MANUSIA
DAN PANDANGAN HIDUP
8.1.
PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP DAN IDEOLOGI
A.
Pengertian Pandangan Hidup
Setiap
manusia di dunia ini tentu mempunyai pandangan hidupnya masing-masing yang
perlu dipersiapkan secara rinci sejak dini agar dapat terlaksana sesuai dengan
harapan pada waktu yang tepat. Pandangan hidup sendiri bersifat kodrati, yang
telah diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia. Adapun pengertian pandangan
hidup itu adalah pendapat ataupun
pertimbangan yang dijadikan sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petujuk
hidup di dunia agar dapat menjalani hidup yang lebih baik lagi dengan adanya
pandangan hidup tersebut. Pendapat atau pertimbangan di sini merupakan hasil
pemikiran manusia itu sendiri yang berdasarkan pengalaman hidup atau sejarah menurut
waktu dan tempat hidupnya.
Pada
dasarnya, pandangan hidup mempunyai empat unsur yang saling terkait satu sama
lain yang tidak dapat terpisahkan, yaitu cita-cita, kebijakan, usaha, dan
keyakinan atau kepercayaan.
B.
Macam-macam Sumber Pandangan Hidup
Pandangan hidup dapat
diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
(A) Pandangan hidup
yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan hidup
yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norms yang terdapat pada negara tersebut.
(C) Pandangan hidup
hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
C.
Pandangan Hidup Muslim
Pandangan hidup
Islam dicanangkan oleh Nabi di Makkah melalui penyampaian wahyu Allah dengan
cara-cara yang khas. Setiap kali Nabi menerima wahyu yang berupa ayat-ayat
al-Qur’an, beliau menjelaskan dan menyebarkannya kemasyarakat. Cara-cara
seperti ini tidak sama dengan cara-cara yang ada pada scientific worldview,dan
oleh sebab itu Prof.Alparslan menamakan worldview Islam sebaai
‘quasi-scientific worldview’. Penjelasan lebih detail tentang pandangan hidup
Islam akan dilakukan kemudian.
Proses pembentukan
pandangan hidup melalui penyebaran ilmu pengetahuan diatas akan lebih jelas
lagi jika kita lihat dari proses pembentukan elemen-elemen pokok yang merupakan
bagian dari struktur pandangan hidup itu serta fungsi didalamnya. Seperti yang
dijelaskan diatas bahwa pandangan hidup dibentuk oleh jaringan berfikir (mental
network) yang berupa keseluruhan yang saling berhubugan (architectonic whole).
Namun, ia tidak
merepresentasikan suatu totalitas konsep dalam pikiran kita. Ketika akal
seseorang menerima pengetahuan terjadi proses seleksi yang alami, dimana
pengetahuan tertentu diterima dan pengetahuan yang lain ditolak. Pengetahuan
yang diterima oleh akal kita akan menjadi bagian dari struktur worldview yang
dimilikinya.
Meskipun pengetahuan
yang diterima oleh akal manusia itu bersifat acak, namun ia akan terstruktur
dengan sendirinya dalam pikiran manusia. Dari konsep-konsep yang ada dalam diri
manusia maka kita dapat menyusun kedalam beberapa struktur konsep. Professor
Alparslan mengkategorikan struktur pandangan hidup menjadi lima:
1. Struktur
Tentang Kehidupan
2. Struktur
Tentang Dunia
3. Struktur
Tentang Manusia
4. Struktur
tentang nilai
5. Struktur
tentang pengetahuan
D.
Pengertian Ideologi
Ideologi
berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan dua kata yaitu edios yang
artinya gagasan atau konsep dan logos yang berarti ilmu. Pengertian ideology
secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideology adalah pedoman normative
yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan
keyakinan yang dijunjung tinggi.
Menurut
William J. Goode, dalam bukunya Vocabulary for Sosiology (1959) ideologi
mengandung dua hal. Yaitu:
1) Unsur-unsur filsafat
yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai dasar untuk kegiatan.
2) Pembenaran
intelektual untuk seperangka norma-norma, seperti kapitalisme dan sebagainya.
Ideologi merupakan
komponen dasar terakhir dari sistem-sistem dasar kepercayaan dan petunjuk hidup
sehari-hari. Sesuatu ideologi bagi masyarakat tersusun dari tiga unsur, yaitu:
a) Pandangan hidup (world view)
b) Nilai-nilai (value)
c) Norma-norma (lenski, 1974)
Pandangan
ini menunjukkan bahwa pandangan hidup itu merupakan bagian dari ideologi.
Kebudayaan dapat membuat kemungkinan-kemungkinan menjawab pertanyaan mengapa
(why) tentang sesuatu dari kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat
mengepresikan hasil kebudayaan untuk
mencapai beberapa pengertian. Dalam kenyataan ternyata ilmu pengetahuan mampu
menjawap pertanyaan mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi sekaligus mengundang
pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
Pada
abad ke-18 dan pada awal ke-20 banyak orang berfikir bahwa ilmu
pengetahuandapat menggantikan semua kedudukan ideologi (termasuk pandangan
hidup) dan merupakan pelengkap terakhir dari keterbatasab pandangan hidup.
Sudah mafhum bahwa sains modern telah memikirkan segala sesuatu, bahkan
mendidik pribadi untuk bersikap mengambil sejumlah kemudahan dalam rumuskan
pandangan hidupnya. Tetapi, lambat laun sains tidak dapat menghasilkan
kreasinya, dalam kenyataan ia menghindar dari soal-soal yang berdasar tentang
realitas.
Dalam
ideologi tidak hanya ada norma dan pandangan hidup, tetapi ada nilai-nilai.
Hanya yang penting ialah nilai-nilai itu cendrung mengikat pandangan hidup.
Pandangan hidup merupakan pelengkap nilai-nilai dalam membuat pembenaran atau
rasionalisasi untuk nilai-nilai, seperti untuk melakukan suatu kegiatan;
pandangan hidup memberi semangat kepada nilai-nilai.
Dari
uraian diatas, nampak pada kita bahwa ideologi lebih luas dari pada pandangan
hidup. Ideologi biasanya tidak dipakai dalam hubungan individu. Ideologi
digunakan dalam konteks yang lebih luas, seperti ideologi negara, ideologi
masyarakat atau ideologi kelompok tertentu. Tetapi, lahirnya suatu Ideologi
dapat disusun secara sadar oleh tokoh-tokoh pemikir suatu masyarakat atau
golongan tertentu dari masyarakat, yang diperuntukan bagi masyarakat.
8.2.
CITA-CITA
A.
Pengertian Cita-cita
Menurut kamus
umum bahasa Indonesia cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu
ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang
mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita
merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan dating.
Pada umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin
tinggi, dengan perkataan lain : cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan
tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila
cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu
disebut angan-angan. Disini persyaratan
dan kemampuan tidak/belum dipenuhi sehingga usaha untuk mewujudkan
cita-cita itu tidak mungkin dilakukan. Antara masa sekarang yang merupakan
realita dengan masa yang akan dating sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak
waktu. Dapatkan seseorang mencapai apa yang dicita-citakannya tergantung dari 3
faktor; pertama factor manusia yang memiliki cita-cita, kedua kondisi yang
dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakannya dan ketiga seberapa
tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
· Faktor manusia yang mau mencapai
cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yang tidak berkemauan,
sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khyalan saja.
·
Faktor kondisi yang mempengaruhi
tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang
menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar
tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi
yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.
· Faktor tingginya cita-cita yang
merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita-cita. Memang ada anjuran agar
seseorang menggantungkan cita-citanya setinggi bintang di langit. Tetapi
bagaimana faktor manusianya, mampukah yang bersangkutan mencapainya; demikian
juga faktor kondisinya memungkinkan hal itu, apakah dapat merupakan pendorong
atau penghalang cita-cita. Sementara itu ada lagi anjuran, agar seseorang
menempatkan cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemampuannya. Pepatah
mengatakan “bayang-bayang stinggi badan”, artinya mencapai cita-cita sesuai
dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang
secara bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan
penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi
yang dilaluinya.
B.
Contoh Cita-cita
Contoh cita-cita factor
kondisi:
Amir dan Budi adalah
dua anak pandai dalam satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir
anak orang yang cukup kaya, sehinnga dalam mencapai cita-citanya tidak
mengalami hambatan. Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya
merupakan faktor yang menguntungkan atau memudahkan mencapai cita-cita si Amir.
Sebaliknya dengan Budi yang orang tuanya ekonominya lemah, menyebabkan ia tidak
mampu mencapai cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan hambatan
bagi Budi dalam mencapai cita-citanya.
8.3.
KEBAJIKAN
A.
Pengertian Kebajikan
Kebajikan atau
kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan
perbuatan moral, perbuatan yagn sesuai dengan norma-norma agama dan etika.
B.
Makna Kebajikan
Manusia
berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, mahluk bermoral. Atas
dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
Manusia
adalah seorang pribadi yang utuh, yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur
itu terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia
mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, perasaan sendiri,
cita-cita sendiri, dan sebagainya. Justru karena itu, karena mementingkan diri
sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia
merupakan makhluk sosial, yang hidup bermasyarakat, saling membutuhkan, saling
menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling
mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Manusia
sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan.
