Tugas Ke-1
“Teori
Kepribadian Sehat”
Nama : Teresa
Mariane Sabatina
Kelas : 2PA14
TEORI-TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT ALIRAN
PSIKOLOGI DAN PENDAPAT PARA AHLI
1. ALIRAN PSIKOANALISIS
Psikolanalisa merupakan
salah satu aliran besar dalam dunia psikologi, pencetus awalnya adalah Sigmund
Freud, berikut ini akan dijelaskan teori psikoanalisa dari Sigmund Freud dan
kemudian mengaitkannya dengan kepribadian yang sehat.
Psikoanalisa adalah
cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai
studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya tentang struktur
kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu
perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang individu
lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan
dalam perilaku dan pikiran.
Menurut teori
psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi
dari kesadaran individual dan apabila dorongan – dorongan ini tidak dapat
disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga mengganggu
kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan kata lain, mereka tidak
disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam
perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” / ( unconscious
motivation ) menguraikan ide kunci dari psikoanalisa.
Dalam teori
psikoanalisanya freud menjelaskan tentang struktur kepribadian individu,
struktur kepribadian tersusuan atas 3 sistem pokok, yakni :
1. Id
Id merupakan aspek biologis yang strukturnya
paling mendasar dari kepribadian. Id juga merupakan sistem kepribadian yang
asli, dimana id sebagai rahim tempat berkembangan ego dan superego. Id
berisikan segala sesuatu yang secara psikologis ada sejak lahir dan merupakan
reservoir energi psikis. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah
darimana id mendapatkan energinya. Id memiliki 2 proses yaitu proses primer dan
tindakan refleksi. Id terdiri dari dorongan - dorangan biologis seperti makan,
sex dan agresifitas.
2. Ego
Ego merupakan aspek psikologis yang berkembang
dari id yang struktur kepribadianya mengontrol kesadaran dan mengambil
keputusan atas perilaku manusia. Ego timbul karena kebutuhan – kebutuhan
organisme memerlukan transaksi - transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan
objektif. Perbedaan pokok antara id dan ego adalah id hanya mengenal kenyataan
subjektif jiwa sedangkan ego membedakan antara hal - hal yang terdapat dalam
batin dan hal - hal yang terdapat dalam dunia luar. Ego disebut juga sebagai
eksekutif kepribadian karena ego mengontrol pintu-pintu arah tindakan, memilih
segi lingkungan kemana ia akan membri respon dan memutuskan insting mana yang
akan dipuaskan.
3. Superego
Superego merupakan aspek sosiologis yang
merefleksikan nilai - nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan
moral. Gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan
oleh adat istiadat, agama, orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena
itu pada dasarnya superego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau
salahnya tindakan seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal
dan selalu berorientasi pada kesempurnaan.
Sumbangan terbesar Freud pada teori kepribadian adalah
eksplorasinya ke dalam dunia tidak sadar dan keyakinannya bahwa manusia
termotivasi oleh dorongan-dorongan utama yang belum atau tidak mereka sadari.
Bagi Freud, kehidupan mental terbagi menjadi 3 tingkat, alam tidak sadar, alam
prasadar dan alam sadar berdasarkan sejauh mana individu menyadari
gejala-gejala psikis yang timbul, yaitu:
1. Tingkat Sadar Atau
Kesadaran ( Conscious Level )
Pada tingkat ini aktivitas mental dapat disadari
setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan lain - lain.
2. Tingkat Prasadar (
Preconscious Level )
Pada tingkat ini aktivitas mental dan
gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari hanya apabila individu
memperhatikannya, misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah
dipelajari, dan lain - lain.
3. Tingkat Tidak
Disadari ( Unconscious Level )
Pada tingkat ini aktivitas mental dan
gejala-gejala psikis tidak disadari oleh individu. Gejala-gejala ini muncul
misalnya dalam dorongan-dorongan immoral, pengalaman-pengalaman yang memalukan,
harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai
dengan norma masyarakat, dan lain-lain.
Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai
fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme dan mekanismenya sendiri.
Namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit (tidak
mungkin) untuk memisah - misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya
terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari
interaksi diantara ketiga sistem tersebut jarang salah satu sistem berjalan
terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat
menurut psikoanalisis :
a. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak
menurut pola perkembangan yang ilmiah.
b.
Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar.
c.
Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap
id dan ego.
d.
Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya.
e.
Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan
keinginan.
2. ALIRAN BEHAVIORISTIK
Aliran psikologi behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi
yang didirikan oleh John B.Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa
perilaku harus merupakan unsur subjek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan
aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang
cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang
menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan - laporan subjektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak
nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang
perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian
jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalisme. Berarti juga
behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui
adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses - proses mental.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika
dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa - apa.
Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari
lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk,
lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan
dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh - sungguh objektif. Kaum behavioris
mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif,
seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi,
sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.
Fungsionalisme Menjadi dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya
pada tokoh utama behaviorisme, yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell
dan menulis disertasinya di University of
Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan diri lebih proses mental
daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan pengembangan bidang
psikologi pada animal psychology dan child psychology adalah pengaruh dari
fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan kritik tajam pada
fungsionalisme.
Teori-teori
behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan
kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku. Semua bentuk tingkah laku
manusia adalah hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat proses penguatan.
Pendekatan behavioristik terhadap kepribadian memiliki dua asumsi dasar, yaitu:
1. Perilaku harus dijelaskan dalam
pengaruh kausal lingkungan terhadap diri individu
2. Pemahaman terhadap manusia harus
dibangun berdasarkan riset ilmiah objektif dikontrol dengan seksama dalam
eksperimen laboratorium.
Manusia dianalogikan atau dianggap
sebagai tikus pintar yang mempelajari labirin kehidupan. Behavioristik memiliki
pandangan tentang kehendak bebas yaitu perilaku yang ditentukan oleh
lingkungan.
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di
dalam suatu sistem kompleks yang bertigkah laku menurut cara - cara yang sesuai
dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai
suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan
banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur
panas.
John B. Watson
Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada
gunanya. Alasannya adalah jika psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka
datanya harus dapat diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa
hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan manusia (perilaku mereka)
memungkinkan psikologi menjadi ilmu yang objektif. Watson menolak pikiran
sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan pelaku sebagai subjek
psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang berpotensi untuk dapat
diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas manusia dan hewan. 3 prinsip
dalam aliran behaviorisme:
1. Menekankan pada respon - respon yang dikondisikan sebagai elemen
dari perilaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir dikehidupan.
Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi manusia dan
hewan.
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang
tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang
bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada
perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Manusia dapat
belajar banyak tentang perilakunya sendiri dari studi tentang apa yang
dilakukan binatang. Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan
adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa
respon terhadap rangsangan itu.
B.F. Skinner
”Behaviorisme”, sebutan bagi aliran yang dianut Watson, turut berperan dalam
pengembangan bentuk psikologi selama awal pertengahan abad ini, dan cabang
perkembangannya yaitu psikologi stimulus-respon yang masih tetap berpengaruh.
Hal ini terutama karena hasil jerih payah seorang ahli psikologi dari Harvard,
B.F. Skinner. Psikologi stimulus-respon mempelajari rangsangan yang menimbulkan
respon dalam bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang
mempertahankan adanya respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang
ditimbulkan karena adanya perubahan pola ganjaran dan hukuman. Skinner, berpendapat
kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi individu
.
Meskipun pembawaan genetis turut berperan, kekuatan-kekuatan sangat menentukan
perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta merupakan khas bagi
individu yang bersangkutan. Dalam sebuah karyanya, Skinner membuat 3 asumsi
dasar, yaitu:
- Perilaku itu terjadi menurut hukum (behavior can be controlled).
- Skinner menekankan bahwa perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme psikis seperti Id atau Ego.
- Perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual. Kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia, kecuali insting, adalah hasil belajar. Kaum behavioris sangat mengagungkan proses belajar, terutama proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-respon, sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia. Para pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton dan Charles Darwin. Tokoh-tokoh lainnya yaitu Edward Thorndike, Clark Hull, John Dollard, Neal Miller, dan masih banyak lagi lainnya.
Kepribadian yang sehat
menurut behavioristik :
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan
lingkungannya.
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh
pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak
memiliki sikap dengan bawaan sendiri.
4. Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan
metode yang objektif.
3. ALIRAN HUMANISTIK
Aliran Humanistik
merupakan kontribusi besar dari psikolog - psikolog terkenal seperti Carl
Rogers, Goldon Allport dan Abraham Maslow. Humanistik muncul sebagai gerakan
besar psikologi pada tahun 1950 – 1960-an. Humanistik menegaskan adanya
keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri.
Manusia mempunyai potensi di dalam dirinya untuk berkembang sehat dan kreatif.
Kreativitas adalah potensi semua orang yang tidak memerlukan bakat dan
kemampuan khusus.
Abraham Maslow (1908-1970) dapat
dipandang sebagai Bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merasa tidak
puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan
penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
Aliran ini mengkritisi
aliran Behaviorisme yang menekankan pada stimulasi tingkah laku yang teramati.
