapi melawan atau
memecahkan persoalan.
• Kekalutan merupakan
titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
D.
Sebab-Sebab Timbulnya Kekalutan Mental
Kekalutan mental yang
dapat di alami oleh seseorang disebabkan oleh berbagai faktor yang ada
disekitarnya, dalam hal ini termasuk faktor-faktor internal atau dari dalam
orang itu sendiri maupun faktor eksternal atau hal-hal yang ada di lingkungan
sekitarnya, keduanya mengacu kepada konflik dan cara seseorang tersebut
menyelesaikan konflik atau masalahnya. Berikut sebab-sebabnya:
a. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang
kurang sempurna. Hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan merasa
rendah diri, yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan
menghancurkan mentalnya. Hal ini banyak terjadi pada orang-orang melankolis.
b. Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda
antara yang bersangkutan dan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak
dapat menyesuaikan diri lagi, misalnya orang dari pedesaaan yang telah mapan
sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa lalunya yang jaya.
c. Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi
berlebihan terhadap kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan
tampak emosional. Sebaliknya ada yang underacting sebagai rasa rendah diri yang
lari ke alam fantasi.
E.
Proses-Proses Kekalutan Mental
Proses kekalutan mental
yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negative. a. Positif:
trauma (luka jiwa) yang dialami dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap
survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun melakukan
kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya.
b. Negatif: trauma yang
dialami diperlarutkan atau diperturutkan, sehingga yang bersangkutan mengalami fustasi, yaitu tekanan batin akibat
tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk-Bentuk fustasi, antara lain :
- Agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi Hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
- Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan. Misalnya dengan menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung, memecahkan barang dan lain-lain.
- Fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri, membentur-benturkan kepala pada benda keras.
- Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain.
- Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya. Misalnya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan diri dengan bintang film, dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
- Narsisme adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior daripada orang lain.
- Autisme ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.
6.4.
PENDERITAAN DAN PERJUANGAN
A.
Hubungan Antara Penderitaan Dan Perjuangan
Setiap
manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan
dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia
hidup, bahwa manusia hidup ditakdiran bukan hannya untuk bahagia, melainkan
juga menderita. Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan
hidup.
Apabila kita memperhatikan dan membaca
riwayat hidup para pemimpin bangsa, orang-orang di dunia, sebagian dari
kehidupannya dilalui dengan penderitaan dan penuh perjuangan. Manusia adalah
mahluk berbudaya dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang
mengancam atau dialaminya. Hal ini membuat manusia itu kreatif, baik bagi
penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati
penderitaan.
Pembebasan
dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah
berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar,
dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan
malapetaka.Manusia hanya merencanakan dan Tuahan yang menentukan. Kelalaian manusia
merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaaan. Penderitaan yang
terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami
oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian
seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.
6.5.
PENDERITAAN, MEDIA MASA DAN SENIMAN
A.
Hubungan Antara Penderitaan, Media Masa Dan Seniman
Bagi
media masa dan seniman penderitaan dibuat melalui karya sastra yang dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat sehingga ikut merasakan penderiaan tersebut.
Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih
besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya.
Penderitaan yang terjadi di seluruh dunia merupakan salahs atu obyek sasaran
media massa untuk membuat berita,kemudian akan sampai ke seluruh penjuru
masyarakat termasukpara seniman yang kemudian akan mengapresiasikan
rasasimpatinya melalui karya seni.
Mensejahterakan
manusia dan sebagian lainnya membuat manusia. Penciptaan bom atom, reaktor
nuklir, pabrik senjata, peluru kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber
peluang terjadinya penderitaan manusia. Hal ini sudah terjadi seperti bom atom
di Hirosyima dan Nagasaki, kebocoran reaktor nuklir di Unisovyet, kebocoran gas
beracun di India. Penggunaan peluru kendali dalam perang Irak.
Beberapa
sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam,
bencana perang dan lain-lain. Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua
di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira
muda di Condet, meletusnya gunung Galunggung, perang Irak dan Iran.
Berita
mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV,
pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan
dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikiaan dapat menggugah hati manusia
untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan
sukarelawan berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan
penyelamatan mereka dari musibah ini. Bantuan-bantuan ini dilakukan secara
perseorangan ataupun melalui organisasi-organisasi sosial, kemudian dikirimkan
atau diantarkan langsung ke tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat
pengungsian.
Media
masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan
peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan
demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama
manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya
komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para
pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya
seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak yang bernama Arie Hanggara yang
mati akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul Arie
Hanggara.
6.6.
PENDERITAAN DAN SEBAB-SEBABNYA
A.
Sebab-Sebab Timbulnya Penderitaan
Apabila dikelompokkan
secara sederhana berdasarkan sebab – sebab timbulnya penderitaan, maka
penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
a.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan
yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam
hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Penderitaan ini terkadang disebut nasib buruk. Nasib buruk tersebut dapat
berubah menjadi baik. Dengan kata lain manusia itu sendirilah yang dapat
memperbaiki nasibnya. Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia
penyebabnya. Perbuatan manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan
penderitaan manusia. Tetapi kadang manusia itu sendiri tidak menyadarinya,
contohnya kita membuang sampah sembarangan sehingga menyebabkan banjir.
Karena perbuatan buruk
antara sesama manusia menyebabkan menderitanya manusia yang lain, contohnya :
(1) Pembantu rumah
tangga yang diperkosa, disekap, dan disiksa oleh majikannya, sudah pantas jika
majikannya yang biadab itu diganjar dengan hukuman penjara oleh pengadilan
negeri Surabaya supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki sekaligus merasakan
penderitaan yang telah ia berikan kepada orang lain. Sedangkan pembantu yang telah
menderita itu dipulihkan.
(2) Perbuatan buruk
orang tua Arie Hanggara yang menganiaya anak kandungnya sendiri sampai
mengakibatkan kematian, sudah pantas jika dijatuhkan hukuman oleh pengadilan
Negeri Jakarta Pusat supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki dan sekaligus
merasakan penderitaan anaknya.
(3) Perbuatan buruk
para pejabat pada zaman orde lama dituliskan oleh seniman Rendra dalam puisinya
“bersatulah pelacur – pelacur kota Jakarta”, perbuatan buruk yang merendahkan
derajad kaum wanita tidak lebih dari pemuas nafsu seksual. Kaya Rendra ini
dipandang sebagai salah satu usaha memperbaiki nasib buruk itu dengan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat termasuk pejabat dan pelacur ibu kota
itu.
Perbuatan buruk manusia
terhadap lingkungannya pun dapat menimbulkan bagi penderitaan bagi manusia yang
lainnya. Tetapi kebanyakan manusia tidak menyadari karena perbuatannya lah yang
menimbulkan penderitaan pada manusia yang lainnya. Kebanyakan manusia baru
menyadari kesalahannya ketika bencana yang menimbulkan penderitaan bagi manusia
yang lainnya itu sudah terjadi. Contohnya adalah sebagai berikut:
(1) Musibah banjir dan
tanah longsor di lampung selatan bermula dari penghunian liar di hutan lindung,
kemudian dibabat menjadi lahan tandus dan gundul oleh manusia – manusia
penghuni liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi korban banjir, ratusan rumah
hancur, belum terhitung lagi jumlah ternak dan harta benda yang hilang /
musnah. Segenap lapisan masyarakat, pemerintah dan ABRI bekerja sama untuk
membebaskan para korban dari penderitaan yang mereka derita itu.
(2) Perbuatan Lalai,
mungkin kurang control terhadap tangki – tangki penyimpanan gas – gas beracun
dari perusahaan “Union Carbide” di India. Gas – gas beracun dari tangki
penyimpanan bocor memenuhi dan mengotori daerah sekitarnya, mengakibatkan
ribuan penduduk penghuni daerah itu mati lemas, dan cacat fisik. Inilah
penderitaan manusia karena perbuatan lalai dari pekerjaan atau pimpinan
perusahaan itu. Ia bertanggung jawab untuk memulihkan penderitaan manusia
disitu.
b.
Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan
manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun
kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi
penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia.
Bebebrapa kasus penderitaan dapat diungkapkan berikut ini :
(1) Seorang anak lelaki
buta sejak diahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia disekolahkan,
kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak dapat melihat dengan mata hatinya
terang benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di
universitas, dan akhirnya memperoleh gelar doctor di Universitas Sourbone
Perancis. Dia adalah Prof.Dr. Thaha Husen, guru besar Universitas di Kairo,
Mesir.
(2) Nabi Ayub mengalami
siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar ia menerima cobaan ini. Bertahun – tahun ia
menderita penyakit kulit, sehingga istrinya bosan merawatnya, dan ia
dikucilkan. Berkat kesabarannya dan kepasrahannya kepada Tuha, maka seiring
berjalannya waktu Nabi Ayub pun sebuh dan tampak lebih muda, sehingga istrinya
tidak mengenalinnya lagi. Disini kita dihadapkan kepada masalah sikap hidup
kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya, pasrah, tetapi juga sikap hidup yang
lemah, seperti kesetiaan dan kesabaran sang istri yang luntur, karena penyakit
Nabi Ayub yang cukup lama.
(3) Tenggelamnya Fir’aun
di laut merah seperti disevutkan dalam Al – Qur’an adalah azab yang dijatuhkan
Tuhan kepada orang yang angkuh dan sombong. Fir’aun adalah raja mesir yang
mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir’aun bersama bala tentaranya mengejar nabi
Musa dan para pengikutya menyeberangi laut merah, laut itu terbelah dan Nabi
Musa serta para pengikutnya berhasil melewatinya. Ketika Fir’aun dan tentaranya
berada tepat ditengah belahan laut merah itu, seketika juga laut merah itu
tertutup lagi dan mereka semua tenggelam.
6.7.
PENGARUH PENDERITAAN
A.
Pengaruh Yang Akan Terjadi Pada Seseorang Jika Mengalami Penderitaan
Seseorang
yang mengalami penderitaan biasanya akan menimbulkan sikap yang kurang wajar
atau negatif, karena pada saat seseorang terkena suatu musibah mereka
menganggap bahwa ini adalah suatu hal yang tidak mereka kehendaki atau inginkan
sikap yang timbul biasanya keputusasaan, kecewa, marah, menyesal dan lain-lain.
Selain itu seseorang juga dapat menjadi pribadi yang kurang baik
dilingkungannya karena pengaruh-pengaruh tehadap dirinya yang kurang baik
disaat dia mengalami suatu musibah.
Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan
sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap
negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa,
putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa "sesal
dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna", "nasi sudah menjadi
bubur". Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti,
misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap
positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan
rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dan penderitaan,
dan penderitaan itu adalah hanya bagian dan kehidupan. Sikap positif biasanya
kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap
anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa; anti ibu
tiri, ia berjuang melawan sikap ibu tiri; anti kekerasan, ia berjuang menentang
kekerasan, dan lain-lain.
Depresi
juga salah satu pengaruh dari penderitaan, karena begitu banyak sekali
tekanan-tekanan yang menuju kepada seseorang saat terkena musibah misalnya
seseorang yang dipecat dari perusahaanya tempat dia bekerja sudah pasti orang
tersebut mengalami tekanan yang sangat berat karena tidak bisa memberikan
nafkah lagi bagi sang istri, orang yang depresi cenderung untuk tidak ingin
melakukan kegiatan seperti biasanya karena sudah dilingkupi keputusasaan yang
begitu besar. Orang-orang disekitarnyalah yang dapat membangkitkan semangatnya
disamping selalu berserah diri dan selalu berdoa.
Selain
sikap yang negatif ada juga sikap yang positif yang akan ditimbulkan dari
pengaruh penderitaan misalnya apabila seseorang mendapatkan suatu cobaan yang
berat orang tersebut malah bersyukur karena itu mungkin peringatan atau teguran
dari Tuhan yang maha esa terhadap dirinya dan itu dapat menjadi ajang
instropeksi diri apa saja selama ini yang kita perbuat sudah sesuai dengan
perintahNya atau belum. Sesungguhnya apa yang terjadi di muka bumi ini
mencerminkan dari mahkluk hidup yang ada di bumi apakah mereka sudah
melaksanakan perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar