PENGEMBANGAN
KREATIVITAS DAN KETERBAKAT
“KREATIVITAS”
NAMA : Anisa
Nur Aripah (11514289)
Dinar Ibadi Fajri (13514149)
Teresa Mariane Sabatina (1A514716)
DOSEN : Nita
Sri Handayani, S.Psi
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Definisi Konsepsional atau Pengertian Kreativitas 4P (Pribadi, Proses, Produk, dan Pendorong)
Pengertian
kreativitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreativitas adalah kemampuan
untuk mencipta atau daya cipta. Kreativitas dahulu dianggap sebagai ”anugrah
yang ajaib”, yang hanya dimiliki oleh
segelintir orang. Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan merupakan anugrah
ajaib yang dimiliki semua orang.
Menguraikan kekuatan kecerdasan kreatif hanyalah masalah memahami
bagaimana melakukannya. Kreativitas bisa dimiliki semua orang dengan membangun
potensi kreatif dalam dirinya.
Salah
satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan
kreaivitas ialah bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreativitas. Akan
tetapi, tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal.
Mengingat kompleksitas dari konsep kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin
dan juga tidak perlu, karena kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek
yang meskipun berkaitan, tetapi penekanannya berbeda-beda. Definisi
konsepsional adalah dari kata konsepsional yaitu hubungan antara konsep khusus
yang akan diteliti. Istilah konsepsional adalah pengarah atau pedoman yang
masih abstrak sehingga membutuhkan pelengkapnya yaitu definisi operasional.
Rhodes
(1961, dalam Isaksen, 1987) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang
kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam
istilah pribadi (person), proses (process), dan produk (product). Kreativitas
dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press)
individu ke perilaku kreatif. Rhodes menyebut keempat jenis definisi tentang
kreatifitas ini sebagai Four P’s of Creativity: Person, Process, Product,
Press. Berikut ini akan dijelaskan lebih dalam lagi mengenai definisi tentang
kreativitas melalui pendekatan 4P tersebut.
A.
Definisi Pribadi (Person)
Kreatifitas
merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu,
perasaan, sikap dan perilakunya. Kreatifitas mulai dengan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu
yang baru. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri.
Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang
berlaku dalam bidang keahliannya. Ia memiliki system nilai dan system
apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang dianut oleh masyarakat ramai.Definisi
kreativitas dari aspek pribadi banyak dikemukakan oleh beberapa pakar, antara
lain menurut Hulbeck (1945), tindakan
kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan
lingkungannya. Fokus pada segi pribadi jelas pada definisi ini. Definisi
mengenai kreativitas yang lain diberikan oleh Sternberg (1988), yaitu
kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis:
intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi. Bersama-sama ketiga
segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu
yang kreatif.
Intelegensi
meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar, perencanaan, parumusan masalah, penyusunan
strategi, keterampilan mengambil keputusan dan lain lain. Gaya kognitif atau
intelektual pribadi yang kreatif menunjukan kelonggaran dari ketertarikan pada
konvensi menciptakan aturan sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu
terstruktur, senang menulis, merancang, dan lain-lain. Dimensi kpribadian atau motivasi terdiri dari fleksibilitas,
toleransi terhadap kedwiartian. Keuletan dalam menghadapi rintangan dan
lain-lain.
Pengertian
lain mengenai kreativitas, yaitu Kreativitas adalah suatu proses yang
menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam
suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki, 2010). Sedangkan
menurut Munandar (dalam Basuki, 2010) kreativitas adalah suatu proses yang
tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam
berfikir. Selanjutnya kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu yang
tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru (Soemardjan
dalam Basuki, 2010).
Jadi,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas dari aspek pribadi adalah proses
menghasilkan dan membuat suatu hal yang baru, berbeda, unik, dan berarti dari
intelegensi dan kemampuan pribadi yang dimiliki oleh seseorang.
B.
Definisi Proses (Process)
Definisi
kreativitas dari aspek proses banyak dikemukakan oleh beberapa pakar, antara
lainmenurut Hurlock
(1978) kreativitas adalah suatu proses
yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek
dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Kreativitas adalah suatu proses
upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek
kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas
kehidupan yang semakin baik (Alvian, 1983). Definisi proses yang terkenal
adalah definisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang pada dasarnya
menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu:
a.