Menurut aliran Humanistik, pandangan Behaviorisme terlalu menyederhankan dan
melalaikan manusia dari pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang kompleks,
nilai-nilai cinta kasih atau kepercayaan, juga potensi dan aktualisasi diri.
Humanistik sangat mementingkan self
(diri) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman - pengalaman
subjektif individual.
Aliran Humanistik juga
tidak menyetujui pandangan Psikoanalisis yang cenderung pesimistik dan
pandangan Behaviorisme yang cenderung memandang manusia sebagai netral (tidak
baik dan tidak jahat). Menurut aliran Humanistik, Psikoanalisis dan
Behaviorisme telah salah dalam memandang tingkah laku manusia, yaitu sebagai
tingkah laku yang ditentukan oleh kekuatan - kekuatan diluar kekuasaanya (entah
sadar entah tidak). Humanistik memandang manusia pada hakikatnya adalah baik.
Perbuatan - perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri
dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan
frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik tersebut. Seorang manusia tidak
dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta aktif yang
mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang
lain. Aliran Humanistik memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir
secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih
potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya
serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku
mereka.
Psikologi Humanistik mulai di
Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh Psikologi
Humanistik memandang behavorisme mendehumanisasi manusia. Psikologi Humanistik
mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan
manusia. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang
dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh
kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Menurut aliran
humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan hanya mengandalakan
pengalaman - pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian
sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu
yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri
adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena
setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala
sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan
kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli -
ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia
harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri - ciri lingkungan.
Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif
yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi
humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka
percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan,
dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran
Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara
sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih
potensimaksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya
serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilakunya.
Ada
empat ciri psikologi yang berorientasi Humanistik, yaitu:
- Memusatkan perhatian pada person mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
- Member tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, akutalisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
- Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah - masalah yang akan dipelajari dan prosedur - prosedur penelitian yang akan digunakan.
- Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Selain Maslow sebagai tokoh dalam Psikologi Humanistik, juga Carl Rogers, yang terkenal dengan client - centered therapy.
4.
PENDAPAT
ALLPORT
Menurut Allport, individu-individu yang sehat
dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari
sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol
kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh
trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Dimana orang-orang yang
neurotis terikat dan terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak,
berbeda dengan orang-orang yang sehat yang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau.
Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer
dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada
peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi
jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak.
Orang yang matang dan sehat juga akan terus menerus
membutuhkan motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk menghabiskan
energi-energinya. Pada tahap perkembangan manapun, setiap individu harus
menemukan minat-minat dan impian-impian baru. Energi tersebut harus diarahkan
pada setiap tahap agar mencapai suatu kepribadian yang sehat. Contohnya seorang
remaja membutuhkan penyaluran-penyaluran atas energinya agar terhindar dari
kepribadian yang tidak sehat. Energi itu harus menemukan jalan keluar, dan
apabila energi tidak diungkapkan secara konstruktif maka mungkin energi akan
dilepaskan secara destruktif. Dimana beberapa anak yang kekurangan
tujuan-tujuan yang berarti dan konstruktif untuk menghabiskan energi mereka,
menyebabkan masalah kenakalan.
Dorongan yang bersifat konstruktif adalah sangat
penting bagi orang-orang yang sehat secara psikologis. Orang-orang yang
demikian mengejar secara aktif tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan
impian-impian, dan kehidupan mereka dibimbing oleh suatu perasaan akan maksud,
dedikasi, dan komitmen. Pengejaran terhadap suatu tujuan tidak pernah berakhir;
apabila suatu tujuan harus dibuang, maka suatu motif yang baru harus cepat
dibentuk.Orang yang sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan.
Kriteria Kepribadian yang Matang
Menurut Allport :
Tujuh
kriteria kematangan merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat
khusus dari kepribadian sehat, yaitu:
1. Perluasan
Perasaan Diri
Ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan
pehatian-perhatian di luar diri. Orang harus menjadi partisipan yang langsung
dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh
orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”. Orang harus
meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus
relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu. Apabila
anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan itu
penting, karena pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan anda, atau karena
mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat anda merasa enak, maka
anda merupakan seorang partisipan yang otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas
itu lebih berarti bagi anda daripada pendapatan yang diperoleh; aktivitas itu
memuaskan kebutuhankebutuhan lain juga.
Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan
berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara
psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita,
hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran, dan keanggotaan kita dalam
politik dan agama.
2. Hubungan
Diri yang Hangat dengan Orang-orang lain.
Allport
membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain :
kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu
memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab.
Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan
memperlihatkan kesejahteraan individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk
keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih
banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka memberi
cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban
yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang-orang yang sehat adalah tanpa
syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah
suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan
semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami
kesakitan-kesakitan, penderitaan- penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan
kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati ini timbul
melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan
pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu,
kepribadian yang matang sabar tehadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak
mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan
manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama.
3. Keamanan
Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi
beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri.
Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari ada mereka,
termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tersebut. Orang sehat
mampu hidup dengan ini dan segi-segi lain dalam kodrat manusia, dengan sedikit
konflik dalam diri mereka atau dengan masyarakat. Mereka berusaha bekerja
sebaik mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki diri mereka.
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu
menerima emosi-emosi manusia dan bukan tawanan dari emosi-emosi mereka, dan
mereka juga tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Kepribadian yang
sehat mengontrol emosi-emosi mereka. Orang yang neurotis, menyerah pada emosi
apa saja yang dominan pada saat itu. Berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau
kebencian, betapapun perasaan-perasaan itu mungkin tidak tepat.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang
disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang yang sehat sabar menghadapi
kemunduran-kemunduran; mereka tidak menyerahkan diri kepada kekecewaan, tetapi
mampu memikirkan cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.
Orang-orang yang sehat tidak bebas dari
perasaan-perasaan tidak aman dan ketakutan-ketakutan, tetapi mereka merasa
kurang terancam dan dapat menanggulangi perasaan-perasaan tersebut lebih baik
daripada orang-orang yang neurotis.
4. Persepsi
Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara
objektif. Sebaliknya orang yang neurotis kerapkali harus mengubah realitas
supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan
ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya
bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik
menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realita
sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan
dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya
menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan
menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu
suatu tingkat kemampuan dan menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara
ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan
kita.
Komitmen dalam orang-orang yang sehat begitu kuat
sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan
ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan.
Dedikasi terhadap pekerjaan ini ada hubungannya dengan gagasan tentang tanggung
jawab dan dengan kelangsungan hidup yang positif.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan
perasaan konstinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan
kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan
melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman
Diri
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman
tentang hubungan/perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang
dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara
kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Hubungan lain yang
penting adalah hubungan antara apa yang dipikirkan orang-orang lain tentang
dirinya itu. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam
merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri
(self-objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin
memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang-orang
lain. Orang itu akan menadi hakim yang seksama terhadap orang-orang lain, dan
biasanya dia diterima dengan lebih baik oleh orang-orang lain. Allport juga
mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah
lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
Selain itu, terdapat korelasi yang tinggi antara
tingkat wawasan diri dan perasaan humor, yakni tipe humor yang menyangkut
persepsi tentang hal-hal yang aneh dan hal-hal yang mustahil serta kemampuan
untuk menertawakan diri sendiri. (Allport membedakan humor ini dari humor komik
kasar yang menyangkut seks dan agresi).
7. Filsafat
Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong
oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini
mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai,
sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontinuitas bagi
kepribadian mereka.
Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini
“arah” (directness), dan lebih kelihatan pada kepribbadian-kepribadian yang
sehat. Arah itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju sautu tujuan
(atau rangkaian tujuan) serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup.
Tanpa tujuan kita mungkin akan mengalami masalah-masalah kepribadian. Mustahil
memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa
depan.
Mungkin kerangka untuk tujuan-tujuan khusus itu
aadalah ide tentang nilai-nilai. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama
dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat
hidup yang mempersatukan. Seorang individu dapat memilih di antara berbagai
nilai-nilai dan nilai-nilai itu mungkin berhubungan dengan diri sendiri atau
mungkin nilai-nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak orang lain.
Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau
hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara.
Nilai-nilai orang yang neurotis tidak tetap atau tidak cukup kuat untuk mengikat
atau mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati ikut juga berperan dalam suatu filsafat
hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang sama seperti suara hati
kanak-kanak, yang patuh dan membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan
larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Suara
hati yang tidak matang bercirikan perasaan “harus” dan bukan “sebaiknya”. Suara
hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri
sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai
agama atau nilai-nilai etis.
5. PENDAPAT ROGERS
Pendapat Rogers: Memahami dan
menjelaskan teori kepribadian sehat menurut rogers yang meliputi :
1.
Motivasi Orang yang Sehat : Aktualisasi.
Rogers
menempatkan suatu dorongan – “satu satu kebutuhan fundamental” – dalam
sistemnya tentang kepribadian : memeliharakan, mengaktualisasikan, meningkatkan
semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi
komponen-komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis, meskipun selama
tahunawal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi-segi
fisiologis
Menurut
Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian
pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran
pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”).
Saat
bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan mereka untuk
aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan
bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan
itu sendiri. Kecenderungan aktualisasi merujuk pada pengalaman organisme dari
individu; sehingga hal tersebut merujuk pada manusia secara keseluruhan –
kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan kognitif. Rogers (1959) mengajukan
dua subsistem, yaitu konsep diri (self-concept) dan diri ideal (ideal self).
2. Konsep
Diri
Konsep
diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang
disadari (walaupun selalu tidak akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri
tidak identik dengan diri organismik.
3. Diri
Ideal
Subsistem
kedua dari diri adalah diri ideal, yang didefinisikan sebagai pandangann
seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua
atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan
yang besar antara diri ideal dan konsep diri mengindikasikaninkongruensi dan
merupakan kepribadian yag tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis,
melihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan ap yang mereka inginkan
secara ideal.
6.
PENDAPAT
MASLOW
Kita dapat berpikir tentang tingkat
kebutuhan-kebutuhan diri Maslow seperti suatu tangga; kita harus meletakkan
kaki pada anak tangga pertama sebelum anak tangga kedua, dan pada anak tangga
kedua sebelum anak tangga ketiga dan seterusnya. Dengan cara yang sama juga,
kebutuhan yang paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul
kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya naik tingkat sampai muncul kebutuhan
kelima dan yang paling tinggi – aktualisasi-diri.
Maslow
mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia
menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat
yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi,
orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang
akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya.
Maslow membagi tingkat kebutuhan
manusia menjadi sebagai berikut:
1. Kebutuhan
fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah
kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara
fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur,
istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri,
dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang
berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali
makanan. Bagi masyarakat sejahtera jenis-jenis kebutuhan ini umumnya telah
terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar ini terpuaskan, dengan segera kebutuhan-kebutuhan
lain (yang lebih tinggi tingkatnya) akan muncul dan mendominasi perilaku
manusia. Kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh,
seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
2. Kebutuhan
akan rasa aman
Segera setelah kebutuhan dasariah
terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa
aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan
akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan;
kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya.
mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan
emosional.
3. Kebutuhan
sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan
rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa
memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi
motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum pernah
sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri,
suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih
dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di
tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan
mempertahankannya. mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih
sayang, diterima-baik, dan persahabatan.
4. Kebutuhan
akan penghargaan
Menurut Maslow, semua orang dalam
masyarakat (kecuali beberapa kasus yang patologis) mempunyai kebutuhan atau
menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat,
dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri atau harga diri. Karenanya,
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara
internal dan eksternal.
Yang pertama (internal) mencakup
kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan,
prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua
(eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan,
penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama
baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan
demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. mencakup faktor penghormatan
internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal
seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5. Kebutuhan
akan aktualisasi diri
Mencakup hasrat untuk makin menjadi
diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Maslow
menyebut teori Hirarki Kebutuhan-nya sendiri sebagai sintesis atau perpaduan
teori yang holistik dinamis. Disebut demikian karena Maslow mendasarkan
teorinya dengan mengikuti tradisi fungsional James dan Dewey, yang dipadu
dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein, dan psikologi Gestalt,
dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich, Jung, dan Adler.
7.
PENDAPAT
FROMM
Salah
satu ciri pribadi yang sehat menurut Fromm, yaitu adanya kemampuan untuk hidup
dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat berperan penting dalam pembentukan
kepribadian. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah
masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi. Ada lima watak sosial
dalam masyarakat, yaitu :
1. Penerimaan
( receptive )
2. Penimbunan
( hoarding )
3. Penjualan/pemasaran
( marketing )
4. Penghisapan/pemerasan
( exploitative )
5. Produktif
( productive )
Dari
kelima watak sosial ini yang benar – benar tepat dan sehat hanyalah watak
produktif karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat
membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat. Masyarakat yang
baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe
yang berbeda tentang cinta, yaitu :
1. Cinta
persaudaraan
2. Cinta
keibuan
3. Cinta
erotik
4. Cinta
diri
5. Cinta
illahi
Menurut
Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup hidup di masyarakat
sosial yang ditandai dengan hubungan – hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh
solidaritas penuh cinta dan saling tidak merusak atau menyingkirkan. Dengan
demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri – ciri
sebagai berikut :
1. Mampu
mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat
2. Mampu
mencintai dan dicintai
3. Mampu
mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan tsb
4. Mampu
hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat
5. Mampu
menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
6. Memiliki
watak sosial yang produktif
DAFTAR PUSTAKA:
Basuki,Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta :
Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar