TALKSHOW HIV/AIDS WE CARE WE SHARE
Seminar ini merupakan seminar penyuluhan tentang Bahaya Penularan HIV AIDS yang dilakukan oleh mahasiwa/i UNIVERSITAS GUNADARMA.
Tema yang disajikan sangat menarik
mengingat bahwa sekarang banyak orang yang kurang peduli akan
orang-orang di sekitar kita yang mungkin terinveksi HIV/AIDS. Pada
seminar ini dibahas mengenai bahaya sex bebas dan juga cara menyikapi
ODA atau orang yang sedang mengidap penyakit AIDS.
Acara ini dibuka langsung oleh ketua
Pelaksana Ramadhafi, kemudian dilanjutkan dengan beberapa presentasi dan
tanya jawab dari berbagai narasumber dan pembicara.
Adapun materi yang di sampaikan dalam seminar tersebut :
- Perkenalan Program dari Yayasan Rumah Sebaya.
- Penjelasan mengenai bahaya HIV AIDS serta cara-cara penularannya dan bagaimana cara mencegahnya.
- Tanya jawab dengan Narasumber.
Acara pertama dibuka dengan
memperkenalkan apasih yang dilakukan di Yayasan Rumah Sebaya untuk
membantu para penderita HIV/AIDS atau orang-orang yang ingin
memeriksakan dirinya apakah positif atau tidak. Yayasan ini juga
mempunyai situs internet yang bisa di akses kapan saja dan dimana saja.
Seperti kita ketahui, dengan
berkembangnya waktu, tak seorang pun kini aman dari HIV/AIDS. Penyakit
yang belum ada obatnya itu bukan hanya mengancam kelompok-kelompok yang
disebut berperilaku “berisiko” tetapi kita semua. Maka alangkah baiknya
jika kita masing-masing mengetahui status HIV kita sendiri dan pasangan,
sehingga kita turut berpartisipasi dalam upaya pencegahan dan
penangggulangan HIV/AIDS di Indonesia, dengan harapan tidak terjadi
“ledakan” di kemudian hari.
Sesi kedua, yaitu menjelaskan mengenai bahaya dari HIV/AIDS.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.
AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita
selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena
lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi
lebih parah daripada biasanya.
HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu:
- Darah
- Air mani
- Cairan vagina
- Air susu ibu (ASI)
HIV menular melalui:
- Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil).
- Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV.
- Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV.
- Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri.
Biasakan mempunyai sikat gigi dan pisau
cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat
darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran
darah (seperti hepatitis), bukan hanya HIV.
HIV tidak menular melalui:
- Bersalaman, berpelukan
- Berciuman
- Batuk, bersin
- Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, WC, kamar tidur, dll.
- Gigitan nyamuk
- Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama
- Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna, dll.
HIV tidak dapat menular melalui udara.
Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh. Virus ini dapat
dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan
pemutih (bleach) seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap IV oleh kulit yang tidak luka.
Gejala atau Tahapan-Tahapan HIV menjadi AIDS
Tahapan-tahapan HIV menjadi AIDS memiliki gejala-gejala sebagai berikut:
- Tahap awal infeksi HIV, gejalanya mirip influenza (demam, rasa lemah, lesu, sendi terasa nyeri, batuk, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar). Gejala ini biasanya hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja, lalu hilang dengan sendirinya.
- Tahap tanpa gejala, meskipun ia tidak menunjukkan gejala, tetapi pada tes darah ditemukan antibodi HIV dan disebut HIV+. Masa ini dapat berlangsung bertahun-tahun (5-7) tahun.
- Tahap ARC (AIDS Related Complex),munculgejala-gejala AIDS. ARC adalah istilah bila didapati dua atau lebih gejala yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih, yaitu demam disertai keringat malam, penurunan berat badan lebih dari 10%, kelemahan tubuh yang mengganggu aktivitas sehari-hari, pembesaran kelenjar secara lebih luas, diare (mencret) berkala atau terus-menerus dalam waktu lama tanpa sebab yang jelas, batuk dan sesak napas lebih dari satu bulan, kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan, sakit tenggorokan dan pendarahan yang tak jelas sebabnya.
- Tahap AIDS, muncul infeksi lain yang berbahaya (TBC, jamur, dan lain-lain) karena kekebalan tubuh telah demikian rusak, yang disebut infeksi oportunistik. Disamping itu, dapat terjadi kanker kulit dan kanker kelenjar getah bening.
- Tahap gangguan otak (susunan saraf pusat), pada tahap ini dapat mengakibatkan kematian sel otak dan gangguan mental. Gangguan mental yang terjadi berupa demensia (gangguan daya ingat), penurunan kesadaran, gangguan psikotik, depresi, dan gangguan saraf lainnya.
Orang yang Beresiko Tertular Virus HIV/AIDS
Pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi untuk tertular Virus HIV/AIDS. Namun ada beberapa orang yang beresiko tinggi tertular virus HIV/AIDS, yakni:
- Mereka yang melakukan hubungan seksual dengan orang yang terkena HIV/AIDS tanpa menggunakan pengaman (kondom-red).
- Orang yang berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan yang beresiko tinggi seperti pelacur dan homoseksual.
- Orang yang mendapat tansfusi darah yang tercemar virus HIV.
- Penggunaan alat suntik secara bergantian tanpa melalui proses sterilisasi.
- Anak yang lahir dari ibu yang mengidap virus HIV.
- Orang yang karena pekerjaannya sering berhubungan dengan penderita HIV/AIDS seperti dokter, perawat, petugas transfusi darah, bidan, dan sebagainya. Aktivitas tersebut akan menjadi pintu masuk bagi virus HIV/AIDS
Sesi selanjutnya mengenai psikologis, yaitu cara kita menyikapi orang-orang yang terinveksi HIV AIDS.
Sumber dari dukungan sosial ini adalah
orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu
tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang
lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat,
teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam kelompok
kemasyarakatan.
Bentuk Dukungan
Adapun bentuk dukungan tersebut terbagi menjadi 5 . Yaitu :
- Dukungan instrumental (tangible assisstance)
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan
materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang,
pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya
yang berhubungan dengan materi. Dukungan instumental sangat diperlukan
terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.
- Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian
informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu,
Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan
mengatasi masalah dengan lebih mudah.
- Dukungan emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu
memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber
dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih
baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap
tidak dapat dikontrol.
- Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan
positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat
induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk
dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan
kompetensi.
- Dukungan dari kelompok sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu
merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan
aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki
teman senasib.
Dampak Dukungan Sosial
Bagaimana dukungan sosial dapat
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat
dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari
stress. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan
sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat
mengakibatkan stress. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan
orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada
kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya
stress.
Dukungan sosial juga dapat mengubah
hubungan anatara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan
stres dan stres itu sendiri, mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres
dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang
menimbulkan stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat
memodifikasi efek itu.
Khususnya bagi ODA maka dukungan moril
yang di butuhkan adalah keluarga, dimana keluarga merupakan orang yang
paling terdekat, terus beri dukungan moril berupa kasih sayang, jangan
membedakan antara orang normal dengan penderita ODA.