Sabtu, 21 Maret 2015

KREATIVITAS



PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KETERBAKAT
“KREATIVITAS”


NAMA      :         Anisa Nur Aripah (11514289)
                             Dinar Ibadi Fajri (13514149)
                             Teresa Mariane Sabatina (1A514716)
KELAS      :         1PA15                  
DOSEN     :          Nita Sri Handayani, S.Psi




Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2014




 





 
 BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Definisi Konsepsional atau Pengertian Kreativitas 4P (Pribadi,   Proses, Produk, dan Pendorong)
Pengertian kreativitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Kreativitas dahulu dianggap sebagai ”anugrah yang ajaib”, yang hanya dimiliki oleh  segelintir orang. Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan merupakan anugrah ajaib yang dimiliki semua orang.  Menguraikan kekuatan kecerdasan kreatif hanyalah masalah memahami bagaimana melakukannya. Kreativitas bisa dimiliki semua orang dengan membangun potensi kreatif dalam dirinya.
Salah satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreaivitas ialah bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreativitas. Akan tetapi, tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari konsep kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin dan juga tidak perlu, karena kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek yang meskipun berkaitan, tetapi penekanannya berbeda-beda. Definisi konsepsional adalah dari kata konsepsional yaitu hubungan antara konsep khusus yang akan diteliti. Istilah konsepsional adalah pengarah atau pedoman yang masih abstrak sehingga membutuhkan pelengkapnya yaitu definisi operasional.
Rhodes (1961, dalam Isaksen, 1987) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses (process), dan produk (product). Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku kreatif. Rhodes menyebut keempat jenis definisi tentang kreatifitas ini sebagai Four P’s of Creativity: Person, Process, Product, Press. Berikut ini akan dijelaskan lebih dalam lagi mengenai definisi tentang kreativitas melalui pendekatan 4P tersebut.
A. Definisi Pribadi (Person)
Kreatifitas merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan perilakunya. Kreatifitas mulai dengan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia memiliki system nilai dan system apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang dianut oleh masyarakat ramai.Definisi kreativitas dari aspek pribadi banyak dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain menurut Hulbeck (1945), tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Fokus pada segi pribadi jelas pada definisi ini. Definisi mengenai kreativitas yang lain diberikan oleh Sternberg (1988), yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif.
Intelegensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar, perencanaan, parumusan masalah, penyusunan strategi, keterampilan mengambil keputusan dan lain lain. Gaya kognitif atau intelektual pribadi yang kreatif menunjukan kelonggaran dari ketertarikan pada konvensi menciptakan aturan sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu terstruktur, senang menulis, merancang, dan lain-lain. Dimensi kpribadian  atau motivasi terdiri dari fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian. Keuletan dalam menghadapi rintangan dan lain-lain.
Pengertian lain mengenai kreativitas, yaitu Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki, 2010). Sedangkan menurut Munandar (dalam Basuki, 2010) kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir. Selanjutnya kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru (Soemardjan dalam Basuki, 2010).
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas dari aspek pribadi adalah proses menghasilkan dan membuat suatu hal yang baru, berbeda, unik, dan berarti dari intelegensi dan kemampuan pribadi yang dimiliki oleh seseorang.

B. Definisi Proses (Process)
Definisi kreativitas dari aspek proses banyak dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lainmenurut Hurlock (1978) kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Alvian, 1983). Definisi proses yang terkenal adalah definisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu:
a. Sensing difficulties and problems
b. Making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies
c. Evaluating ans testing the guesses and hypotheses
d. Possibly revising and retesting them
e. Communicating the result
Definisi Torrace ini merupakan seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil.Menurut Graham Wallas (1926), kreativitas merupakan proses 5 tahap:
a.       Preparation (Persiapan) = Proses pengumpulan informasi dan menginvestasikan masalah.
b.      Incubation (Pengendapan) = secara tidak sadar memikirkan problem
c.       Intimation.
d.      Ilumination (iluminasi) = menyadari cara-cara baru dalam memecahkan masalah.
e.       Verification (menguji) = mengimplementasikan temuan
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi kreativitas berdasarkan aspek proses adalah proses menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi melalui beberpa tahapan ilmiah.

C. Definisi Produk (Product)
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti defisi dari Barron (1969) yang menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemamupan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.” Selanjutnya dijelaskan oleh Munandar (2002) definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna.
Mengenali bakat, ciri pribadi, mendorong dengan motivasi, menyediakan  waktu dan sarana prasarana, serta mempertunjukkan hasil karya guna menggugah minat untuk berkreasi akan membuat individu terpacu untuk kreatif. Selain itu, Stein (dalam Basuki, 2010) menyatakan bahwa suatu produk baru dapat disebut karya kreatif jika mendapatkan pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu.Rogers (dalam Vernon, 1928) mengemukakan kriteria untuk produk kreatif ialah:
·         Produk itu harus nyata
·         Produk itu harus baru
·         Produkituadalahhasildarikualitasunikindividudalaminteraksidenganlingkungannya.
Ciri – ciri dari kreativitas itu sendiri adalah sebagai berikut :
a.       Dorongan ingin tahu besar.
b.      Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
c.       Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
d.      Bebas dalam menyatakan pendapat.
e.       Mempunyai rasa keindahan.
f.       Menonjol dalam salah satu bidang seni.
g.      Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain.
h.      Memiliki rasa humor tinggi.
i.        Daya imajinasi kuat.
j.        Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan, gagasan, karangan, pemecahan masalah).
k.      Dapat bekerja sendiri.    
l.        Kemampuan elaborasi (mengembangkan atau memerinci) suatu gagasan.
Selain  itu ciri-ciri kreativitas dapat dilihat dari seseorang yang memiliki rasa ingin tahu (sense of curiosity), kebutuhan untuk berprestasi (need of achievement), dapat beradaptasi (adaptable) dan memiliki kemampuan menempuh resiko.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas ditinjau dari aspek produk adalah sesuatu yang baru dan orisinil yang dihadilkan oleh kemampuan manusia dan mendapatkan pengakuan atau penghargaan dari orang-orang lainnya.

D. Definisi Pendorong (Press)
Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreativitas menekankan faktor “Press” atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau besibuk diri secara kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian pula guru meskipun menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu bagi pengembangan kreativitas.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas dari aspek pendorong adalah kemampun yang dihasilkan karena faktor yang datang dari dalam diri individu tersebut maupun faktor yang datang dari luar.

1.2 Definisi Oprasional Kreativitas
Selain memiliki definisi konsepsional, kreativitas juga memiliki definisi oprasional. Sedangkan apa definisi operasional itu? Petunjuk atau cara kerja bagi peneliti dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, dan operasional juga dapat menetukan apakah bahan masalah yang dapat diteliti itu layak atau tidak untuk diteliti.
Definisi operasional kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri – ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal – hal yang sudah ada, yang semuanya itu relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Sedangkan menurut Munandar (dalam Basuki, 2010), “Kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan originalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan).”

1.3 Definisi Kreativitas Menurut Clark
Definisi kreativitas menurut Clark adalah “Pengalaman mengekpresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. (Clark Moustatis)”
Devinisi kreativitas menurut Clark berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang spesialisasi belahan otak,mengemukakan : “Kreativitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu : berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function of thingking, feelings, sensing and intuiting)” (June 1961, Clark 1986).




BAB II
TEORI-TEORI MENGENAI KREATIVITAS

2.1 Teori-teori yang Melandasi Pengembangan Kreativitas
    Teori yang melandasi pengembangan kreativitas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Teori Psikoanalisis
Pada umumnya teori-teori Psikonalisis melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah yang biasanya mulai di masa anak-anak. Pribadi kreatif dipandang sebagai seorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis,yang dihadapi dengan memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Teori ini terdiri dari :
a)  Teori Freud
          Menurut beberapa pakar psikologi kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang menetapkan pada lima tahun pertama dari kehidupan. Sigmund Freud (1856-1939) adalah tokoh yang menganut pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak diterima. Karena mekanisme pertahanan mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dan karena menghabiskan energi psikis, mekanisme pertahanan biasanya merintangi produktivitas kreatif. Freud percaya, bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.
Kaitan antara kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas mulai pada tahun-tahun pertama dalam kehidupan. Menurut Freud, orang hanya didorong untuk menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara langsung. Pada umur empat tahun anak mengemabangkan hasrat fisik untuk orang tua dari jenis kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya seni sebagai sublimasi dari seniman. Sebagai contoh, banyaknya lukisan Leonardo da Vinci mengenai madonna yang dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh yang disublimasi, karena ia kehilangan ibunya pada usia muda.
Macam Mekanisme Pertahanan adalah :
a. Represi, yaitu secara tidak sadar melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
b. Kompensasi, yaitu berusaha mengimbangi ketidakmampuan yang dilakukan secara tidak sadar dengan menonjolkan pada hal lain.
c. Sublimasi, yaitu jika tidak mampu memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas dibidang seni, misalnya menjadi pemain bola.
d. Rasionalisasi, yaitu percaya bahwa suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah memang hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan tiket untuk melihat pertandingan sepak bola kemudian mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak tertarik untuk pergi.
e. Identifikasi, yaitu ingin menjadi seperti seseorang dengan menerima standar dan nilai orang itu menjadi standar dan nilai diri sendiri.
f. Introjeksi, yaitu menerima standar dan nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
g. Regresi, yaitu kembali ke prilaku yang sebelumnya berhasil, jika prilaku saat ini tidak berhasil, misalnya menangis ketika mendapat nilai rendah dengan harapan guru akan merubah nilainya.
h. Proyeksi, yaitu menganggap seseorang meemiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan sesungguhnya terhadap dia.
i. Pembentukan reaksi, yaitu pengalihan impuls yang menimbulkan kecemasan ke impuls lawannya, misalnya apabila seseorang merasa benci atau dendam pada orang lain dan kebencian itu menimbulkan kecemasan pada dirinya, maka orang tersebut akan menampilkan prilaku sayang atau kasih (cinta) utnuk menyembunyikan rasa benci tersebut.
j. Pemindahan, yaitu jika takut mengungkapkan perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada atasan, maka marah-marah pada anak.
k. Kompartementalisasi, yaitu mempunyai dua kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung (freud, S. 1963, introductory lectures on psycho-analysis dalam Utami Munandar, 1999).
b) Teori Ernst Kris
       Ernest Kris (1900-1957) menekan bahwa mekanisme pertahan regresi (beralih ke prilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasan, jika prilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.Jika seseorang mampu untuk “regress” ke kerangka berpikir , rintangan antara alam pikiran sadar dan tidak sadar menjadi kurang, dan bahan yang yang tidak disadari yang sering mengandung benih kreativitas dapat menembus kedalam kesadaran.
Orang-orang yang kreatif adalah mereka yang paling mampu memanggil bahan-bahan alam pikiran tidak sadar. Sebagai orang dewasa kita tidak mengalami hambatan untuk bisa seperti anak dalam pikiran mereka. Mereka dapat mempertahankan sikap bermain dengan masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif untuk “regress in the service of the ego”.

c) Teori Jung
          Carl Jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Disamping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman seluruh umat manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar kita “mengingat” pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek moyang kita. Dari ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru lainnya. Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.

2) Teori Humanistik
Berbeda dari teori psikoanalisa,teori humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi dan kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada lima tahun pertama.
a) Teori Abraham Maslow
    Abraham Maslow (1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut adalah:
·         Kebutuhan fisik/biologis
·         Kebutuhan akan rasa aman
·         Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta
·         Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri
·         Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri
·         Kebutuhan estetik
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi diri dan estetik atau transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses perwujudan diri erat kaitannya dengan kreativitas. Bila  bebas dari neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight).

b) Teori Carl Rogers
Menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif ialah: 
a.       Keterbukaan terhadap pengalaman.
b.     Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation).
c.       Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Setiap orang yang memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang ini berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi (internal press).
Kedua aliran tersebut dimuka –psikoanalisis dan humanistik- amat berbeda dalam penjelasan kepribadian kreatif. Keduanya mempunyai maknanya tersendiri. Penekanan teori psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dan timbulnya kreativitas sebagai kompensasi dari masa anak yang sulit, dapat menjelaskan kehidupan banyak tokoh-tokoh yang produktif. Sedangkan teori humanistik lebih menekankan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi masalah kehidupannya. Teori ini bertitik tolak dari pandangan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri.
Aliran humanistik melihat kreativitas sebagai lebih sadar, kognitif, dan intensional daripada teori psiokoanalisis. Konsep humanistik ialah bahwa kreativitas dilahirkan karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tertinggi dalam hidup dna bukan sebagai pertahanan terhadap neurosis.
Kreativitas adalah dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan di mana sumber dari pertimbangan evaluatif adalah internal (Rogers, dalam Vernon, 1982).
Carl Rogers (dalam Vernon, 1982) menegaskan bahwa satu persyaratan utama bagi berkembangannya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan untuk berpikir, menyatakan pikiran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak asasi manusia, yakni adanya kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreatifitas yang konstruktif.
1.Keamanan Psikologis
• Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya (memberi kepercayaan, yang dapat memberi efek menghayati suasana keamanan).
• Mengusahakan suasana yang ada didalamnya evaluasi eksternal tidak ada (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau punya mempunyai efek mengancam)
• Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati) perasaan, pemikiran, tindakan serta dapat melihat sudut pandang, dan tetap menerimanya, memberi rasa aman.

2.Kebebasan Psikologis
Jika setiap orang memiliki kesempatan untuk bebas mengeksperiskan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permissiveness ini memberikan pada seseorang kebebasan dalam berpikir atau merasakan sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Mengekspresikan tindakan konkret perasaan-perasaannya (misalnya dengan memukul) tidak selalu dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu ada batas-batasnya, tetapi eksperesi secara simbolis hendaknya dimungkinkan.

3) Teori Csikszentmihalyi
Menurut Teori Chikszentmihalyi (1996) yang mengkaji ciri-ciri atau faktor-faktor yang memungkinkan atau membantu kreativitas seseorang muncul dan berkembang. Dalam teori Csikzenmihalyi memberikan 5 ciri kreativitas :
a.       Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis (genetic predisposition). Contohnya sesorang yang sistem sensorinya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
b.      Minat pada usia dini pada ranah tertentu. Minat menyebabkan seseorang terlibat sacara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
c.       Akses terhadap suatu bidang (access to a domain). Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina atau mentor dalam bidang yang diminat, sangat membantu pengembangan bakat.
d.      Access to a field. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, sangat penting untuk mendapat pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting.
e.       Orang-orang yang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya. (Utami Munandar, 1999).
Csikzenmihalyi mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadiaan kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis, yaitu :
a.       Pribadi yang kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka dapat berkerja selama berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya.
b.      Pribadi yang kreatif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Mereka tampak memiliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dengan ketidakmatangan emosioanal dan mental. Mampu berpikir konvergen sekaligus divergen.
c.       Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.
d.      Pribadi yang kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
e.       Pribadi kreatif menunjukan kecendrungan baik introversi maupun ekstroversi.
f.       Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karya pada saat yang bersamaan.
g.      Pribadi yang kreatif menunjukan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminim).
h.      Orang yang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.
i.        Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karya mereka.
j.        Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa gembira yang luarn biasa. (Utami Munandar, 1999).

Teori psikoanalisis menekan peranan alam pikiran tidak sadar dalam timbulnya kreativitas, sedangkan teori humanistik lebih merlihat kreativitas sebagai sesuatu yang dilakukan secara sadar dan intensional. Teori tentang pendorong kreativitas mengetengahkan teori Rogers tentang kondisi internal dan kondisi eksternal yang mendorong perwujudan prilaku kreatif.
Kendala psikologis terhadap prilaku kreatif merupakan kendala utama yang perlu mendapat perhatian pendidik, khususnya faktor-faktor internal seperti tidak dapat melepaskan diri dari kebiasaan, kecenderungan, untuk terlalu membatasi bidang masalahnya, ketidakmampuan untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, melihat apa yang diharapkan akan dilihat terpaksa pada penyelesaian yang konvensional.











DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Heru. 2006. Pengembangan Kreativitas. http://www.heru.staff.gunadarma.ac.id. 5 Maret 2015, 20:00
Utami Muhandar, S.C. 1977. Creativity and Education, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Utami Muhandar, S.C. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbaka, Jakarta: Rineka Cipta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar