PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT
NAMA
: Anisa
Nur Arifah (11514289)
Dinar Ibadi Fajri (13514149)
Teresa
Mariane Sabatina (1A514716)
KELAS : 1PA15
DOSEN : Nita
Sri Handayani, S.Psi
Fakultas
Psikologi
Universitas
Gunadarma
2015
I.
Ciri-ciri Anak Berbakat
Anak berbakat itu memiliki
karakteristik yang menonjol dalam aspek-aspek kesiagaan mental, kemampuan
pengamatan, keinginan untuk belajar, daya konsentrasi, daya nalar,
kemampuan membaca, ungkapan verbal, kemampuan menulis, kemampuan mengajukan pertanyaan
yang baik, menunjukan minat yang luas, berambisi untuk mencapai prestasi yang
lebih tinggi, mandiri dalam memberikan pertimbangan, dapat memberikan jawaban
yang tepat dan langsung kesasaran, mempunyai rasa humor yang tinggi, melibatkan
diri sepenuhnya dan ulet menghadapi tugas yang diminati. Ciri-ciri anak
berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
• Gemar
membaca pada usia lebih muda
• Membaca
lebih cepat dan lebih banyak
• Memiliki
perbendaharaan kata yang luas
• Mempunyai
rasa ingin tahu yang kuat
• Mempunyai
minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
• Mempunyai
inisiatif, dapat bekerja sendiri
• Menunjukkan
keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
• Memberi
jawaban-jawaban yang baik
• Dapat
memberikan banyak gagasan
• Luwes
dalam berpikir
• Terbuka
terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
• Mempunyai
pengamatan yang tajam
• Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu
panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
Selanjutnya Utami
Munandar, 2004 mengemukakan karaktersistik atau ciri-ciri anak berbakat itu
sebagai berikut:
Aspek
|
Ciri-ciri
|
Belajar
|
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan
kata luas, penalaran tajam, daya konsentrasi baik, ungkapan diri lancar dan
jelas, cermat dalam pengamatan, memacahkan masalah dan cepat dalam menemukan
kesalahan.
|
Kreativitas
|
Dorongan ingin tahu besar sering mengajukan pertanyaan
yang baik, memberikan banyak usulan atau gagasn terhadap suatu masalah, bebas dalam menyampaikan
pendapat, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri
dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, daya
imajinasi kuat, orisinalitas tinggi dan senang mencoba hal-hal yang
baru.
|
Motivasi
|
Tekun menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami pengetahuan
yang dipelajari di dalam kelas, selalu berusaha untuk berprestasi sebaik
mungkin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang
diyakini dan senang mencari dan memecahkan soal-soal.
|
Psikososial
|
Senang dipilih menjadi pemimpin atau ketua, disenangi oleh
teman sekelas, dapat bekerja sama, dapat mempengaruhi teman-temannya,
mempunyai inisiatif, rasa tanggung jawab besar, percaya pada diri sendiri,
mudah menyesuaikan diri terhadap situasi di sekolah, aktif berpartisipasi
dalam kegiatan sosial di sekolah dan senang membantu orang lain.
|
II.
Implikasi dalam Pembelajaran
Menurut definisi yang dikemukakan
Joseph Renzulli (1978), anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat
merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan
terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata,
komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
· High Potential Ability (Kecerdasan Tinggi). Standard yang ditetapkan untuk anak
berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140. Kalau hasil tes menunjukkan IQ anak
mencapai 140 ke atas, maka anak itu otomatis disebut gifted child. Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak
berbakat dilihat dari IQnya. Keberbakatan ringan (IQ 115-129), keberbakatan sedang (IQ 130-144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke
atas).
· Task Commitment adalah sejauh mana tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas
dari sekolah tapi juga tugas di rumah. Task commitment dapat diukur melalui tes
tertentu yang hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment ini mencakup
tanggung jawab, motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki tujuan yang
jelas sebelum melakukan sesuatu dan kemandirian.
· Kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru
dari yang sudah ada. Kreativitas dapat dinilai dari 4 hal, produk, pribadi,
proses dan pencetus atau penghambat. Suatu produk dikatakan kreatif kalau produk itu
baru, berbeda dari yang sudah ada, lebih baik dari yang lain dan tentu saja
berguna. Sifat pribadi kreatif yang lain adalah terbuka pada hal-hal baru,
punya rasa ingin tau yang besar, ulet, mandiri, berani mengambil resiko, berani
tampil beda, percaya diri dan humoris.
Anak berbakat ialah anak yang
memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan
mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu
mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang
luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler
(Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa
anak gifted adalah anak yang
mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal.
Para ahli dalam bidang anak-anak gifted
memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada
manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.
Anak yang memiliki bakat istimewa
sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup
dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika
sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca
ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal
matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak
berusia lima tahun.
Perlu dipahami adalah bahwa anak
berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering
menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang
membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu
dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya
memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika
ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi “kehausan” akan
informasi. Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie
dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
·
Guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar
tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana
guru melakukannya.
·
Guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan.
· Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai
dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
·
Guru memberikan tantangan daripada tekanan.
· Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar
siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
· Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar.
·
Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang
menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani
mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat
dan Kreativitas Anak.
Orang tua yang bijaksana dapat
membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara
memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan
memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin. Ada beberapa hal yang memudahkan
orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat
(Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
·
Anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak.
Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat
dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
·
Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaannya.
·
Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin
tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan
minat-minat tertentu.
·
Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang,
karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
·
Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah
dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat,
misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat
dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
III.
Kurikulum
Berdiferensiasi untuk Anak Berbakat
Kurikulum merupakan metode menyusun
kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif,
efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982) kurikulum mencakup semua
pengalaman yang diperoleh siswa di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat, dan yang membantunya mewujudkan
potensinya. Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk
pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk
kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Kurikulum berdiferensiasi
(differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak.
Walaupun model pengajaran ini
memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun
tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu
orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua siswa,
kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai
kelompok belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Kurikulum Berdiferensiasi
Dapat Dikembangkan? Menurut Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini
menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru
dan siswa yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar.
Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa siswa pada
saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya.
Kurikulum berdiferensiasi dapat dikembangkan, menurut Kaplan (1977), perkembangan
kurikulum dewasa ini menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai
dengan kebutuhan guru dan siswa yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai
sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan
bahwa siswa pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran
belajarnya. Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten
atau muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta
dapat dirancang dengan cara sebagai berikut:
1.
Kurikulum Berdiferensiasi Menyesuaikan dengan Kurikulum
Umum
a.
Menambah hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi
anak berbakat. Misalnya dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang
kemampuan yang dimiliki anak berbakat.
b. Mengubah bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai.
Karena anak berbakat memiliki kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang
melampaui anak pada umumnya, biasanya pemberian materi kepada anak berbakt
lebih menyesuaika kemampuan anak. Sehingga, anada beberapa bagian yang diterima
anak umum di kelas tetapi tidak diterima oleh anak berbakat.
c. Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan
memahami pelajaran yang lebih tinggi dibandingkan anak umum, jadi beberapa
kegiatan atau pelajaran yang dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti
dari pendidik sebaiknya dikurangi.
d. Meluaskan dan mendalami materi. Karena sifat yang
cenderung kurang puas dan mendetail, pemberian materi pembelajaran kepada anak
berbakat sebaiknya lebih diluaskan dan mendalam.
2.
Kurikulum Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum
yang Baru atau Khusus
Cara kedua ini adalah dengan
menggunakan kurikulum yang benar-benar berbeda dengan anak umum dan disesuaikan
dengan keberbakatan anak. Untuk menyusun sebuah kurikulum, pendidik harus
mengetahui beberapa asas kurikulum sebagai berikut:
a.
Berkaitan dengan mata pelajaran. Kegiatan bekajar
dikaitkan dengan mata pelajaran atau materi tertentu. Contohnya, ketika anak
belajar bagian-bagian serangga, anak dapat mencari sendiri serangga-serangga
yang akan dipelajarinya di lingkungan sekolah.
b. Berorientasi dengan proses. Maksudnya, kegiatan belajar
mengajar menekankan perkembangan
keterampilan dan proses berpikir daripada hanya materi. Contohnya, ketika anak
sudah mengenal bagian-bagian serangga, anak dapat menganalogikan bagian-bagian
tersebut dengan bagian-bagian kendaraan.
c. Berpusat pada kegiatan aktif. Yaitu kegiatan belajar
sepenuhnya mengikutsertakan anak secara aktif. Sehingga, dapat menghidupkan
suasana keilmuan yang penuh akan diskusi dan saling bertukar pikiran.
d. Penerapan tugas berakhir terbuka.Dengan asas ini tidak
ada istilah “benar” dan “salah” dalam hasil tugas siswa, tetapi seluruhnya
berdasarkan pengalaman setiap anak.
e. Memungkinkan anak memilih. Asas ini memberikan peluang
kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing.
Sehingga, sekolah seharusnya menyediakan sarana atas minat dan bakat anak.
Tiga hal yang membedakan penerapan kurikulum
berdiferensiasi dengan kurikulum umum:
a. Konten. Muatan atau materi yang diberikan kepada anak
berbekat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
b. Proses. Proses belajar anak berbakat, entah itu waktu
maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat kemampuan
anak.
c. Produk. Dalam hal penugasan, anak berbakat diberikan
beban produk yang lebuh rumit dan kompleks daripada anak umum. Produk belajar
itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar