A. PENGORGANISASIAN STRUKTUR MANAJEMEN
1. Pengertian Struktur
Organisasi
Menurut Mukhyi dan Saputro (1995)
struktur organisasi didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi
diolah. Struktur ini terdiri atas unsur spesialisasi kerja, standarisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
ukuran satuan kerja.
Menurut Daulay (2004) struktur
organisasi adalah sebuah bagan yang dapat menjelaskan tentang kedudukan
masing-masing pengurus serta hubungan antar bagian dalam organisasi. Sangat
diperlukan untuk menunjukkan susunan kepengurusan dan hubungan antar seksi atau
bagian yang dipahami oleh anggota organisasi ataupun pihak luar.
Menurut Affif, Paemeleire, dan
Uytterschaut (1994) struktur organisasi adalah keseluruhan dari tugas-tugas
yang dikelompokkan ke dalam fungsi-fungsi yang ada sehingga merupakan suatu
kesatuan harmonis, yakni diarahkan dan dikembangkan secara terus menerus pada
suatu tujuan tertentu menuju kondisi optimal. Struktur suatu organisasi
digambarkan dalam bentuk suatu skema organisasi atau organigram, yakni suatu
lukisan grafis yang menjelaskan berbagai hubungan organisatoris, baik vertikal
maupun horizontal, antarbagian maupun antarindividu. Dengan kata lain,
organigram memberikan gambaran tentang struktur personalia, yakni
penempatan-pempatan individu pada posisi-posisi yang ada dalam suatu
organisasi. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan siapa-siapa yang memegang
tampuk pimpinan, apa dan kepada siapa tugas, wewenang, tanggung jawab, serta
posisi diberikan.
Menurut Stonner dan Wankell (1986)
struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antarbagian komponen dan posisi
dalam suatu perkumpulan. Struktur organisasi menspesifikasi
pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau aktivitas yang
beraneka macam dihubungkan sampai batas tertentu, juga menunjukkan tingkat
spesialisasi aktivitas kerja. Struktur organisasi juga menunjukkan hierarki dan
struktur otoritas organisasi serta memperlihatkan hubungan pelaporannya.
Struktur organisasi memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan
organisasi mempertahankan kedatangan dan kepergian individu serta untuk
mengoordinasi hubungannya dengan lingkungan.
Menurut Siswandi (2008) struktur
organisasi adalah sebuah sistem hubungan yang ada antara para pemegang
(anggota) organisasi. Ia merupakan hasil dari organisasi perencanaan yang
disengaja dan dilakukan secara sadar dari bidang pertanggungjawaban,
spesialisasi dan wewenang untuk masing-masing anggota organisasi.
2. Fungsi Dari Manajemen
Menurut Mukhyi dan Saputro (1995)
fungsi-fungsi manajemen adalah seangkaian kegiatan yang dijalankan dalam
manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu
tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi manajemen terdiri dari
beberapa fungsi, antara lain:
- Forecasting (peramalan) yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.
- Planning (perencanaan) yaitu penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Proses ini menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
- Organizing (organisasi) yaitu pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, termasuk dalam hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya. Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
- Staffing atau Assembing Resources (penyusunan personalia) yaitu penyusunan personalia sejak dari penarikan tenaga kerja baru, latihan dan pengembangan sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi daya guna maksimal pada organisasi.
- Directing atau Commanding (pengarahan atau mengkomando) yaitu usaha memberi bimbingan saran-saran dan perintah dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan (delegasi wewenang) untuk dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.
- Leading yaitu pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar bertindak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
- Coordinating (koordinasi) yaitu menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi kekacauan dan saling lempar tanggung jawab dengan jalan menghubungkan, menyatu-padukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan.
- Motivating (motivasi) yaitu pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara sukarela.
- Controlling (pengawasan) yaitu penentuan dan penetapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan. Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan.
- Reporting (pelaporan) yaitu penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan.
Menurut Robbins (2001), meringkas
fungsi dari manajemen menjadi empat, yaitu:
- Perencanaan. Karena organisasi itu ada untuk mencapai tujuan-tujuan, seseorang harus menetapkan tujuan-tujuan tersebut dan alat atau cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan itu. dan seseorang itu tidak lain adalah manajemen. Fungsi perencanaan meliputi menentukan tujuan organisasi, menetapkan suatu strategi keseluruhan untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan suatu hierarki rencana yang menyeluruh untuk memadukan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.
- Pengorganisasian. Para manajer juga bertanggung jawab untuk merancang struktur organisasi. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, bagaimana tugas-tugas itu dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan di mana keputusan harus diambil.
- Pemimpinan. Setiap organisasi terdiri dari orang-orang, dan adalah tugas manajemen untuk mengarahkan dan mengkoordinasi orang-orang ini. Inilah fungsi pemimpinan. Saat mereka memotivasi bawahan, mengarahkan kegiatan orang lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau memecahkan konflik antara anggota, mereka itu sedang melaksanakan kepemimpinan.
- Pengendalian. Setelah tujuan-tujuan ditentukan, rencana-rencana dirumuskan, pengaturan struktural digambarkan, dan orang-orang dipekerjakan, dilatih, dan dimotivasi, masih ada kemungkinan bahwa ada sesuatu yang keliru. Untuk memastikan bahwa semua urusan berjalan seperti seharusnya, manajemen harus memantau kinerja organisasi. Kinerja yang sebenarnya harus dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Jadi terdapat penyimpangan yang cukup berarti, adalah tugas manajemen untuk mengendalikan organisasi itu pada jalurnya. Pemantauan, pembandingan, dan kemungkinan mengoreksi inilah yang diartikan dengan fungsi pengendalian.
3. Manfaat Struktur
Fungsional dan Divisional
Organisasi
fungsional diciptakan oleh F.W Taylor di mana segelintir pimpinan tidak
mempunyai bawahan yang jelas sebab setiap atasan berwenang memberi komando
kepada setiap bawahan, sepanjang ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut. Struktur organisasi fungsional menghimpun seluruh individu
yang terlibat dalam suatu aktivitas yang berkaitan dalam suatu departemen.
Sebagai contoh, organisasi yang dibagi menurut fungsi dapat memiliki bagian
produksi, pemasaran, finansial, dan tenaga kerja. Seorang manajer pada
organisasi tersebut akan bertanggung jawab atas bagiannya masing-masing
Menurut Mukhyi dan Saputro (1995)
manfaat Struktur Organisasi Fungsional adalah sebagai berikut:
- Pembidangan tugas menjadi lebih jelas.
- Spesialisasi karyawan lebih efektif dijalankan dan dikembangkan.
- Solidaritas kerja, semangat kerja karyawan tinggi.
- Koordinasi berjalan lancar dan tertib.
Sedangkan manfaat Struktur Struktur Organisasi Divisional adalah sebagai
berikut:
- Semua kegiatan, keterampilan, keahlian untuk memproduksi dan memasarkan dikelompokan menjadi satu di bawah seorang kepala.
- Semua kegiatan mudah untuk dikoordinasi dan prestasi kerja terpelihara.
- Kualitas dan kecepatan pembuatan keputusan meningkat.
- Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas.
- Merumuskan tanggung jawab dengan jelas dan perhatian dipusatkan pertanggungjawaban atas prestasi kerja.
- Membebaskan para kepala eksekutif dalam pembuatan keputusan strategi lebih luas.
- Cocok untuk lingkungan yang cepat berubah.
- Mempertahankan spesialisasi fungsional dalam setiap divisi.
Menurut Reksohadipradjo, Handoko,
dan Siswanto (1990) manfaat struktur organisasi fungsional adalah sebagai
berikut:
- Efisiensi melalui spesialisasi.
- Meningkatkan pengembangan keahlian fungsional.
- Membedakan dan mendelegasikan keputusan-keputusan operasional harian.
- Menjaga pemusatan pengendalian keputusan-keputusan strategik.
Sedangkan manfaat Struktur Organisasi Divisional adalah sebagai berikut:
- Memudahkan koordinasi dan memberikan tanggapan yang cepat karena wewenang telah dilimpahkan kebawah.
- Menempatkan pengembangan strategi dan implementasinya pada tingkat divisi dengan lingkungan yang khas.
- Pengambilan keputusan strategik dapat lebih cepat dan tepat.
- Permintaan tanggung jawab pelaksanaan lebih jelas.
- Terpeliharanya spesialisasi fungsional dalam setiap divisi.
- Memberikan latihan yang baik bagi para manajer.
Menurut Siswandi (2008)
manfaat struktur organisasi fungsional adalah sebagai berikut:
- Para supervisi merupakan tenaga ahli yang mempunyai kesempatan mengembangkan keahliannya dalam bidang tertentu.
- Nasihat para ahli sudah tersedia bagi setiap karyawan.
- Setiap fungsi di bisnis akan menerima penanganan dari atasan yang lebih tinggi.
Sedangkan manfaat Struktur Organisasi Divisional adalah sebagai berikut:
- Menekankan pada koordinasi dan kebutuhan akan otonomi yang mengalir ke bawah kepada tingkat yang tepat guna merespons perubahan secara tepat.
- Menempatkan pengembangan strategi dan implementasi yang lebih erat terhadap perubahan lingkungan divisi.
- Meringankan beban manajemen puncak karena adanya delegasi strategi kepada masing-masing divisi.
- Mempertajam fokus pertanggungjawaban kinerja.
- Tetap mempertahankan spesialisasi fungsional dalam setiap divisi.
- Menyediakan dasar pelatihan yang baik bagi manajer perumus strategi.
4. Kerugian Struktur
Fungsional dan Divisional
Menurut Mukhyi dan Saputro (1995)
Kerugian Struktur Organisasi Fungsional adalah sebagai berikut:
- Karyawan terlalu memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja, sehingga pengalihan kerja menjadi sulit dilaksanakan.
- Koordinasi menyeluruh sukar dilaksanakan.
- Menimbulkan rasa kelompok yang sangat sempit dari bagian yang sama sehingga sering timbul konflik.
Sedangkan kerugian Struktur Organisasi Divisional adalah sebagai berikut:
- Berkembangnya persaingan disfungsional potensial atas sumber daya perusahaan dan konflik antara tugas dan prioritas.
- Seberapa besar delegasi wewenang diberikan.
- Masalah kebijaksanaan dalam alokasi sumber daya dan distribusi biaya overload perusahaan.
- Menimbulkan konsistensi kebijaksanaan antar divisi.
- Masalah duplikasi sumber daya dan peralatan yang tidak perlu.
Menurut Reksohadipradjo, Handoko,
dan Siswanto (1990) kerugian Struktur Organisasi Fungsional adalah sebagai
berikut:
- Menyebabkan spesialisasi yang sempit dan persaingan atau konflik fungsional.
- Kesulitan dalam koordinasi fungsional dan pengambilan keputusan antar fungsi.
- Konflik lini-staf.
- Adanya batasan pengembangan internal para manajer umum
Sedangkan kerugian Struktur Organisasi Divisional adalah sebagai
berikut:
- Mengakibatkan persaingan “dysfunctional” untuk tingkat sumber daya perusahaan.
- Masalah dalam perluasan wewenang yang telah diberikan pada para manajer.
- Kesulitan dalam mendistribusikan biaya-biaya overhead perusahaan.
- Dapat menimbulkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak konsisten di antara divisi-divisi.
Menurut Siswandi (2008)
kerugian Struktur Organisasi Fungsional adalah sebagai berikut:
- Setiap karyawan akan mempunyai pimpinan (boss) lebih dari satu orang.
- Disiplin kurang efektif sebab setiap karyawan bisnis mempunyai pimpinan (boss) lebih dari satu orang.
- Pengembangan para manajer kelas atas dibatasi oleh bidang khusus membuat mereka kurang efektif dan tidak menutup kemungkinan mereka akan banyak menganggur.
- Memerlukan beban yang lebih besar.
Sedangkan kerugian Struktur Organisasi Divisional adalah sebagai berikut:
- Menciptakan persaingan disfungsional bagi sumber daya tingkat korporasi.
- Menghadirkan permasalahan penetapan seberapa besar otoritas yang akan dipecah untuk setiap divisi.
- Menciptakan kebijakan yang tidak konsisten di antara divisi yang ada.
- Menimbulkan berbagai persoalan pendistribusian biaya overhead korporasi yang harus dibebankan kepada manajer divisi di dalam pertanggungjawaban laba.
5. Kasus Tentang Organisasi
PT. Putra Tunas Megah merupakan
sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang konstruksi dan
pembuatan mesin-mesin untuk keperluan pabrik kelapa sawit. PT. Putra Tunas
Megah sering mengalami keterlambatan penyelesaian produk yang melebihi waktu
yang telah dijanjikan perusahaan kepada konsumen sehingga sering terjadi
keluhan dari pihak konsumen. Dari hasil pengamatan, sumber utama terjadi
keterlambatan ini adalah kurang baiknya aliran informasi antar departemen
sehingga sering terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan atas dasar
permasalahan tersebut. Bicara soal perusahaan tidak lepas halnya dengan
stuktur keorganisasian, karena di dalam perusahaan yang besar tidak mudah untuk
mengatur atau menyeimbangi banyak kepala. Dilihat dari masalah yang dihadapi
PT. Putra Tunas Megah ini, memang tidak mudah menggerakan perusahaan dengan
banyaknya karyawan yang bekerja di dalamnya makanya sering terjadi miss
communication.
Saran Dari Struktur Fungsional:
Menurut pendapat saya manajemen PT.
Putra Tunas Megah sebaiknya memperbaiki struktur organisasi penjualannya agar
organisasi tersebut dapat terbentuk menjadi organisasi yang tersentralisir dan
efisien dalam kegiatan manajemen penjualannya. Perlu adanya pembidangan tugas
yang lebih jelas antar karyawan sehingga dapat memanfaatkan waktu dengan sangat
efisien. Selain itu, perlu adanya koordinasi dari atasan agar proses dalam
bekerja dapat berjalan lancar dan tertib. Jadi, menurut pendapat saya untuk
perusahaan yang memiliki karyawan yang banyak ini sebaiknya struktur yang digunakan
adalah struktur fungsional dimana setiap posisi bisa diduduki oleh karyawan
yang memiliki spesialisasi dibidangnya dan struktur ini juga bisa mempercepat
waktu dalam melakukan pekerjaannya karena mengerjakan pekerjaan yang sama.
Saran Dari Struktur Divisional:
Jika perusahaan menggunakan struktur
divisional maka akan kurang cocok bagi sistem organisasi diperusahaan ini
karena struktur divisional biasa dikelompokkan berdasarkan pada produk
yang sama, proses yang sama, kelompok orang yang melayani pelanggan yang sama,
dan atau berlokasi di daerah yang sama di suatu wilayah geografis. Maka dari
itu, PT. Putra Tunas Megah ini lebih tepat memakai sistem fungsional.
B. ACTUATING DALAM MANAJEMEN
1. Pengertian Actuating Dalam
Manajemen
Penggerakan merupakan terjemahan
dari bahasa Inggris “Actuating”, di mana kata ini berasal dari “actuare”
bahasa Latin. Menurut G.R Terry (dalam Sukarna, 2011) dalam buku Principles
Management memberi definisi dari penggerakan ialah membangkitkan dan mendorong
semua anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk
mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian dari pihak pimpinan. Dari definisi tersebut terlihat bahwa
tercapai atau tidaknya tujuan tergantung kepada bergerak atau tidaknnya seluruh
anggota manajemen, mulai dari tingkat atas, menengah dan bawah.
Menurut Terry (2000) actuating atau
disebut “gerakan aksi” adalah mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer
untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan
dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup
penetapan dan perumusan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi
penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka.
Menurut Siswandi (2008) pelaksanaan
(actuating) adalah perwujudan dalam tindakan dari rencana yang telah
digariskan guna mencapai tujuan atau target organisasi yang telah digariskan.
Di dalam melaksanakan suatu rencana maka manajer harus membuat penjadwalan
aktivitas
Menurut Tanthawi (1983) penggerakan
(actuating) adalah suatu fungsi pembimbing dan pemberian pimpinan serta
penggerakan orang agar kelompok itu suka dan mau bekerja.
Menurut Sukarna (1992) penggerakan (actuating)
adalah usaha membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar supaya dan
berkehendak dengan kerja keras untuk mencapai tujuan dan ikhlas serta serasi
dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.
Actuating adalah suatu fungsi
pembimbingan dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang-orang agar
orang-orang tersebut mau dan suka bekerja. Berdasarkan pengertian tersebut
jelaslah bahwa peranan actuating (penggerakan) sangat penting, karena
penggerakan berfungsi untuk menggerakan fungsi-fungsi manajemen yang lain
seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dll. Menggerakan orang-orang
agar mau dan suka bekerja mempunyai arti bagaimana menjadikan para pegawai
sadar akan tugas dan kewajiban serta tanggung jawab atas tugas yang dibebankan
kepadanya tanpa menunggu perintah dari siapapun.
2. Pentingnya Actuating Dalam
Manajemen
Dari seluruh rangkaian proses
manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang
paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung
dengan orang-orang dalam organisasi.
Fungsi actuating lebih
menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila
tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan
nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus
dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM
harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi
masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang
telah ditetapkan.
Betapa pentingnya actuating dalam
proses manajemen, inti daripada manajemen adalah penggerakan (actuating)
dan inti daripada menggerakkan adalah memimpin. siapa yang dapat menggerakkan
orang yang ada dibawah kekuasaannya, berarti ia dapat menjalankan manajemen dan
siapa yang dapat menggerakkan orang itu. Penggerakan itu sangat penting, karena
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
- Penggerakan (actuating) adalah usaha untuk menggerakkan manajemen.
- Manusia adalah unsur yang pertama dan utama dalam kegiatan manajemen.
- Perencanaan berhasil karena manusia menyatukan dan menghimpun kegiatan kegiatan bersama yang tepat.
- Organisasi menjadi efektif apabila manusia menggunakannya untuk bekerja sama secara baik dan tertib.
- Pengawasan akan efektif karena digunakan untuk membantu manusia dalam mencapai tujuannya.
- Manajemen akan berhasil apabila menggerakkan orang-orang atau manusia yang kompeten dengan tepat.
3. Prinsip Actuating Dalam
Manajemen
Pelaksanaan merupakan aspek hubungan
antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia
mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai
tujuan. Fungsi pengarahan atau pelaksanaan ini bersifat sangat kompleks karena
disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari
manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang
berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh
karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada
beberapa prinsip, yaitu:
- Prinsip mengarah pada tujuan. Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
- Prinsip keharmonisan dengan tujuan. Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.
- Prinsip kesatuan komando. Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
Menurut Kurniawan (2009)
prinsip-prinsip dalam penggerakan atau actuating adalah sebagai berikut:
- Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya.
- Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia.
- Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi.
- Menghargai hasil yang baik dan sempurna.
- Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih.
- Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup.
- Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mukhyi, M & Hadi Saputro,
I. (1995). Pengantar Manajemen Umum (Untuk STIE). Jakarta: Gunadarma.
Affif, F., dkk. (1994). Seluk Beluk
Organisasi Perusahaan Modern. Bandung: PT ERESCO.Daulay, M.S. (2004).
Administrasi dan Manajemen Organisasi. Yogyakarta: STMIK AMIKOM.
Manullang, M. (2002). Dasar-dasar
Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Reksohadiprodjo, S. (1988).
Kebijaksanaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
Siswandi. (2008). Aplikasi Manajemen
Perusahaan: Analisis Kasus Dan Pemecahannya.. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Siswanto, H.B. (2005). Pengantar
Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukarna. (1992). Dasar-dasar
Manajemen. Bandung: CV. Mandar Maju.
Terry, G.R. (2000). Prinsip-prinsip
Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.