Sabtu, 16 Mei 2015

BELAJAR DAN MENGAJAR KREATIF


PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KETERBAKATAN
BELAJAR DAN MENGAJAR KREATIF

NAMA      :         Anisa Nur Arifah (11514289)
                             Dinar Ibadi Fajri (13514149)
                             Teresa Mariane Sabatina (1A514716)
KELAS      :        1PA15
DOSEN     :        Nita Sri Handayani, S.Psi





Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2015 


1.      ARTI BELAJAR KREATIF
1.1  Pengertian Belajar Kreatif
Kreativitas belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar, dalam pengertian kreativitas beberapa ahli berpendapat dengan berdasarkan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda, diantaranya sebagai berikut: James R. Evans mendefinisikan kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
1.    Kreativitas memerlukan adanya modal, yaitu konsep dalam pikiran untuk dilahirkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Dalam pemecahan masalah, dia tidak harus mencari jawaban baru tetapi dia hanya perlu menggali informasi-informasi dalam pikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan dalam bentuk solusi terhadap problem tersebut. Sedangkan Rogers menekankan bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
2.    Kreativitas dapat dinilai ketika hal tersebut tertuang dalam suatu tindakan nyata, ketika pemikiran baru belum dituangkan, maka itu adalah proses menuju kreativitas. Jadi, kreativitas tetaplah berpusat di otak manusia, kreativitas terjadi karena keseluruhan bagian otak bekerja secara bersamaan, terpadu pada satu waktu tertentu dengan tetap melakukan spesialisasi masing-masing, otak dengan sigap menanggapi setiap informasi yang masuk. Kadar pengelolaan otak akan sangat menentukan tingkat kreativitas seseorang, karena itu otak harus dilatih, tidak hanya dengan makanan bergizi tapi dengan latihan berfikir yang terus-menerus.
3.    Untuk dapat melahirkan kreativitas, seseorang harus dapat memanfaatkan kedua sifat otak. Otak kiri yang bersifat logika, berurutan, lisan, pertambahan, dan dominan. Sedangkan otak kanan bersifat emosi, lompatan, visual, menyeluruh, dan tersembunyi. Akhir-akhir ini, istilah otak kanan telah digunakan sebagai cara popular untuk menyatakan kreatif, artistik, dan rapi. Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa antara kedua otak. Kreativitas adalah suatu ketrampilan. Dikarenakan kreativitas merupakan hasil sebuah latihan maka harus diupayakan secara terus- menerus agar tidak menjadi lumpuh. Artinya, siapa saja yang berniat untuk menjadi kreatif dan ia mau melakukan latihan-latihan yang benar, maka ia akan menjadi kreatif.
Dari pengertian adalah hasil sebuah latihan yang unik, berbeda, dan lebih baik serta bermanfaat. Sedangkan belajar diartikan sebagai suatu proses usaha yangdilakukan individu untuk memperoleh tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan persepsi dan tingkah laku, termasuk juga perubahan perilaku. Lingkungan belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, yaitu guru dan orang tua yang dapat membantu dalam prose belajar, yang akan dapat membentuk lingkungan pembelajaran. Jadi, kreativitas belajar adalah suatu keterampilan yang dihasilkandari sebuah latihan- latihan (proses pembelajaran) yang diupayakan terus menerus agar tidak menjadi lumpuh.

1.2  Proses Belajar Kreatif
Dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Uno (2011), untuk menumbuhkan minat belajar para siswa maka guru dituntut lebih kreatif dalam mengajar, sementara untuk memberi pengayaan terhadap dirinya, guru juga dituntut kreatif mengembangkan pedagogik dalam proses pembelajaran. Kreatif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan proses kreatif tersebut tentunya tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya pengetahuan yang didapat melalui membaca, berbahasa, dan aspek-aspek lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan  kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2. Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
·      Kesibukan Dalam Kelak
Kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
·      Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
3. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
a.    Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka. Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
·         Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
·         Menilai persiapan siswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
·         Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan.
·         Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
·         Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya.
·         Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan.
·         Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)

b.    Metode Diskusi
Dalam metode dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
·           Metode Inquiri-Discovery
Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan  masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau  menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis.

c.    Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini. Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).  Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan  mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.

1.3  Mengapa Belajar Kreatif Itu Penting?
Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Treffinger (dalam Reni Akbar Hawadi, dkk, 2001:13) mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreativitas. Mengapa kreativitas penting dalam kehidupan ini? Ada beberapa nilai penting kreativitas dalam kehidupan secara nyata sebagai berikut:
a.    Adanya kemampuan untuk melahirkan sesuatu yang baru yang berupa pikiran maupun karya nyata dalam mengerjakan persoalan hidup bagi orang kreatif. Dengan kreatifnya seseorang dapat melakukan pendekatan secara bervariasi dan memiliki bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu persoalan. Dari potensi kreatifnya, seseorang dapat menunjukkan hasil perbuatan, kinerja/karya, baik dalam bentuk barang maupun gagasan secara bermakna dan berkualitas.
b.    Tingkat kualitas dari kinerja, karya, gagasan, dan perbuatan manusia dapat diantisipasi dari sejauh mana seseorang memiliki tingkat kreativitas tertentu.
c.    Suatu karya kreatif sebagai hasil kreativitas seseorang dapat menimbulkan kepuasan pribadi yang tak terhingga nilainya. Kreativitas penting untuk mengembangkan semua bakat dan kemampuan individu dalam pengembangan prestasi hidupnya.
d.   Dengan kreativitas tinggi yang dimiliki seseorang maka seseorang tersebut akan mempunyai pengembangan diri secara optimal. Mereka dapat mempergunakan ide-idenya untuk menciptakan kreasi baru demi kelangsungan hidup.
e.    Kreativitas penting untuk dipahami bagi para pendidik (guru) terutama dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar dalam membimbing dan mengantarkan anak didik kepada pertumbuhan dan perkembangan prestasinya secara optimal.
f.     Peningkatan Sumber Daya Manusia dalam era globalisasi dan era reformasi menunjukkan betapa pentingnya segi kreativitas diprioritaskan untuk dikelola dan dikembangkan secara optimal. Dan hal ini merupakan tantangan kepedulian serius bagi pihak terkait dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, terutama dikalangan pendidikan.
g.    Akan lebih bermakna dalam tugas perkembangannya bagi para pelajar, apabila pengelolaan, pengembangan dan peningkatan kreativitas mencakup potensi akademik dan non akademik. Dengan itu, potensi-potensi kreatif siswa akan dapat tersalur dan teraktualisasi secara optimal.
h.    Kreativitas penting dalam proses belajar mengajar, terutama bagi guru. Guru diperlukan kemampuan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan kondusif agar siswa terangsang untuk lebih ingin mengetahui materi, senang menanyakan, dan berani mengajukan pendapat, serta melakukan percobaan yang menuntut pengalaman baru. Hal ini penting bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan harapan agar siwa mendapat kesempatan untuk mengukir prestasi secara optimal.
i.      Kreatif sebagai operasionalisasi dari konsep kreativitas yang mempunyai nilai penting dalam kehidupan individu.

Conny R. Semiawan (dalam Reni Akbar hawadi, dkk, 2001:15) menyatakan ada empat alasan penting mengapa seseorang perlu belajar kreatif, antara lain:
a.    Belajar kreatif membantu anak menjadi lebih berhasil guna jika kita (orang tua/guru) tidak bersama mereka.
b.    Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah yang tidak mampu kita duga yang akan timbul di masa depan.
c.    Belajar kreatif menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan seseorang, dapat mempengaruhi, bahkan dapat mengubah karir pribadi serta dapat menunjang kesehatan jiwa dan badan seseorang.
d.   Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Secara lebih luas, belajar kreatif dapat menimbulkan terciptanya ide-ide baru, cara-cara baru, dan hasil-hasil yang baru.

1.4  Tiga Tingkat Belajar Kreatif (Model Triffinger)
Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung. Dengan melibatkan baik keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukkan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif.
Model pembelajaran Treffinger dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep materi yang diajarkan, serta memberikan kepada siswa untuk menunjukkan potensi-potensi kemampuan yang dimilikinya termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah. Dengan kreativitas yang dimiliki siswa, berarti siswa mampu menggali potensi dalam berdaya cipta, menemukan gagasan serta menemukan pemecahan atas masalah yang dihadapinya yang melibatkan proses berpikir.
Model pembelajaran Treffinger dalam peranannya mendorong belajar kreatif yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, melibatkan kemampuan afektif dan kognitif yang digambarkan melalui tiga tingkatan berpikir yang meliputi tingkat I adalah basic tools yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen, tingkat II adalah practice with proses yaitu berpikir secara kompleks dan perasaan majemuk, serta tingkat III adalah working with real problem yaitu keterlibatan dalam tantangan nyata. Hal tersebut sebagaimana dirumuskan delam pembelajaran model Treffinger adalah sebagai berikut:
Treffinger selalu melibatkan ketrampilan kognitif dan afektif di dalam tahapan pembelajaran untuk mencapai suatu tingkat berpikir tertentu. Misalnya:
Pada tingkat I, Treffinger memusatkan perhatian pada bagaimana anak dapat berpikir secara divergen atau terbuka tanpa memikirkan bahwa pendapat yang disampaikan benar atau salah. Kemampuan afektif yang dikembangkan meliputi rasa ingin tahu (dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya), keberanian mengambil resiko (keberanian dalam menjawab pertanyaan walaupun jawaban yang disampaikan salah), percaya diri (siswa berani dalam menentukan jawaban yang berbeda dengan jawaban temannya) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi kelancaran (dapat dilihat dari waktu yang digunakan anak dalam menjawab dan mengungkapkan gagasan yang berbeda), kelenturan (dilihat dari banyaknya idea tau gagasan yang berbeda yang disampaikan siswa) dan lain sebagainya.
Pada tingkat II, Treffinger lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan kemampuan penyelesaian masalah dan keterbukaan terhadap perbedaan. Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi keterbukaan perasaan majemuk (yaitu keterbukaan dalam menerima gagasan yang berbeda), meditasi dan kesantaian (kebiasaan dan ketenangan dalam menerima gagasan yang berbeda), penggunaan khayalan dan tamsil (kemampuan berimajinasi dalam menggambarkan masalah yang dihadapi) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yaitu meliputi penerapan (penggunaan apa yang tersedia dalam menyelesaikan masalah yang diberikan), analisis (mendiskripsikan segala masalah yang ada), sintesis (ketrampilan memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya), evaluasi (penilaian terhadap jawaban teman dan diri sendiri sehingga menghasikan jawaban yang paling tepat) dan lain-lain.
Pada tingkat III, Treffinger memusatkan pada bagaimana anak dapat mengelola dirinya sendiri dan kemampuannya sehubungan dengan keterlibatannya dalam tantangan-tantangan yang ada dihadapannya. Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi pemribadian nilai (berkaitan dengan pengevaluasian diri dan ide-ide sebelumnya), pengikatan diri terhadap hidup produktif (berusaha untuk tetap menghasilkan ide baru dalam setiap kegiatan penyelesaian masalah), dan lain-lain. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi pengajuan pertanyaan secara mandiri (pertanyaan yang timbul dari pemikiran sendiri), pengarahan diri (mampu menentukan sendiri langkah-langkah menyelesaikan masalah tanpa terpengaruh penyelesaian dari teman), pengelolaan sumber (menggunakan segala yang ada disekitar untuk memperoleh jawaban yang diinginkan), dan pengembangan produk (mengembangkan ide yang ada sebelumnya sehingga diperoleh ide baru), dan lain sebagainya.
Menurut Munandar, dengan menggunakan ketiga tingkatan kemampuan berpikir dari model Treffinger, siswa dapat membangun ketrampilan, menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya dan menemukan penyaluran untuk mengungkapkan kreativitas dalam hidup. Sehingga dalam hal ini, setiap tahap dengan tingkatan berpikir tertentu didalam pendekatan Treffinger harus diterapkan secara untuh dan diintegrasikan. Proses pembelajaran yang seperti ini yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap.
Sintaks:
·         Keterbukaan-urun ide-penguatan,
·         Penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill,
·         Proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya,
·         Kelompok-kerjasama,
·         Kebebasan-terbuka,
·         Reward

2.       MENGAJAR KREATIF
2.1  Pengertian Mengajar Kreatif
Definisi mengajar adalah memberikan petunjuk yang sebenarnya kepada orang lain (Hoetomo,MA,1999) sedangkan Kreativitas Menurut Jamridafrizal (2010) Kreativitas ialah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. sedangkang menurut Fuad Anshori ("Mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi Islam". Yogyakarta: Menara kudus, 2002, h. 33 18) Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas). Ada pendapat lain yang dikemukakan oleh Supriadi (1994) bahwa ciri-ciri kreativitas  dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif.
Ciri-ciri kognitif, diantaranya:
1.) Orisinalitas
2.) Fleksibilitas
3.) Kelancaran, dan
4.) Elaborasi,
Sedangkan ciri-ciri non kognitif, diantaranya:
1.) Motivasi sikap
2.) Kepribadian kreatif
Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variable emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif Gramedia Widya Indonesia, 1999) Cet Ke-3, h. 47
Mengajar kreatif kini merupakan keharusan bagi setiap guru, karena tantangan bagi guru adalah menghadapi siswa globalisasi, yaitu siswa yang mendapatkan informasi non formal dari lingkungan, mereka kritis dan penuntut. Siaran TV, Internet rakyat dan budaya baru merupakan konsumsi lazim bagi setiap orang.
2.2  Teknik mengajar, meliputi:
1.                  Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2.                  Pemikiran dan Perasaan Terbuka
Cara yang paling sederhana untuk merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka
a.          Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
b.          Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari
c.          Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
3.      MEMUPUK IKLIM BELAJAR KREATIF
3.1  Strategi Memupuk Iklim Belajar Yang Kreatif
Apabila memperkatakan mengenai peranan guru dalam merangsang kreativiti pelajar timbul dua persoalan utama yang perlu dijawab. Persoalan pertama ialah sejauh manakah benarnya kenyataan bahawa kreativiti para pelajar sememangnya boleh dipertingkatkan dalam bilik darjah? Persoalan kedua pula ialah mengenai bagaimanakah para guru boleh membantu  meningkatkan kreativiti pelajar atau apakah sikap,pendekatan atau tindakan yang guru perlu tunjuk dan lakukan untuk merangsang kemampuan kreatif pelajar?
Ada beberapa kajian (Niu & Sternberg 2003; Torrance 1961) yang telah dilakukan untuk menjawab persoalan pertama yang penting itu. Niu & Sternberg (2003) telah menjalankan satu kajian untuk menganalisa dua cara yang digunakan untuk  meningkatkan kreativiti 96 orang pelajar di sebuah Sekolah Tinggi di Beijing, China. Para pelajar ini telah diminta untuk menghasilkan satu hasil seni yaitu kolaj. Dalam kajian ini para pelajar  telah dibahagikan kepada  3 kumpulan yaitu kumpulan pertama tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreativiti apabila menghasilkan kolaj, kumpulan kedua telah menerima arahan supaya menjadi kreatif apabila menghasilkan kolaj dan kumpulan ketiga pula telah diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif. Kolaj  yang dihasilkan oleh para pelajar tersebut telah diadili secara subjektif dan objektif. Hasil kajian ini mendapati bahawa para pelajar yang telah diminta menjadi kreatif telah menghasilkan kolaj yang kreatif berbanding dengan rakan-rakan mereka yang tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreatif. Kajian juga mendapati bahawa pelajar yang diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif telah menghasilkan kolaj yang paling kreatif. Dapatan kajian ini menunjukkan kepada kita bahawa kreativiti pelajar boleh ditingkatkan  dalam bilik darjah melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh guru kepada para pelajarnya.
Di samping itu, Torrance (1961) telah mengajar guru-guru di beberapa buah sekolah di Amerika Syarikat lima prinsip pengajaran kreatif iaitu: (1) menghormati soalan-soalan yang dikemukakan oleh pelajar; (2) menghormati idea-idea imaginatif yang dikeluarkan oleh pelajar; (3) tunjukkan kepada pelajar bahwa idea-idea yang mereka keluarkan mempunyai nilai tersendiri; (4) benarkan pelajar melakukan perkara-perkara tertentu untuk tujuan latihan semata-mata tanpa sebarang penilaian; dan (5) kaitkan sebarang penilaian yang guru lakukan dengan sebab dan akibat. Para guru tersebut telah menjalankan pengajaran dengan mengikut kelima-lima prinsip ini selama empat minggu. Satu lagi kumpulan guru yang dikawal telah menjalankan pengajaran mereka mengikut prosedur biasa untuk tempoh yang sama. Ujian kreativiti yang dilakukan terhadap pelajar sebelum dan sesudah kajian ini dilakukan menunjukkan bahawa terdapat peningkatan yang mendadak terhadap pelajar yang diajar oleh guru menggunakan lima prinsip pengajaran kreativiti berbanding dengan pelajar yang diajar oleh guru mengikut prosedur biasa. Mereka mendapat markah yang lebih tinggi untuk keaslian , keluwesan, kefleksibelan dan penghuraian (Stein, 1974).
Sebagai tambahan, Amabile (1983) mendakwa bahwa siapa yang memiliki kebolehan kognitif yang biasa boleh bercita-cita untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dalam bidang tertentu. Cropley (1992) pula menambah bahwa semua pelajar tanpa mengira tahap kepintaran mereka memilikinkemampuan untuk berfikir secara konvergen dan divergen. Pemikiran divergen adalah pemikiran yang dikaitkan dengan kreativiti. Bagi menjawab soalan yang kedua yaitu bagaimanakah kreativiti boleh dipertingkatkan, beberapa percobaan telah dilakukan untuk membangunkan pelbagai pendekatan untuk meningkatkan kreativiti dalam bilik darjah. Secara keseluruhannya pendekatan itu boleh dibahagikan kepada tiga kategori yaitu: (a) Strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru atau pedagogi (b) Pendekatan berstruktur yang melibatkan penggunaan teknik-teknik khusus (c) Pendekatan penyelesaian masalah terhadap isi mata pelajaran. Disebabkan kekangan masa dan tenaga, perbincangan ini akan memberikan tumpuan kepada strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru.

3.2  Saran-saran Tambahan Dalam Memupuk Belajar Kreatif
1.                  Menghargai kreativitas siswa.
2.                  Bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
3.                  Mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual.
4.                  Bersikap menerima dan menunjang anak.
5.                  Menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensisasi.
6.                  Memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa.
7.      Ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghambat pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak.
8.      Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.
9.      Tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi menyadari
keterbatasannya sendiri.



DAFTAR PUSTAKA
M.M Sutopo, Tjetjep. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak. Bandung: Depdiknas.
Utami Munandar,S.C. (2002). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.