Sensing difficulties and problems
b.
Making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies
c.
Evaluating ans testing the guesses and hypotheses
d.
Possibly revising and retesting them
e.
Communicating the result
Definisi
Torrace ini merupakan seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan
masalah sampai dengan menyampaikan hasil.Menurut Graham Wallas (1926),
kreativitas merupakan proses 5 tahap:
a. Preparation
(Persiapan) = Proses pengumpulan informasi dan menginvestasikan masalah.
b. Incubation
(Pengendapan) = secara tidak sadar memikirkan problem
c. Intimation.
d. Ilumination
(iluminasi) = menyadari cara-cara baru dalam memecahkan masalah.
e. Verification
(menguji) = mengimplementasikan temuan
Jadi,
dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi kreativitas berdasarkan aspek proses
adalah proses menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi melalui
beberpa tahapan ilmiah.
C.
Definisi Produk (Product)
Definisi
yang berfokus pada produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti defisi dari
Barron (1969) yang menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemamupan untuk
menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.” Selanjutnya dijelaskan oleh
Munandar (2002) definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang
dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan
bermakna.
Mengenali
bakat, ciri pribadi, mendorong dengan motivasi, menyediakan waktu dan sarana prasarana, serta
mempertunjukkan hasil karya guna menggugah minat untuk berkreasi akan membuat
individu terpacu untuk kreatif. Selain itu, Stein (dalam Basuki, 2010)
menyatakan bahwa suatu produk baru dapat disebut karya kreatif jika mendapatkan
pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu.Rogers (dalam
Vernon, 1928) mengemukakan kriteria untuk produk kreatif ialah:
·
Produk itu harus nyata
·
Produk itu harus baru
·
Produkituadalahhasildarikualitasunikindividudalaminteraksidenganlingkungannya.
Ciri
– ciri dari kreativitas itu sendiri adalah sebagai berikut :
a. Dorongan
ingin tahu besar.
b. Sering
mengajukan pertanyaan yang baik.
c. Memberikan
banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
d. Bebas
dalam menyatakan pendapat.
e. Mempunyai
rasa keindahan.
f. Menonjol
dalam salah satu bidang seni.
g. Mempunyai
pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang
lain.
h. Memiliki
rasa humor tinggi.
i.
Daya imajinasi kuat.
j.
Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak
dalam ungkapan, gagasan, karangan, pemecahan masalah).
k.
Dapat bekerja sendiri.
l.
Kemampuan elaborasi (mengembangkan atau
memerinci) suatu gagasan.
Selain itu ciri-ciri kreativitas dapat dilihat dari
seseorang yang memiliki rasa ingin tahu (sense of curiosity), kebutuhan untuk
berprestasi (need of achievement), dapat beradaptasi (adaptable) dan memiliki
kemampuan menempuh resiko.
Jadi,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas ditinjau dari aspek produk adalah
sesuatu yang baru dan orisinil yang dihadilkan oleh kemampuan manusia dan
mendapatkan pengakuan atau penghargaan dari orang-orang lainnya.
D.
Definisi Pendorong (Press)
Kategori
keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreativitas menekankan faktor
“Press” atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri sendiri berupa
keinginan dan hasrat untuk mencipta atau besibuk diri secara kreatif) maupun
dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Bakat kreatif dapat
berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam
lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai
kegiatan kreatif anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi
akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian
pula guru meskipun menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan
kurikulum yang ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada
waktu bagi pengembangan kreativitas.
Jadi,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas dari aspek pendorong adalah kemampun
yang dihasilkan karena faktor yang datang dari dalam diri individu tersebut
maupun faktor yang datang dari luar.
1.2 Definisi Oprasional Kreativitas
Selain
memiliki definisi konsepsional, kreativitas juga memiliki definisi oprasional.
Sedangkan apa definisi operasional itu? Petunjuk atau cara kerja bagi peneliti dalam
mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian, dan operasional juga
dapat menetukan apakah bahan masalah yang dapat diteliti itu layak atau tidak
untuk diteliti.
Definisi
operasional kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri –
ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal – hal yang sudah ada, yang semuanya itu relative berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya.
Sedangkan
menurut Munandar (dalam Basuki, 2010), “Kreativitas merupakan kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan originalitas dalam
berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci suatu gagasan).”
1.3 Definisi Kreativitas Menurut
Clark
Definisi
kreativitas menurut Clark adalah “Pengalaman mengekpresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan
dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. (Clark Moustatis)”
Devinisi
kreativitas menurut Clark berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang
spesialisasi belahan otak,mengemukakan : “Kreativitas merupakan ekspresi
tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua
fungsi dasar manusia yaitu : berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic
function of thingking, feelings, sensing and intuiting)” (June 1961, Clark
1986).
BAB
II
TEORI-TEORI
MENGENAI KREATIVITAS
2.1
Teori-teori yang Melandasi Pengembangan Kreativitas
Teori yang melandasi
pengembangan kreativitas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Teori Psikoanalisis
Pada
umumnya teori-teori Psikonalisis melihat kreativitas sebagai hasil mengatasi
suatu masalah yang biasanya mulai di masa anak-anak. Pribadi kreatif dipandang
sebagai seorang yang pernah mempunyai pengalaman traumatis,yang dihadapi dengan
memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur
menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Teori ini terdiri dari :
a) Teori Freud
Menurut beberapa pakar psikologi
kemampuan kreatif merupakan ciri kepribadian yang menetapkan pada lima tahun
pertama dari kehidupan. Sigmund Freud (1856-1939) adalah tokoh yang menganut
pandangan ini. Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang
merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai ide-ide yang
tidak menyenangkan atau yang tidak diterima. Karena mekanisme pertahanan
mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dan karena menghabiskan energi
psikis, mekanisme pertahanan biasanya merintangi produktivitas kreatif. Freud
percaya, bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan
kreatif, mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari kreativitas.
Kaitan
antara kebutuhan seksual yang tidak disadari dan kreativitas mulai pada
tahun-tahun pertama dalam kehidupan. Menurut Freud, orang hanya didorong untuk
menjadi kreatif jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan seksual secara
langsung. Pada umur empat tahun anak mengemabangkan hasrat fisik untuk orang
tua dari jenis kelamin yang berbeda. Karena kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi,
maka terjadi sublimasi dan awal dari imajinasi. Freud menjelaskan banyak karya
seni sebagai sublimasi dari seniman. Sebagai contoh, banyaknya lukisan Leonardo
da Vinci mengenai madonna yang dihasilkan dari kebutuhan seksual dengan tokoh
yang disublimasi, karena ia kehilangan ibunya pada usia muda.
Macam
Mekanisme Pertahanan adalah :
a. Represi, yaitu secara tidak sadar
melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
b. Kompensasi, yaitu berusaha mengimbangi
ketidakmampuan yang dilakukan secara tidak sadar dengan menonjolkan pada hal
lain.
c. Sublimasi, yaitu jika tidak mampu
memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas dibidang seni, misalnya
menjadi pemain bola.
d. Rasionalisasi, yaitu percaya bahwa suatu
kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah memang
hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan tiket untuk melihat
pertandingan sepak bola kemudian mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak tertarik
untuk pergi.
e. Identifikasi, yaitu ingin menjadi
seperti seseorang dengan menerima standar dan nilai orang itu menjadi standar
dan nilai diri sendiri.
f. Introjeksi, yaitu menerima standar dan
nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
g. Regresi, yaitu kembali ke prilaku yang
sebelumnya berhasil, jika prilaku saat ini tidak berhasil, misalnya menangis
ketika mendapat nilai rendah dengan harapan guru akan merubah nilainya.
h. Proyeksi, yaitu menganggap seseorang
meemiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan
sesungguhnya terhadap dia.
i. Pembentukan reaksi, yaitu pengalihan
impuls yang menimbulkan kecemasan ke impuls lawannya, misalnya apabila
seseorang merasa benci atau dendam pada orang lain dan kebencian itu
menimbulkan kecemasan pada dirinya, maka orang tersebut akan menampilkan
prilaku sayang atau kasih (cinta) utnuk menyembunyikan rasa benci tersebut.
j. Pemindahan, yaitu jika takut
mengungkapkan perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap
seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada
atasan, maka marah-marah pada anak.
k. Kompartementalisasi, yaitu mempunyai dua
kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia
sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung (freud, S. 1963, introductory
lectures on psycho-analysis dalam Utami Munandar, 1999).
b) Teori Ernst Kris
Ernest Kris (1900-1957) menekan bahwa mekanisme
pertahan regresi (beralih ke prilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasan,
jika prilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi kepuasan) juga sering
muncul dalam tindakan kreatif.Jika seseorang mampu untuk “regress” ke kerangka
berpikir , rintangan antara alam pikiran sadar dan tidak sadar menjadi kurang,
dan bahan yang yang tidak disadari yang sering mengandung benih kreativitas
dapat menembus kedalam kesadaran.
Orang-orang
yang kreatif adalah mereka yang paling mampu memanggil bahan-bahan alam pikiran
tidak sadar. Sebagai orang dewasa kita tidak mengalami hambatan untuk bisa
seperti anak dalam pikiran mereka. Mereka dapat mempertahankan sikap bermain
dengan masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka mampu
melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif untuk “regress in
the service of the ego”.
c)
Teori Jung
Carl Jung (1875-1961) juga percaya
bahwa ketidaksadaran memainkan peranan yang amat penting dalam kreativitas
tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu
pribadi. Disamping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman seluruh umat
manusia tersimpan disana. Secara tidak sadar kita “mengingat”
pengalaman-pengalaman yang paling berpengaruh dari nenek moyang kita. Dari
ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni, dan karya-karya baru
lainnya. Proses inilah yang menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
2) Teori Humanistik
Berbeda
dari teori psikoanalisa,teori humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari
kesehatan psikologis tingkat tinggi dan kreativitas dapat berkembang selama
hidup dan tidak terbatas pada lima tahun pertama.
a)
Teori Abraham Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) berpendapat
manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan.
Kebutuhan tersebut adalah:
·
Kebutuhan fisik/biologis
·
Kebutuhan akan rasa aman
·
Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of
belonging) dan cinta
·
Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri
·
Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri
·
Kebutuhan estetik
Kebutuhan-kebutuhan
tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan
“deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi diri dan estetik atau
transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses perwujudan diri erat kaitannya
dengan kreativitas. Bila bebas dari
neurosis, orang yang mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang
hakiki. Mereka mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of
insight).
b)
Teori Carl Rogers
Menurut
Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif ialah:
a. Keterbukaan
terhadap pengalaman.
b. Kemampuan
untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus
of evaluation).
c. Kemampuan
untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.
Setiap
orang yang memiliki ketiga ciri ini kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang
ini berfungsi sepenuhnya, menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara
kreatif. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam
untuk berkreasi (internal press).
Kedua
aliran tersebut dimuka –psikoanalisis dan humanistik- amat berbeda dalam
penjelasan kepribadian kreatif. Keduanya mempunyai maknanya tersendiri.
Penekanan teori psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dan timbulnya
kreativitas sebagai kompensasi dari masa anak yang sulit, dapat menjelaskan
kehidupan banyak tokoh-tokoh yang produktif. Sedangkan teori humanistik lebih
menekankan pada kesehatan psikologis yang memungkinkan seseorang mengatasi
masalah kehidupannya. Teori ini bertitik tolak dari pandangan bahwa manusia
menentukan nasibnya sendiri.
Aliran
humanistik melihat kreativitas sebagai lebih sadar, kognitif, dan intensional
daripada teori psiokoanalisis. Konsep humanistik ialah bahwa kreativitas
dilahirkan karena dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang
tertinggi dalam hidup dna bukan sebagai pertahanan terhadap neurosis.
Kreativitas
adalah dapat berkembang dalam suasana non-otoriter, yang memungkinkan individu
untuk berpikir dan menyatakan diri secara bebas, dan di mana sumber dari
pertimbangan evaluatif adalah internal (Rogers, dalam Vernon, 1982).
Carl
Rogers (dalam Vernon, 1982) menegaskan bahwa satu persyaratan utama bagi
berkembangannya kreativitas suatu bangsa adalah adanya kebebasan. Kebebasan
untuk berpikir, menyatakan pikiran, mencipta, yang dapat kita ringkaskan pada
moyangnya segala rupa kebebasan yang menjadi hak asasi manusia, yakni adanya
kebebasan melakukan pilihan (freedom of choice).
Menurut
pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan
psikologis memungkinkan timbulnya kreatifitas yang konstruktif.
1.Keamanan
Psikologis
•
Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya (memberi kepercayaan, yang dapat memberi efek menghayati suasana
keamanan).
•
Mengusahakan suasana yang ada didalamnya evaluasi eksternal tidak ada (atau
sekurang-kurangnya tidak bersifat atau punya mempunyai efek mengancam)
•
Memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati) perasaan,
pemikiran, tindakan serta dapat melihat sudut pandang, dan tetap menerimanya,
memberi rasa aman.
2.Kebebasan
Psikologis
Jika
setiap orang memiliki kesempatan untuk bebas mengeksperiskan secara simbolis
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permissiveness ini memberikan pada
seseorang kebebasan dalam berpikir atau merasakan sesuai dengan apa yang ada
dalam dirinya. Mengekspresikan tindakan konkret perasaan-perasaannya (misalnya
dengan memukul) tidak selalu dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu
ada batas-batasnya, tetapi eksperesi secara simbolis hendaknya dimungkinkan.
3)
Teori Csikszentmihalyi
Menurut
Teori Chikszentmihalyi (1996) yang mengkaji ciri-ciri atau faktor-faktor yang
memungkinkan atau membantu kreativitas seseorang muncul dan berkembang. Dalam teori
Csikzenmihalyi memberikan 5 ciri kreativitas :
a. Ciri
pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis
(genetic predisposition). Contohnya sesorang yang sistem sensorinya peka
terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah
menjadi pemusik.
b. Minat
pada usia dini pada ranah tertentu. Minat menyebabkan seseorang terlibat sacara
mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan
kreativitas.
c. Akses
terhadap suatu bidang (access to a domain). Adanya sarana dan prasarana serta
adanya pembina atau mentor dalam bidang yang diminat, sangat membantu
pengembangan bakat.
d. Access
to a field. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan
tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, sangat penting untuk mendapat
pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting.
e. Orang-orang
yang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk
menyesuaikan diri terhadap hampir situasi dan untuk melakukan apa yang perlu
untuk mencapai tujuannya. (Utami Munandar, 1999).
Csikzenmihalyi
mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadiaan kreatif yang seakan-akan
paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis, yaitu :
a. Pribadi
yang kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka dapat
berkerja selama berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi juga bisa tenang
dan rileks, tergantung situasinya.
b. Pribadi
yang kreatif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naif.
Mereka tampak memiliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti
anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dengan
ketidakmatangan emosioanal dan mental. Mampu berpikir konvergen sekaligus
divergen.
c. Ciri
paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.
d. Pribadi
yang kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap
bertumpu pada realitas.
e. Pribadi
kreatif menunjukan kecendrungan baik introversi maupun ekstroversi.
f. Orang
kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karya pada saat yang
bersamaan.
g. Pribadi
yang kreatif menunjukan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat
melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminim).
h. Orang
yang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak
mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.
i.
Kebanyakan orang kreatif sangat
bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat
objektif dalam penilaian karya mereka.
j.
Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang
kreatif sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada
saat yang sama ia merasa gembira yang luarn biasa. (Utami Munandar, 1999).
Teori
psikoanalisis menekan peranan alam pikiran tidak sadar dalam timbulnya
kreativitas, sedangkan teori humanistik lebih merlihat kreativitas sebagai
sesuatu yang dilakukan secara sadar dan intensional. Teori tentang pendorong
kreativitas mengetengahkan teori Rogers tentang kondisi internal dan kondisi
eksternal yang mendorong perwujudan prilaku kreatif.
Kendala
psikologis terhadap prilaku kreatif merupakan kendala utama yang perlu mendapat
perhatian pendidik, khususnya faktor-faktor internal seperti tidak dapat
melepaskan diri dari kebiasaan, kecenderungan, untuk terlalu membatasi bidang
masalahnya, ketidakmampuan untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut
pandang, melihat apa yang diharapkan akan dilihat terpaksa pada penyelesaian
yang konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Heru. 2006. Pengembangan
Kreativitas. http://www.heru.staff.gunadarma.ac.id. 5 Maret 2015, 20:00
Utami
Muhandar, S.C. 1977. Creativity and Education, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Utami
Muhandar, S.C. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbaka, Jakarta:
Rineka Cipta.