Untuk itu manusia dilengkapi dengan kemampuan jasmani dan rohani, juga
fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Untuk
melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia
sebagai makhluk pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia
sebagai makhluk Tuhan.
Sebagai
mahluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang
buruk. Baik dan buruk itu ditentukan oleh suara hati. Suara hati adalah semacam
bisikan didalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan menentukan
baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku. Jadi suara hati
dapat merupakan hakin untuk diri sendiri.
Suara hati selalu memilik yang
baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi dirinya.
Oleh karena itu, kalau seseorang berbuat sesuatu sesuai dengan bisikan hatinya,
maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Jadi berbuat dan bertindak menurut
suara hati, maka tindakan itu adalah baik. Jadi baik atau buruk itu dilihat
menurut suara hati sendiri. Meskipun demikian harus dinilai dan diukur menurut
suatu atau pendapat umum. Jadi kebajikan adalah perbuatan yang sesuai dengan
suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan manusia nyata
dan dapat dirasakan dalam tingkah lakunya, karena tingkah laku bersumber pada
pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri,
sehingga tingkah laku setiap orang berbeda-beda. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang adalah: factor pembawaan, factor lingkungan
dan pengalaman.
C.
Faktor-faktor yang Menentukan Tingkah Laku Seseorang
Faktor-faktor yang
menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal, yaitu:
1.
Faktor pembawaan (heriditas) yang telah
ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
2.
Faktor lingkungan (environment).
Lingkungan yang membentuk seseorang merupakan alam kedua yang terjadinya
setelah seorang anak lahir. Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3.
Faktor pengalaman yang khas yang pernah
diperoleh. Baik pengalaman pahit yang sifatnya negatif, maupun pengalaman manis
yang sifatnya positif, memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu
dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan.
8.4.
USAHA/PERJUANGAN
A.
Pengertian Usaha atau Perjuangan
Usaha atau
perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus
kerja keras untuk kelnjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah
usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa
usaha/perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempurna. Kerja keras itu dapat
dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani, atau dengan
kedua-duanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia itu miskin, melarat, dan
berarti menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri. Karena itu tidak boleh
bermalas-malas, bersantai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada
waktunya dan manusia mengatur waktunya itu.
Untuk
bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah
timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya.
Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian/ketrampilan. Karena manusia itu
mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan antara sesama manusia, maka
ketidakmampuan atau kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat
kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara tolong-menolong, bergotong
royong.
B.
Ayat Al-Quran Tentang Usaha atau Perjuangan
Satu Ayat Al-Qur’an Tentang Usaha atau Perjuangan antara
lain:
Sebagaimana hadist yang
diucapkan Nabi Besar Muhannad S.A.W. yang ditunjukkan kepada para pengikutnya :
"Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah
kamu seakan-akan kamu akan mati bersok". Allah berfirman dalam Al-Quran
surat Ar-Ra'du ayat 11 : "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu
kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri".
8.5.
KEYAKINAN/KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup
berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada 3
aliran filsafat yaitu
1. Aliran
naturalisme; hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan
kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari nature, dan itu dari Tuhan. Tetapi
yang tidak percaya pada Tuhan, nature itulah yang tertinggi. Aliran naturalisme
berisikan spekulasi mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada
2. Aliran
intelektualisme; dasar aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan
akal. Dengan akal manusia berpikir, mana yang benar menurut akal itulah yang
baik, walaupun bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa
dengan kekuatan piker (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan
akal diciptakan teknologi, teknologi adalah alat Bantu mencapai kebajikan yang
maksimal, walaupun mungkin teknologi memberi akibat yang bertentangan dengan
akal. Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan
manusia itu bermula dari akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh
keyakinan kebenaran yang diterima akal.Benar menurut akal itulah yang baik.
Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu dan
teknologi). Pandangan hidup ini disebut liberalisme. Kebebasan akal menimbulkan
kebebasan bertingkah laku dan berbuat, walaupun tingkah lakudan perbuatannya
itu bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan akal lebih ditekankan pada
setiap individu. Karena itu individu yang berakal (berilmu dan berteknologi)
dapat menguasai individu yang berpikir rendah (bodoh)
3. Aliran
gabungan. Dasar aliran ini idalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib
artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar
keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar
tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika
berpikir maupun sebagai rasa (hati nurani). Jadi apa yang benar menurut logika
berpikir juga dapat diterima oleh hati nurani. Apabial aliran ini dihubungkan
dengan pandangan hidup, maka akan timbil dua kemungkinan pandangan hidup.
Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hati
nurani dinomorduakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak
menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir individu,
melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini disebut
sosialisme. Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal,
kedua-duanya mendasari keyakinan secara berimbang, akan dalam arti baik sebagia
logika berpikir maupun sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik
secara individual maupun secara kolektif panangan hidup ini disebut
sosialisme-religius. Kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika
berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia
Tuhan.
8.6.
LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
Manusia pasti mempunyai
pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan
pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang
memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula
yang memperlakukan sebagai sarana kesejahteraan, ketenteraman dan sebagainya.
Maka kita seharusnya
mempunyai langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai
langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana
mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Maka dari itu di bawah ini beberapa
langkah-langkah dalam berpandangan hidup yang baik, sebagat berikut:
1. Mengenal
Mengenal ini merupakan
suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dan setiap aktivitas
hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita
yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup.
2. Mengerti
Tahap kedua untuk
berpandangan hidup yang balk adalah mengcrti. Mengerti di sini dimaksudkan
mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara kita
berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita
hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagairnana mengatur kehidupan bernegara.
Begitu juga bagi yang berpandangan hidup pada agama islam, hendaknya kita
mengerti apa itu Al Qur’an, hadits dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu
mcngatu kehidupan baik di dunia niaupun di akherat. Selain itu juga kita
mengerti untuk apa dan dan mana Al Qur’an, hadits, dan ijmak itu. Sehingga
dengan demikian mempunyai suatu konsep pengrrtian tentang pandangan hidup Islam
itu.
3. Menghayati
Langkah selanjutnya
setelah mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan
menghayati pandangan hidup kita mcniperoleh ganibaran yang tepat dan benar mengenai
pandangan hidup itu sendiri.
Menghayati di sini
dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu
denga memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu
scndiri. Dengan menganalisa dan bertanya kepada orang yang lebih mampu dalam
pemahaman pandangan hidup.
4. Meyakini
Setelah mengetahui
kcbenaran dan validitasnya, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dan segi
kemasyarakatan maupun bernegara dan dan kehidupan di akherat, maka hendaknya
kita menyakini pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini merupakan
suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai
suatu tujuan hidupnya.
Dengan yakin (meyakini)
berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup
itu. Adanya sikap menerima secara ikhlas ini maka ada kecenderungan untuk
selalu brrpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindakannya atau
setidak-tidaknya tingkah laku dan tindak-tanduknya selalu dipengaruhi oleh
pandangan hidup yang diyakininya.
5. Mengabdi
Pengabdian merupakan
snatu hal yang pcnting dalani mcnghayati dan mcyakini sesuatu yang telah
dibenarkan dan ditenima baik oleh dirinya lebih – lebih oleh orang lain. Dengan
mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya. Sedang perwujudan manfaat
mengabdi ini dapat dirasakan oleh prihadi kita sendiri. Dan mengabdi itu
sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di
alam akherat. Dampak berpandangan hidup Islam yang antara lain yaitu mengabdi
kepada orang kedua orang tua.
Jadi bila kita sudah
mengenal, mengerti, menghayati dan meyakini pandangan hidup ini, maka
selayaknya disertai dengan pengabdian Dan pengabdian maka hendaknya dijadikan
pakaiannya baik dalam waktu tenteram lebih-lebih bila menghadapi hambatan dan tantangan.
6. Mengamankan
Proses mengamankan mi
merupakan langkah terakhir. Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum
mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah yang
terakhir ini merupakan langkah yang terberat dan benar-benar membutuhkan iman
yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tetap tegaknya
pandangan hidup itu. Misalnya seorang yang beragama Islam dan berpegang teguh
kepada pandangan hidupnya, lain suatu ketika dia dicela baik secara langsung
ataupun secara tidak Iangsung, maka jelas dia tak menenima celaan itu. Bahkan
bila ada orang yang ingin merusak atau bahkan ingin memusnahkan agama Islam
baik terang-terangan ataupun
secara diam-diam, sudah
tentu dan sudah selayaknya bila kita mengadakan tindakan terhadap segala
sesuatu yang menjadi pengganggu. Dengan kata lain para pengikut pandangan hidup
Islam akan bertindak untuk mengamankan terhadap segala tindakan yang bermaksud
atau ingin mengganggu salah satu diantara pandangan hidup itu, pasti ditindak
selain oleh Allah kelak juga oleh para pengikut Islam itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab8-manusia_dan_pandangan_hidup.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar